Tekanan pencairan dan “hambatan” dari aset publik
Dalam konteks perekonomian Vietnam yang sedang berupaya memulihkan momentum pertumbuhan, menemukan dan mengaktifkan sumber daya keuangan internal yang berkelanjutan merupakan prioritas utama. Salah satu sumber daya besar yang belum sepenuhnya dieksploitasi adalah aset publik (TSC), terutama tanah dan aset yang melekat padanya. Mempercepat proses pengolahan, penataan ulang, dan publikasi aset publik bukan hanya persyaratan pengelolaan negara, tetapi juga merupakan pengungkit keuangan strategis, yang mampu menciptakan sumber modal yang sangat besar untuk dibelanjakan pada investasi pembangunan atau mengurangi utang publik.
Namun, kenyataannya menunjukkan adanya keterlambatan implementasi yang serius di banyak daerah. Meskipun kerangka hukum, khususnya Undang-Undang tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Barang Milik Negara dan Peraturan Pemerintah terkait, telah diterbitkan dan diselesaikan selama bertahun-tahun, kemajuan penanganannya masih belum memenuhi harapan Pemerintah dan Kementerian Keuangan . Hal ini menjadi "hambatan" yang menghambat aliran sumber modal besar ini ke dalam perekonomian.
Keterlambatan ini terlihat dari dua aspek utama. Pertama, kemajuan penataan dan pengelolaan aset properti milik negara. Banyak instansi, unit, dan badan usaha masih menguasai lahan dan aset yang luas, menggunakannya secara tidak efisien, boros, atau bahkan untuk tujuan yang salah. Keterlambatan penerbitan keputusan penataan dan persetujuan rencana tata guna lahan pascaekuitasisasi telah menyebabkan modal miliaran dong "tertidur" di lahan-lahan utama. Kedua, upaya publikasi dan transparansi informasi aset publik. Keterlambatan pemutakhiran dan kurangnya sinkronisasi data pada Basis Data Nasional Aset Publik membuat gambaran skala dan nilai riil aset publik menjadi tidak jelas, sehingga menghambat keputusan pengelolaan dan pemanfaatan yang efektif.

Pemerintah dalam menyelesaikan penumpukan TSC.
Menurut survei yang dilakukan oleh para wartawan, para pakar ekonomi dan pelaku bisnis telah menyatakan ketidaksabaran mereka terhadap situasi ini. Optimalisasi aset tetap dianggap sebagai faktor kunci untuk merestrukturisasi anggaran negara, mengurangi tekanan untuk menaikkan pajak, atau menerbitkan lebih banyak obligasi guna memobilisasi modal. Kalangan bisnis, terutama sektor properti dan logistik, sedang menunggu pasokan lahan dan bangunan yang bersih dari likuidasi dan penataan aset tetap untuk memperluas kegiatan investasi dan produksi. Penundaan ini telah menciptakan distorsi di pasar properti dan mengurangi kepercayaan terhadap kecepatan reformasi administrasi.
Faktanya, belakangan ini, Kementerian Keuangan, lembaga yang bertanggung jawab mengelola TSC, terus mengeluarkan arahan yang mewajibkan pemerintah daerah, kementerian, dan lembaga terkait untuk mempercepat kemajuan dan secara serius melaporkan permasalahan serta kesulitan spesifik. Langkah ini menunjukkan tekad Pemerintah untuk menyelesaikan secara tuntas tunggakan TSC, mengingat hal ini sebagai tugas utama untuk menciptakan sumber daya keuangan yang bersih dan berkelanjutan bagi tahap pembangunan yang baru.
Menyelesaikan hambatan melalui dialog yang jujur dan menciptakan mekanisme desentralisasi yang jelas
Untuk berhasil membuka "aset terpendam" ini, diperlukan perubahan sistemik dari pemikiran manajemen ke mekanisme penegakan hukum. Saat ini, Kementerian Keuangan sedang mempromosikan pendekatan baru, yaitu meminta daerah untuk secara jelas menyatakan kesulitan yang dihadapi untuk mengatasinya, beralih dari sekadar mengeluarkan perintah menjadi dialog dan dukungan teknis.
Menurut analisis para ahli, hambatan di tingkat akar rumput perlu dihilangkan. Kendala utama yang menghambat kemajuan penanganan TSC terletak pada tiga poin utama. Pertama, tumpang tindih dan ketidakkonsistenan antar dokumen hukum, terutama antara Undang-Undang Pertanahan, Undang-Undang Pengelolaan dan Pemanfaatan TSC, dan Undang-Undang Pengelolaan Modal Negara. Kedua, ketakutan dan keragu-raguan instansi pemerintah daerah. Penanganan TSC seringkali melibatkan tanggung jawab pribadi, terutama dalam kasus-kasus di mana aset telah disalahgunakan di masa lalu, yang mengarah pada mentalitas "lebih baik lambat daripada salah". Ketiga, kurangnya sumber daya manusia dengan keahlian mendalam di bidang penilaian, keuangan publik, dan hukum di tingkat pemerintah akar rumput untuk melaksanakan prosedur yang rumit secara cepat dan transparan.
Oleh karena itu, permintaan Kementerian Keuangan agar daerah "menyatakan dengan jelas kesulitan yang dihadapi untuk menyelesaikannya" merupakan langkah strategis, yang bertujuan untuk mengidentifikasi secara akurat "hambatan hukum" atau "hambatan kapasitas" yang ada. Hanya ketika kesulitan-kesulitan spesifik ditemukan, Kementerian Keuangan dan kementerian serta lembaga terkait dapat segera mengusulkan solusi untuk mengubah undang-undang atau memberikan arahan profesional, alih-alih hanya menerapkan kriteria umum.

