
Dengan demikian, kapal penangkap ikan dengan panjang 24 meter atau lebih yang tidak menyimpan catatan eksploitasi hasil laut, tidak mencatat secara akurat persyaratan organisasi penangkap ikan, atau melaporkan secara tidak benar saat mengeksploitasi hasil laut, akan dikenakan denda sebesar 500 juta hingga 700 juta VND.
Perbuatan mengeksploitasi hasil laut di perairan negara atau wilayah asing tanpa izin eksploitasi hasil laut akan dikenakan denda mulai dari 800 juta VND sampai dengan 1 miliar VND.
Khususnya, Peraturan No. 38 telah menambahkan kewenangan sanksi kepada polisi hutan. Alasan tambahan ini adalah untuk memastikan bahwa pelanggaran administratif dalam perlindungan sumber daya perairan di taman nasional dan kawasan konservasi dapat dideteksi dengan segera dan ditangani sesuai peraturan.
Selain itu, instansi dan orang yang berwenang menangani pelanggaran administrasi diperbolehkan menggunakan peralatan dan sarana teknis profesional untuk mendeteksi pelanggaran administrasi di bidang eksploitasi sumber daya perairan, perlindungan sumber daya perairan, dan akuakultur.

Wakil Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Phung Duc Tien mengatakan bahwa Keputusan No. 38 meningkatkan undang-undang pembatasan untuk pelanggaran administratif di sektor perikanan menjadi 2 tahun sambil tetap mempertahankan sanksi yang ketat untuk pelanggaran administratif yang berulang atau residivis.
Oleh karena itu, menonaktifkan perangkat pelacak GPS (GSHT) berulang kali merupakan keadaan yang memberatkan. Kapal penangkap ikan yang tidak memelihara transmisi informasi dari perangkat pelacak GPS di kapal penangkap ikan ke sistem pemantauan kapal penangkap ikan sebagaimana ditentukan, menonaktifkan perangkat pelacak GPS di kapal penangkap ikan, atau tidak memiliki perangkat pelacak GPS di kapal penangkap ikan dengan panjang 24 m atau lebih, akan dikenakan denda sebesar 300-500 juta VND, dan jika mengulangi pelanggaran, akan dikenakan denda hingga 700 juta VND.
Sumber






Komentar (0)