
Berita palsu tersebar luas di media sosial
Dalam satu dekade, jejaring sosial telah berubah dari sekadar tempat bagi pengguna untuk berbagi foto dan memperbarui status menjadi "panggung" bagi banyak sekali kisah yang belum diverifikasi.
Kecepatan penyebaran berita palsu inilah yang membuatnya sangat berbahaya: hanya dibutuhkan satu unggahan dari satu akun dan beberapa kali dibagikan agar informasi tersebut menjadi tak terkendali dan masuk ke dalam percakapan jutaan orang.
Banyak pengguna merasa cukup sadar untuk menghadapi berita bohong, tetapi kenyataannya justru sebaliknya. Berita bohong seringkali dibalut dengan emosi yang kuat, kemarahan, simpati, dan kemarahan… sehingga mudah bagi pembaca untuk mengabaikan langkah memeriksa sumbernya.
Algoritma media sosial cenderung mengutamakan konten kontroversial, tanpa sengaja mendorongnya ke posisi yang lebih tinggi di linimasa berita. Semakin banyak orang melihatnya, semakin banyak pula yang mempercayainya, dan siklus ini terus berlanjut.
Konsekuensinya lebih dari sekadar kesalahpahaman terhadap suatu peristiwa. Di banyak tempat di seluruh dunia , termasuk Vietnam, berita palsu telah merusak reputasi pribadi, mengganggu operasional bisnis, menciptakan kekacauan sosial, dan bahkan memengaruhi keputusan kebijakan.
Realitas ini mengingatkan kita bahwa kita hidup di era di mana setiap informasi yang kita terima perlu dievaluasi ulang sebelum kita mempercayainya dan membagikannya.
Mengidentifikasi berita palsu yang dibuat dengan teknologi AI generatif
Jika dulu berita palsu dibuat dengan cara memutarbalikkan kebenaran, kini teknologi AI (dari teks, gambar, hingga video ) telah mengubah pembuatan misinformasi menjadi proses yang jauh lebih cepat, murah, dan sulit dideteksi.
Foto realistis tercipta dalam hitungan detik, sementara video deepfake mensimulasikan suara dan wajah manusia hingga sulit dibedakan dengan mata telanjang. Banyak pengguna internet telah menyaksikan gambar politisi yang muncul di tempat yang belum pernah mereka kunjungi, bisnis yang direkayasa dengan pernyataan, atau orang biasa yang ditempatkan dalam situasi yang sama sekali tidak nyata. Produk-produk AI generatif bertindak sebagai semacam "kamuflase teknologi", mengubah informasi palsu menjadi informasi yang masuk akal dan menyulitkan pemirsa untuk meragukannya.
Namun, berita palsu yang diciptakan oleh AI masih meninggalkan jejak-jejak tertentu. Mata yang tidak alami, jari-jari ekstra, detail kecil dalam pencahayaan, proporsi tubuh, atau kata-kata yang terlalu sempurna dan tanpa emosi… semuanya merupakan tanda-tanda pengenalan.
Selain itu, banyak platform kini telah mulai menggabungkan alat deteksi konten yang dihasilkan AI, tetapi kemampuan pengenalan belum mengimbangi laju kemajuan teknologi.
Konteks ini menuntut pengguna media sosial untuk membentuk kebiasaan: selalu bertanya, “Siapa pembuat informasi ini?”, “Mengapa muncul saat ini?”, “Apakah ada sumber resmi yang mengonfirmasinya?”… Di dunia di mana AI dapat menciptakan “kebenaran alternatif”, ketenangan pengguna media sosial menjadi perisai terpenting.
Sumber: https://baovanhoa.vn/nhip-song-so/khi-tin-gia-ai-tro-thanh-thu-pham-khuech-dai-thong-tin-sai-lech-186877.html










Komentar (0)