Percepatan pengungkapan keuangan unit layanan publik dan badan usaha milik negara juga menjadi kebutuhan yang mendesak.
Para pakar ekonomi meyakini bahwa kunci penyelesaian masalah ini adalah peningkatan desentralisasi dan delegasi, yang dibarengi dengan peningkatan akuntabilitas dan transparansi. Setelah kerangka hukum yang relatif lengkap tersedia, yang perlu dilakukan adalah memberdayakan daerah agar lebih proaktif dalam memutuskan rencana pengaturan, sekaligus memastikan seluruh proses penilaian dan lelang aset dipublikasikan. Publisitas ini tidak hanya membantu pengawasan, tetapi juga merupakan langkah untuk melindungi pejabat dari risiko hukum dalam menjalankan tugasnya.
Selain penanganan aset berwujud, percepatan pengungkapan keuangan unit layanan publik dan badan usaha milik negara juga merupakan kebutuhan mendesak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan disiplin dan ketertiban keuangan serta menstandardisasi informasi untuk mendukung pemantauan dan evaluasi efisiensi operasional.
Solusi teknis modern yang sangat diapresiasi oleh para manajer adalah penerapan teknologi informasi dan transformasi digital yang kuat dalam manajemen TSC. Berinvestasi dan melengkapi Basis Data Nasional Aset Publik merupakan fondasi untuk menciptakan gambaran aset negara yang komprehensif dan real-time. Platform ini tidak hanya membantu Kementerian Keuangan mengelola ekonomi makro tetapi juga memungkinkan daerah untuk memantau, membandingkan, dan mempublikasikan informasi dengan mudah, sehingga meminimalkan perilaku negatif, kerugian, dan pemborosan.
Dengan tekad Kementerian Keuangan dan inisiatif daerah dalam mengatasi hambatan, puluhan ribu miliar VND modal dari TSC akan segera dicairkan. Modal ini akan digunakan untuk merestrukturisasi investasi publik, mengembangkan infrastruktur utama, mengurangi tekanan utang publik, dan sekaligus menciptakan lingkungan investasi yang lebih adil dan transparan bagi perusahaan domestik dan asing. Hanya dengan demikian TSC akan benar-benar menjadi pendorong keuangan yang kuat, yang akan mendukung tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan Vietnam.
Sumber: https://vtv.vn/khoi-tai-san-ngu-quen-don-bay-tai-chinh-cho-duoc-kich-hoat-tu-cap-dia-phuong-100251204235659885.htm










Komentar (0)