Pada tahun 2006, topan dahsyat Xangsane melanda wilayah tengah. Saat itu, badai tersebut menyebabkan hujan lebat dan banjir, merusak sejumlah besar hasil pertanian yang siap panen.
Menyaksikan pemandangan di atas, setahun kemudian, pada musim panas 2007, mahasiswa tingkat tiga Pham Huu Tam kembali ke kampung halamannya (dulunya Quang Nam ) untuk mulai membuat pengering pertanian pertama di daerah tersebut. Antrean panjang orang-orang menunggu giliran untuk dikeringkan. Berkat itu, banyak hasil pertanian "diselamatkan" setelah setiap musim hujan dan badai.
Inilah asal mula keputusan untuk menekuni bidang manufaktur mesin pertanian dari Bapak Pham Huu Tam, yang saat ini menjabat sebagai CEO Perusahaan Saham Gabungan Teknologi Hijau Vietnam.
Kisah di atas dibagikannya pada diskusi "Membentuk startup yang sistematis - Membedakan untuk bertahan hidup" yang baru-baru ini diselenggarakan oleh Management & Startup Group.
"Rasa keberhasilan memasang pengering untuk petani masih menghantui saya hingga hari ini," ujar CEO tersebut dengan penuh emosi, karena produknya telah mengatasi kerusakan akibat bencana alam di tanah kelahirannya.
Menurutnya, ide memulai bisnis berawal dari memecahkan "rasa sakit", atau masalah yang dihadapi masyarakat. Memecahkan setiap rasa sakit adalah kunci untuk membantu bisnis bertahan dan berkembang. Hingga kini, produk-produk perusahaan telah hadir di sebagian besar provinsi/kota di seluruh negeri dan telah diekspor.

Memecahkan masalah untuk tanah air juga merupakan kisah yang dibagikan oleh CEO Perusahaan Sokfarm, Bapak Pham Dinh Ngai pada lokakarya tersebut.
Ia mengatakan bahwa bisnis juga bergantung pada kondisi lokal yang kurang menguntungkan untuk mengembangkan model bisnis mereka. Khususnya, Provinsi Tra Vinh (lama) memiliki lahan kelapa yang luas, tetapi para petani harus menghadapi salinitas. Ketika salinitas terjadi, kelapa menyusut dan gugur, sehingga memengaruhi hasil panen. Lahan kelapa tidak lagi memiliki nilai ekonomi, dan banyak rumah tangga cenderung menebang pohon.
Untuk beradaptasi dengan kondisi alam, Bapak Ngai dan rekan-rekannya mewarisi dan melanjutkan profesi tradisional pengumpul sari kelapa masyarakat Khmer di Selatan untuk menciptakan produk-produk khas dari pohon kelapa di kawasan bakau. Kemudian, produk-produk tersebut juga diekspor ke pasar Belanda dan Jepang.
Bapak Le Minh Tri, Wakil Direktur Perusahaan Tri Tin, menyampaikan bahwa perusahaannya berawal dari rumput laut dan juga membuat perbedaan dari kondisi alam yang kurang mendukung.
Pada tahun 2004, ketika Tri Tin didirikan, produk rumput laut di pasar Vietnam semuanya diimpor dari Jepang, Korea, dan Tiongkok. Ketika perusahaan membawa rumput laut Vietnam untuk dijual di Korea, banyak orang menganggap menjualnya tidak ada gunanya, seperti "membawa kayu bakar ke hutan," kata Bapak Tri.
Namun, manajemen perusahaan melihat perbedaannya. Sebab, setiap produk pertanian bergantung pada faktor lingkungan dan iklim. Kedua faktor ini menciptakan kekhasan lokal.
Demikian pula, Jepang dan Korea adalah dua negara yang terletak di zona iklim sedang. Vietnam terletak di zona iklim tropis. Setiap zona iklim yang berbeda akan menciptakan ekosistem tumbuhan dan hewan yang berbeda pula.
Oleh karena itu, perusahaan Tri Tin memutuskan untuk menjual rumput laut ke luar negeri dan diterima dengan baik oleh pasar luar negeri. Hal ini menjadi dasar bagi perusahaan untuk mengembangkan beberapa jenis rumput laut baru.
Ide-ide startup datang dari 3 bisnis yang berbeda tetapi semuanya memiliki satu kesamaan: mengubah kondisi yang tidak menguntungkan menjadi peluang untuk memulai model bisnis dan secara bertahap menuai kesuksesan.
Menurut Ibu Truong To Nhu, CEO Founder Branding, perbedaan dalam perjalanan berwirausaha mungkin bukan masalah besar. Inilah jalan yang berani ditempuh seorang wirausahawan. Meskipun orang lain belum melihat nilainya, wirausahawan melihatnya.
Namun, ia percaya bahwa memulai bisnis bukan hanya soal ide, tetapi juga tentang ketahanan. Selain itu, faktor-faktor seperti: menemukan mitra yang tepat; teknologi yang sesuai; memenuhi kebutuhan pelanggan dalam siklus pasar; dan mengetahui cara membangun merek juga sangat penting.
"Memulai bisnis secara sistematis bukan tentang memiliki rencana, tetapi tentang mengetahui cara belajar, cara memperbaiki keadaan, dan cara bangkit kembali. Menjadi berbeda bukan tentang pamer, tetapi tentang menciptakan nilai nyata bagi orang lain, tentang menghadirkan produk nyata kepada lebih banyak orang," ujar pengusaha wanita tersebut.

Sumber: https://vietnamnet.vn/khoi-nghiep-khac-biet-khi-noi-dau-tro-thanh-co-hoi-lam-giau-2458315.html






Komentar (0)