Dalam surel kepada SCMP , juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan tindakan Tiongkok menggarisbawahi perlunya diversifikasi rantai pasokan. Washington beserta sekutu dan mitranya akan mengatasi hal ini dan membangun ketahanan dalam rantai pasokan yang krusial.
Pembatasan ekspor logam merupakan langkah besar pertama Beijing dalam menanggapi apa yang telah dilakukan Washington untuk membatasi penggunaan teknologi AS oleh Tiongkok dalam mengembangkan aplikasi militer dan komputasi canggih.
Pada 3 Juli, dengan alasan keamanan dan kepentingan nasional, Kementerian Perdagangan Tiongkok mengumumkan pengendalian ekspor produk germanium dan galium mulai 1 Agustus. Para analis meyakini hal ini akan semakin memperkeruh perang dagang AS-Tiongkok, yang akan memengaruhi upaya untuk mengurangi ketergantungan pada Tiongkok untuk bahan-bahan penting.
Diperlukan waktu dan investasi yang signifikan untuk menciptakan kembali sebagian rantai pasokan mineral penting, menurut Paul Triolo, wakil presiden senior firma konsultan strategis Albright Stonebridge Group.
Beijing telah menginformasikan keputusannya kepada AS dan Uni Eropa sebelumnya melalui saluran dialog pengendalian ekspor. Tiongkok adalah produsen germanium dan galium terbesar di dunia , menyumbang lebih dari 95% produksi galium dan 67% produksi germanium.
Beijing memandang kontrol baru ini sebagai potensi daya ungkit dalam negosiasi dengan Washington terkait akses ke teknologi inti, ujar Bapak Triolo. Pada 5 Juli, mantan Menteri Perdagangan Tiongkok Wei Jianguo mengatakan bahwa kontrol ekspor tersebut "hanyalah awal dari langkah balasan Tiongkok."
Menurut Wall Street Journal , pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan peraturan baru yang akan melarang perusahaan Tiongkok menggunakan layanan komputasi awan AS seperti Amazon dan Microsoft. Pada Oktober 2022, Washington melarang ekspor beberapa teknologi semikonduktor canggih ke Tiongkok. Pekan lalu, Belanda mengumumkan kontrol ekspor untuk manufaktur chip kelas atas.
Sekutu AS sedang menilai dampak pembatasan baru terhadap perekonomian mereka dan mencari cara untuk meresponsnya. Uni Eropa telah mendesak otoritas Tiongkok untuk menggunakan pendekatan yang menerapkan kontrol dan pembatasan berdasarkan pertimbangan keamanan yang jelas, sejalan dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia.
(Menurut SCMP)
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)