Jalanan ibu kota musim ini terasa lebih indah berkat sepeda-sepeda yang sarat bunga seperti itu. Bunga-bunga memenuhi keranjang, penuh warna, bergoyang mengikuti setiap kayuhan pelan pedagang kaki lima. Kulihat rintik-rintik sinar matahari pagi jatuh di setiap kelopaknya, membuat seluruh sepeda bagaikan taman bergerak, membawa kembali seluruh musim bunga dengan penuh gairah bersama jalanan. Para pejalan kaki, betapa pun terburu-burunya, tak kuasa menahan diri untuk menoleh ke belakang. Di tengah semua suara dan pemandangan, warna putih bersih dari cabang-cabang bunga aster tampak mencolok. Bunga-bunga kecil, yang berdesakan dalam keranjang besar, bagaikan awan putih yang melayang hilang di tengah jalanan yang padat. Membawa momen kedamaian, langit yang lembut bagi orang-orang untuk berhenti sejenak dalam ritme kehidupan kota yang terburu-buru.

Saya ingat suatu pagi ketika saya melewati jalan di tepi Danau Truc Bach, sebuah mobil penjual bunga berhenti di persimpangan. Di dalam mobil itu terdapat seikat bunga aster yang baru dipotong, masih berembun. Penjualnya adalah seorang gadis ramping dengan senyum lembut, perlahan-lahan merapikan setiap karangan bunga. Matahari pagi mulai terbenam, kelopak-kelopak bunga bergoyang lembut, membuat seluruh sudut jalan tampak bercahaya.
Gerobak-gerobak bunga yang berjejer di setiap sudut telah menjadi bagian dari kenangan mereka yang telah jatuh cinta pada negeri ini. Tak peduli warna kulit, penduduk asli, penduduk asli, atau orang desa, gerobak-gerobak bunga seakan membawa seluruh musim, kegembiraan, dan momen-momen mesra ke segala penjuru. Terkadang, sekadar sepeda tua dan sekeranjang bunga segar saja sudah cukup untuk membuat Hanoi semakin puitis.
Sore hari, ketika aku kembali ke jalan pagi, gerobak bunga yang kulihat setengah kosong. Buket-buket bunga aster meninggalkan keranjang, mengikuti tangan orang-orang asing, ke rumah-rumah yang berbeda. Buket-buket itu pasti akan mencerahkan sudut meja belajar, vas keramik tua, atau sekadar melembutkan hari-hari seseorang yang biasa dan lelah dengan ranting-ranting aster putih penuh kerinduan. Dan seperti banyak hal yang sunyi, gerobak bunga kecil itu diam-diam menambahkan secuil keindahan pada kota, keindahan sunyi yang abadi.
Entah sejak kapan, gerobak bunga di jalanan Hanoi ingin dilestarikan oleh semua orang yang pernah menginjakkan kaki di Hanoi melalui foto. Ada pasangan yang menghentikan gerobak mereka, bertukar kebahagiaan sederhana di bawah sebuket mawar putih. Ada sekelompok mahasiswa yang mengobrol dan berfoto di samping gerobak, ao dai mereka berkibar, senyum mereka tulus. Dan bahkan mereka yang lewat, hanya perlu berhenti sejenak untuk melihat, dan merasakan hati mereka melembut seperti kelopak bunga yang terhampar patuh di keranjang bersama para pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/nho-ha-noi-nho-nhung-chuyen-xe-hoa-post827309.html










Komentar (0)