Pada tanggal 11 Juli, Departemen Umum Perpajakan mengeluarkan informasi tentang situasi terkini pembelian dan penjualan faktur.
Sehubungan dengan itu, Direktorat Jenderal Pajak telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan pemeriksaan dan penindakan terhadap sejumlah oknum oknum yang menggunakan KTP/Kartu Tanda Penduduk palsu untuk mendirikan badan usaha baru atau mengakuisisi badan usaha yang tidak aktif dengan tujuan menjual faktur pajak ilegal kepada badan usaha, sehingga dapat mengurangi kewajiban perpajakan terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara.
Melalui koordinasi dengan instansi yang berwenang, ditemukan 524 perusahaan yang melakukan penjualan faktur pajak ilegal dan faktur pajak palsu (salah satu perbuatan yang dilarang sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Pasal 7 Undang-Undang Administrasi Perpajakan).
"Kasus 524 badan usaha yang menjual faktur-faktur ini berbeda dengan kasus badan usaha yang menjual barang lalu meninggalkan alamat usaha yang terdaftar di kantor pajak karena unit penjual faktur umumnya membuat laporan palsu atas barang yang dibeli," ujar Direktorat Jenderal Pajak.
Departemen Umum Perpajakan telah mengeluarkan dokumen yang merekomendasikan agar bisnis dengan faktur masukan dari 524 bisnis secara proaktif meninjau dan menghilangkan faktur ilegal tanpa barang yang menyertainya untuk menyesuaikan deklarasi dan menghitung dengan benar kewajiban pajak kepada negara.
Direktorat Jenderal Pajak meminta Dinas Pajak setempat untuk memberi tahu dan mengundang perwakilan terkait 524 perusahaan berisiko tinggi tersebut untuk membuktikan keabsahan penggunaan faktur pajak. Perusahaan dapat memilih untuk menjelaskan secara langsung kepada otoritas pajak atau secara tertulis.
Perusahaan dengan faktur penjualan yang sesuai dengan transaksi aktual harus melaporkan dan membayar pajak sesuai dengan peraturan saat ini.
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)