Draf Surat Edaran tersebut terdiri atas 3 bab dan 12 pasal, yang mengatur tata tertib kerja guru pada lembaga pendidikan berkelanjutan dan lembaga pendidikan vokasi, meliputi: waktu kerja, waktu cuti tahunan, norma masa mengajar, tata tertib pengurangan norma masa mengajar, dan pengalihan kegiatan lain menjadi masa mengajar.
Memastikan keadilan antar guru di pusat pelatihan kejuruan yang sama
Pada dasarnya prinsip penetapan pola kerja guru pada lembaga pendidikan berkelanjutan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi guru pendidikan umum dan guru persiapan perguruan tinggi dalam Surat Edaran Nomor 05/2025/TT-BGD&DT.
Akan tetapi, ada perbedaan dengan guru pendidikan umum: guru pendidikan umum tidak boleh merangkap lebih dari 2 tugas sekaligus, tetapi guru lembaga pendidikan berkelanjutan tidak dibatasi pada 2 tugas sekaligus karena sifat kegiatan profesionalnya sangat berbeda dengan guru pendidikan umum (harus mengelola banyak kelas dengan skala dan bentuk pembelajaran yang berbeda-beda; harus melaksanakan pekerjaan pendaftaran berkelanjutan; melaksanakan tugas departemen; kegiatan pengajaran dan pendidikan yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik;...).
Untuk menjamin mutu pengajaran dan pendidikan guru pada lembaga pendidikan berkelanjutan, draf Surat Edaran tersebut menetapkan bahwa jumlah total periode tugas rangkap guru yang dikurangi dan diubah dalam 1 minggu tidak boleh melebihi 50% dari jumlah rata-rata periode mengajar dalam 1 minggu.
Peraturan tentang prinsip-prinsip penentuan rezim kerja memastikan pembagian kerja yang adil di antara para guru di satu pusat. Pada saat yang sama, peraturan tersebut memastikan bahwa para guru melaksanakan kegiatan utama mereka, yaitu mengajar dan mendidik, mengatasi situasi di mana banyak orang bergelar guru tetapi tidak melaksanakan atau hanya melaksanakan sedikit tugas mengajar dan mendidik.
Mengatasi situasi tidak mengatur liburan musim panas untuk guru GDTX
Pengaturan mengenai jam kerja guru pendidikan berkelanjutan harus konsisten dengan pengaturan mengenai lama pendidikan pada program pendidikan berkelanjutan dan lama pendidikan pada program pendidikan kejuruan; dan harus menjamin stabilitas pengaturan mengenai waktu mengajar, belajar, dan praktik di perusahaan bagi guru yang mengajar pada jenjang sekolah dasar.
Karena sifat liburan musim panas yang tidak ditetapkan selama 8 minggu seperti prasekolah, pendidikan umum dan pendidikan berkelanjutan, guru harus melakukan banyak tugas lain selain kegiatan mengajar dan pendidikan, jam kerja guru tidak ditetapkan dalam jumlah minggu yang tetap untuk memungkinkan fleksibilitas dalam menugaskan dan mengatur pekerjaan.
Rancangan Surat Edaran tersebut menetapkan bahwa waktu liburan musim panas guru dilaksanakan sesuai dengan peraturan lembaga pendidikan berkelanjutan, maksimal 8 minggu, minimal 4 minggu. Selama liburan musim panas, guru berpartisipasi dalam pelatihan dan pengembangan sesuai dengan persyaratan jabatan, mengikuti ujian kelulusan SMA, pendaftaran, mengajar kelas sesuai dengan program pelatihan dan pengembangan, serta kegiatan pendidikan pusat ketika dipanggil.
Rancangan peraturan ini tidak menetapkan waktu liburan musim panas bagi direktur dan wakil direktur sebagaimana yang berlaku bagi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah umum karena sifat pekerjaan pusat yang melibatkan banyak kegiatan pendidikan dan pelatihan selama liburan musim panas siswa. Namun, pemberian izin kepada pusat untuk mengatur waktu liburan musim panas bagi guru yang menjabat sebagai staf manajemen lembaga pendidikan harus diatur dalam peraturan internal pusat dan harus mengatur waktu liburan musim panas secara fleksibel untuk memastikan bahwa kegiatan pusat berlangsung normal dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh otoritas yang berwenang.
