1. Pada tahun 2024, berapa bulan cuti hamil sebelum melahirkan yang berhak diterima pekerja perempuan?
Berdasarkan Pasal 139 Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun 2019, cuti hamil diatur sebagai berikut:
- Karyawan perempuan berhak memperoleh cuti hamil selama 06 bulan sebelum dan sesudah melahirkan; masa cuti sebelum melahirkan tidak boleh melebihi 02 bulan.
Apabila karyawan wanita melahirkan anak kembar atau lebih, mulai dari anak kedua dan seterusnya, untuk setiap anak, ibu berhak memperoleh tambahan waktu istirahat selama 1 bulan.
- Selama cuti melahirkan, karyawan perempuan berhak memperoleh tunjangan melahirkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang jaminan sosial.
- Setelah berakhirnya masa cuti melahirkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun 2019, apabila diperlukan, pekerja perempuan dapat mengambil cuti tambahan tanpa dibayar setelah mencapai kesepakatan dengan pengusaha.
- Sebelum berakhirnya masa cuti melahirkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun 2019, pekerja perempuan dapat kembali bekerja setelah masa cuti sekurang-kurangnya 04 (empat) bulan, dengan ketentuan bahwa pekerja perempuan harus memberitahukan terlebih dahulu, memperoleh persetujuan dari pemberi kerja, dan memperoleh keterangan dari tempat pemeriksaan dan pengobatan yang berwenang bahwa kembali bekerja lebih awal tidak membahayakan kesehatan pekerja.
Dalam hal ini, selain gaji hari kerja yang dibayarkan oleh pemberi kerja, karyawan perempuan tetap memperoleh tunjangan kehamilan sesuai ketentuan undang-undang tentang jaminan sosial.
- Karyawan laki-laki yang istrinya melahirkan, karyawan yang mengangkat anak di bawah umur 6 bulan, karyawan wanita yang menjadi ibu pengganti dan karyawan yang menjadi ibu dengan ibu pengganti berhak mengambil cuti hamil sesuai dengan ketentuan undang-undang tentang jaminan sosial.
Dengan demikian, berdasarkan ketentuan di atas, pekerja perempuan berhak memperoleh cuti hamil paling lama 02 bulan sebelum melahirkan.
Selain itu, pekerja perempuan yang ikut serta dalam jaminan sosial wajib, apabila memenuhi syarat sahnya, akan menikmati tunjangan bersalin.
2. Peraturan tentang perlindungan maternitas
Ketentuan mengenai perlindungan maternitas berdasarkan Pasal 137 Kitab Undang-Undang Hukum Ketenagakerjaan Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
- Pengusaha dilarang menggunakan pekerjanya untuk bekerja malam hari, lembur, atau perjalanan dinas dalam hal-hal sebagai berikut:
+ Hamil sejak bulan ke-7 atau sejak bulan ke-6 apabila bekerja di daerah pegunungan, terpencil, perbatasan atau kepulauan;
+ Membesarkan anak di bawah usia 12 bulan, kecuali dalam kasus di mana karyawan menyetujuinya.
- Pekerja perempuan yang melakukan pekerjaan berat, beracun, berbahaya atau sangat berat, beracun, berbahaya atau pekerjaan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap fungsi reproduksi dan pengasuhan anak selama masa kehamilan dan memberitahukan kepada pengusaha akan dipindahkan oleh pengusaha ke pekerjaan yang lebih ringan, aman atau jam kerjanya dikurangi 01 jam sehari tanpa pengurangan upah, hak, dan tunjangan sampai dengan berakhirnya masa membesarkan anak di bawah umur 12 bulan.
- Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja atau pemutusan hubungan kerja sepihak terhadap pekerjanya karena alasan perkawinan, kehamilan, cuti melahirkan, atau mengasuh anak di bawah umur 12 bulan, kecuali pengusaha adalah orang perseorangan yang meninggal dunia, dinyatakan oleh Pengadilan kehilangan kecakapan melakukan perbuatan hukum, hilang atau meninggal dunia, atau pengusaha bukan orang perseorangan yang berhenti beroperasi atau diberitahu oleh badan khusus pendaftaran usaha pada Komite Rakyat Daerah bahwa tidak ada wakil sah atau orang yang berwenang untuk melaksanakan hak dan kewajiban wakil sah tersebut.
Apabila kontrak kerja berakhir sedangkan pekerja perempuan sedang hamil atau membesarkan anak di bawah umur 12 bulan, maka yang bersangkutan diprioritaskan untuk menandatangani kontrak kerja yang baru.
Pekerja perempuan yang sedang menstruasi berhak atas waktu istirahat 30 menit setiap hari, dan mereka yang membesarkan anak di bawah usia 12 bulan berhak atas waktu istirahat 60 menit setiap hari selama jam kerja. Selama waktu istirahat tersebut, mereka tetap berhak atas gaji penuh sesuai dengan kontrak kerja.
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)