Menurut kantor berita Yonhap, pada 10 Februari, Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yung Ho mengatakan pemerintah akan terus mempromosikan reuni keluarga yang terpisah akibat Perang Korea (1950-1953).
Kim Yung Ho menyampaikan pernyataan tersebut setelah menghadiri pertemuan tahunan keluarga-keluarga terpisah dan warga Korea Utara yang lahir di Korea Utara tetapi kini tinggal di Korea Selatan. Mereka mengunjungi kota perbatasan Paju di Provinsi Kyunggi untuk memberikan penghormatan terakhir kepada leluhur dan kerabat mereka di Korea Utara dalam rangka Tahun Baru Imlek.
Berbicara di acara tersebut, Menteri Kim Yung Ho menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menyerah dalam mengupayakan solusi fundamental bagi permasalahan terkait keluarga yang terpisah. Ia menekankan bahwa Seoul akan tetap bersedia berdialog dengan Pyongyang mengenai isu-isu kemanusiaan.
Segala upaya untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan antar-Korea harus dimulai dengan memulihkan saluran komunikasi antar-Korea, kata Menteri Kim Yung Ho, seraya menyerukan Korea Utara untuk menormalkan saluran komunikasi yang diputus Pyongyang pada April 2023.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak anggota lanjut usia dari keluarga terpisah di Korea Selatan meninggal dunia tanpa sempat bertemu kerabat mereka di Korea Utara akibat ketegangan hubungan antar-Korea. Data pemerintah Korea Selatan menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga terpisah yang masih hidup hingga akhir November 2023 adalah 39.881, di mana 65,6% di antaranya berusia 80 tahun ke atas.
Sejak pertemuan puncak penting pada tahun 2000, Korea Selatan dan Korea Utara telah mengadakan 21 putaran reuni keluarga, yang terbaru pada tahun 2018.
Pada tahun 2022, Korea Selatan mengusulkan untuk mengadakan pembicaraan dengan Korea Utara mengenai masalah penyatuan kembali keluarga yang terpisah, tetapi Korea Utara belum menanggapi usulan tersebut.
NGUYEN KHANG
[iklan_2]
Sumber










Komentar (0)