Dengan demikian, Keputusan tersebut membagi pajak sumber daya alam menjadi 7 kelompok, yaitu: Kelompok I menghitung pajak sumber daya alam atas mineral logam, yaitu besi, besi metalik, bijih magnetit, bijih limonit, bijih deluvium, mangan, platina, timah, artimoan, timbal, seng, tembaga, nikel, bijih-bijih dan mineral logam lainnya.

Golongan II, mineral non-logam, meliputi: tanah konstruksi, batu, kerikil, batu kapur untuk produksi semen, batu pasir silika, aditif produksi semen, aditif produksi batu bata, marmer putih, pasir kaca, granit, batu bata blok, kaolin, debu batu bara, gambut... Golongan III, golongan sumber daya untuk produk dari hutan alam, meliputi golongan kayu 1, kayu ulin, cengkeh, kayu sonokeling, mahoni, ek, kayu sonokeling...; Golongan kayu 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8. Golongan IV, golongan makanan laut alami. Golongan V, golongan air alami, Golongan VI, golongan sarang burung walet alami, dan Golongan VII, golongan sumber daya lainnya.
Khususnya dalam Keputusan No. 45/2023/QD-UBND yang dikeluarkan kali ini, terdapat banyak sumber daya yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti: Bijih antimon senilai 120 juta VND/ton; kuarsa berasap, transparan, dan berbulu senilai 960 juta VND/ton; batu kecubung senilai 1,2 miliar VND/ton; Kayu Heu Moc, Sua (rotten trac/red huynh dan) senilai 4 miliar VND/ m3 ; Sarang burung walet alami senilai 73 juta VND/kg; CO2 yang diperoleh dari air mineral alami senilai 2,3 juta VND/ton...
[iklan_2]
Sumber










Komentar (0)