3 Alasan Harga Emas Dunia Terus Meningkat

Emas sebagai aset safe haven telah menguat karena konflik di seluruh dunia menunjukkan sedikit tanda akan mereda dan penantian selama empat tahun untuk pemotongan suku bunga di AS dan Inggris terus berlanjut.

Pada 6 April, harga emas diperdagangkan hampir $2.250 (£1.788) per troy ounce, mencapai $2.288 (£1.818). Pada 7 April, rekor tertinggi baru kembali terjadi setelah rekor-rekor sebelumnya yang terjadi pada bulan Januari, Februari, dan Maret tahun ini. Namun, mengapa harga emas masih naik?

Pertama, konflik geopolitik telah menarik minat investor terhadap emas. Perang di Ukraina dan Gaza masih berlanjut, dan risiko eskalasi ke negara lain masih menghantui pasar. Investor dan pemerintah waspada terhadap kemungkinan terjadinya peristiwa serupa di Ukraina dua tahun lalu, dan emas merupakan salah satu lindung nilai terbaik terhadap kekhawatiran ini.

Foto ilustrasi

Data dari BullionVault, pasar logam mulia daring terbesar di dunia, menunjukkan investor Barat mencatat rekor keuntungan dengan menjual emas pada bulan Maret, menjual hampir dua kali lipat jumlah yang mereka beli. Puncak jumlah penjual sebelumnya juga terjadi seiring melonjaknya harga emas batangan, ujar Adrian Ash, direktur riset di BullionVault.

Namun, semua itu bertepatan dengan periode meningkatnya tekanan politik atau keuangan, yang mendorong permintaan investor semakin kuat. Bahkan, jumlah penjual melalui platform ini telah meningkat sebesar 95%, melampaui angka yang tercatat selama kerusuhan di Inggris dan krisis utang Euro pada tahun 2011, perang Ukraina pada Maret 2022, dan guncangan referendum Brexit pada Juni 2016.

Sebaliknya, harga emas tertinggi sepanjang masa telah meningkat secara eksponensial karena ketidakpastian umum seputar konflik global terus berlanjut, yang menunjukkan kekuatan mendasar dari tren bullish ini.

Kedua, bank sentral terus membeli emas. Permintaan yang kuat dari bank sentral dan investor ritel di Asia juga mendukung logam kuning ini. Namun, permintaan diperkirakan akan menurun dalam jangka pendek karena investor menghindari kenaikan harga.

Para ahli strategi mengatakan prospek biaya pendanaan yang lebih rendah pada akhirnya dapat mendorong permintaan untuk reksa dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang didukung emas batangan dari manajer aset uang riil untuk pertama kalinya sejak 2022. Meskipun laju pembelian melambat, bank-bank sentral di seluruh dunia masih menimbun emas sebisa mungkin.

Cadangan emas bank sentral global meningkat sebesar 19 ton pada bulan Februari, menurut Dewan Emas Dunia, menandai pertumbuhan bulan kesembilan berturut-turut. Namun, data tersebut menunjukkan perlambatan, dengan pembelian turun 58% dari Januari. Secara year-to-date, bank sentral melaporkan penambahan 64 ton pada bulan Januari dan Februari, turun 43% dari periode yang sama pada tahun 2023, tetapi naik empat kali lipat pada tahun 2022.

Ketiga, emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Emas sering menguat ketika inflasi cenderung naik, sehingga mendevaluasi mata uang. Namun, pembaruan prospek kebijakan dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, akan menjadi pendorong utama bagi saham dan komoditas minggu ini. The Fed tidak akan memangkas suku bunga paling cepat hingga Juni, dan inflasi tahunan berada di angka 2,5% seiring pertumbuhan ekonomi.

Menguatnya dolar AS mempersulit mereka yang tertarik dengan masa depan emas. Mata uang ini baru saja mencapai titik tertinggi dalam empat bulan, menambah tekanan pada pasar emas dan menciptakan kebingungan bagi mereka yang memiliki eksposur terhadap emas batangan.

Kathleen Brooks, direktur riset di XTB Trading, menunjukkan bahwa emas mungkin telah mencapai batasnya tanpa adanya peristiwa korektif seperti eskalasi geopolitik lebih lanjut dan kemungkinan akan mengalami koreksi. Minat terbuka (open interest) dalam kontrak emas tampaknya telah mencapai puncaknya, dengan harga emas sekarang 15% di atas rata-rata pergerakan (SMA) 200 hari.

Sumber: https://congthuong.vn/3-ly-do-khien-gia-vang-the-gioi-tiep-tuc-tang-313471.html