Vietnam adalah salah satu negara terdepan di Asia Tenggara dalam hal permintaan konsumsi emas, sekitar 55,5 ton pada tahun 2023, menurut laporan World Gold Council. Namun, transaksi emas dan perak seringkali kecil, tanpa faktur dan dokumen, kurangnya transparansi, dan perbedaan harga yang tinggi antara domestik dan dunia...
Seorang perwakilan dari Direktorat Jenderal Pajak mengatakan bahwa belakangan ini, industri perpajakan telah memiliki banyak solusi untuk mengendalikan penerbitan faktur elektronik untuk transaksi jual beli emas. Namun, untuk mengendalikan semua transaksi tersebut, industri perpajakan meyakini bahwa partisipasi kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah diperlukan.
Badan ini merekomendasikan agar Bank Negara berkoordinasi dalam pengendalian arus kas dan mempelajari peraturan yang mewajibkan pembayaran non-tunai untuk transaksi emas. Di saat yang sama, pemerintah daerah diminta untuk meningkatkan inspeksi, pengawasan, dan penanganan pelanggaran terhadap lembaga yang tidak menerbitkan faktur kepada pembeli tepat waktu.
Sebelumnya, dalam arahan tertanggal 2 Mei, Perdana Menteri Pham Minh Chinh kembali meminta Bank Negara untuk segera memeriksa pasar emas, aktivitas bisnis, toko, distributor, serta pembeli dan penjual emas batangan. Beliau meminta agar transaksi jual beli logam mulia ini wajib menggunakan faktur elektronik untuk meningkatkan transparansi. Bagi bisnis yang tidak mematuhi, sanksi terberat adalah pencabutan izin operasionalnya.
Permintaan semacam ini sudah berkali-kali disampaikan Pemerintah akhir-akhir ini, saat harga emas terus berfluktuasi, dengan selisih yang cukup tinggi dibandingkan harga emas dunia.
Seorang perwakilan otoritas pajak mengatakan bahwa perusahaan perdagangan emas dan perak terutama beroperasi di dua bidang: emas batangan, perhiasan, dan seni rupa. Khususnya, perusahaan perdagangan emas batangan harus memenuhi skala sumber modal, jaringan cabang, dan memiliki izin dari Bank Negara.
Bisnis yang membeli dan menjual perhiasan emas dan karya seni rupa perlu mendaftarkan bisnis mereka dengan izin pendirian usaha dan memenuhi peraturan tertentu tentang lokasi, fasilitas, dan peralatan.
"Otoritas pajak pada dasarnya telah mengendalikan penerbitan faktur," ujar perwakilan lembaga tersebut. Namun, menurut perwakilan pajak, dalam kasus perhiasan emas dan karya seni, pembelinya adalah perorangan dan tidak menerima faktur, sehingga menyulitkan otoritas pajak dalam mengendalikan transaksi tersebut.
Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak menghimbau kepada konsumen untuk memperoleh faktur ketika membeli barang dan jasa, sehingga tercipta kebiasaan konsumsi yang beradab dan turut melindungi hak-hak konsumen ketika membeli barang.
Faktanya, badan usaha dan rumah tangga pelaku usaha wajib menerapkan faktur elektronik mulai 1 Juli 2022, sesuai Undang-Undang Administrasi Perpajakan. Informasi dari perwakilan Direktorat Jenderal Pajak menyebutkan bahwa saat ini, 100% badan usaha di sektor perdagangan emas dan perak telah menggunakan faktur elektronik.
Mulai akhir tahun 2022, industri perpajakan akan menerapkan solusi faktur elektronik yang dihasilkan dari mesin kasir. Saat ini, terdapat lebih dari 5.800 bisnis emas dan perak di seluruh negeri yang menerapkan dan menggunakan lebih dari 1 juta faktur elektronik yang dihasilkan dari mesin kasir.
TH (menurut VnExpress)Sumber






Komentar (0)