Peraturan di atas menjamin hak guru untuk mendapatkan liburan musim panas sesuai dengan Undang-Undang Guru, mengatasi situasi di mana beberapa pusat tidak mengatur liburan musim panas untuk guru atau mengatur liburan musim panas yang terlalu pendek.
Peraturan tentang penyatuan jumlah rata-rata jam mengajar per minggu
Rancangan Surat Edaran tersebut juga menetapkan bahwa rata-rata jam mengajar per minggu bagi guru yang mengajar program Pendidikan Berkelanjutan adalah 17 jam untuk memastikan konsistensi, mengingat guru tersebut mengajar program SMP dan SMA. Selain itu, berdasarkan survei di fasilitas Pendidikan Berkelanjutan, pusat-pusat tersebut sebagian besar mengajarkan program Pendidikan Berkelanjutan di tingkat SMA. Jumlah siswa yang mengikuti program Pendidikan Berkelanjutan di tingkat SMP sangat sedikit, dan beberapa pusat bahkan tidak memilikinya.
Sementara itu, menurut rancangan peraturan tentang standar profesi guru lembaga pendidikan berkelanjutan, hanya akan ada satu posisi guru pendidikan berkelanjutan di sebuah lembaga pendidikan berkelanjutan. Norma jam mengajar bagi guru yang menjabat sebagai direktur dan wakil direktur harus konsisten dengan peraturan tentang norma jam mengajar bagi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah sekolah umum, serta tetap mempertahankan peraturan yang berlaku tentang norma jam mengajar bagi kepala dan wakil kepala sekolah lembaga pendidikan vokasi.
Penetapan jumlah jam mengajar standar dalam satu tahun ajaran dan jumlah jam mengajar rata-rata dalam seminggu secara jelas akan memudahkan penugasan dan pengaturan guru, sehingga terwujud keadilan di antara guru dalam satu pusat pendidikan yang sama.
Konversi kegiatan profesional, pengurangan jam mengajar: menjamin hak guru
Pengaturan mengenai pengurangan jam mengajar dan pengalihan kegiatan profesional menjadi jam mengajar harus konsisten dengan pengaturan bagi guru pendidikan umum dan guru persiapan universitas, serta sesuai dengan fungsi dan tugas pusat.
Namun, draf Surat Edaran tersebut hanya mengatur tugas-tugas rutin yang dirangkap dan kegiatan profesional umum pusat. Jika terdapat tugas-tugas lain yang memerlukan pengurangan standar jam mengajar atau konversi, direktur akan memperkirakan jumlah jam mengajar yang dikonversi berdasarkan kompleksitas dan beban kerja. Hal ini harus disepakati dalam rapat kolektif pusat. Setelah mencapai konsensus, direktur memutuskan jumlah jam mengajar yang dikonversi untuk tugas tersebut dan melaporkannya secara tertulis kepada Departemen Pendidikan dan Pelatihan.
Sebelumnya, Pusat Pendidikan Berkelanjutan menerapkan kebijakan pengurangan jam mengajar dan konversi kegiatan profesional menjadi jam mengajar sesuai dengan peraturan guru umum. Namun, banyak konten profesional yang tidak sesuai atau tidak tersedia, sehingga pusat-pusat tersebut mengalami kesulitan. Peraturan yang jelas tentang konversi dan pengurangan standar akan memudahkan pusat-pusat dalam mengalokasikan dan mengatur pekerjaan, serta menjamin hak-hak guru dalam menerapkan kebijakan dan aturan pembayaran lembur.
Selain itu, untuk melaksanakan kebijakan penggabungan pusat pendidikan vokasi dan pusat pendidikan berkelanjutan ke dalam sekolah menengah kejuruan setara SMA di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Pelatihan guna menyediakan layanan publik di wilayah antar kelurahan dan kecamatan (sesuai dengan Surat Keputusan No. 59-CV/BCĐ tanggal 12 September 2025 dari Komite Pengarah Pusat tentang ringkasan Resolusi 18-NQ/TW), Kementerian Pendidikan dan Pelatihan sedang mengkaji dan mengusulkan kepada otoritas terkait untuk menerbitkan dokumen hukum sebagai dasar pedoman pelaksanaan di daerah. Setelah sistem dasar hukum ini rampung, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan akan menyesuaikan ketentuan Surat Edaran tentang tata kerja guru lembaga pendidikan berkelanjutan dengan model baru.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/du-thao-quy-dinh-che-do-lam-viec-doi-voi-giao-vien-co-so-giao-duc-thuong-xuyen-post749779.html






Komentar (0)