Menurut Dr. Chu Tan Si, Kepala Departemen Bedah Saraf, Pusat Neurologi, Rumah Sakit Tam Anh, pasien N. datang ke rumah sakit dengan kepala tertutup syal karena ia memiliki tumor yang sangat besar. Tumor raksasa itu berkilau, dengan banyak pembuluh darah, dan rasanya seperti tumor akan pecah. Bentuk tumor yang tumbuh di kepalanya tampak seperti labu.
"Tumornya sebesar labu (berdiameter sekitar 12 cm). Di permukaan tumor, terdapat jejak nekrosis hemoragik multipel. Hasil pemindaian MRI menunjukkan bahwa tumor juga telah menyebar melalui tulang tengkorak hingga ke meningen, menyebabkan kerusakan tulang tengkorak," jelas Dr. Chu Tan Si.
Tumor seukuran labu tumbuh di kepala pasien.
Setelah konsultasi interdisipliner, para dokter mengusulkan rencana pembedahan untuk mengangkat seluruh tumor, merekonstruksi tengkorak yang rusak, dan melakukan cangkok kulit kosmetik.
Pertama, ahli bedah saraf melakukan reseksi tumor secara menyeluruh, meninggalkan defek berukuran 15 x 15 cm di kulit kepala di bawah lesi. Tumor yang telah menginvasi otak juga diangkat seluruhnya dan tengkorak direkonstruksi dengan jaring titanium. Operasi berlangsung selama 120 menit.
Kemudian, dibutuhkan waktu lebih dari 6 jam bagi tim bedah untuk melakukan pencangkokan flap kulit mikrosurgis guna menciptakan bentuk kosmetik bagi kepala pasien.
Setelah 4 hari operasi pengangkatan tumor dan pencangkokan kulit, pasien sadar, mampu berjalan, dan berkomunikasi dengan baik, luka operasi kering dan bersih. Pasien akan kembali untuk pemeriksaan dan menerima kemoterapi sesuai resep, karena ini adalah tumor ganas dengan riwayat patologi sebelumnya.
Berdasarkan rekam medis yang diberikan oleh Ibu N., pada tahun 2004 ia memiliki tumor di kepalanya, dan hasil patologi menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah Sarkoma (tumor ganas pada jaringan lunak kulit). Pasien telah menjalani operasi, terapi radiasi, kemoterapi, dan pengobatan, tetapi masih terdapat kelainan kulit. Pada tahun 2009, Ibu N. pergi ke rumah sakit untuk melakukan rotasi flap kulit guna menutupi kelainan tersebut.
Kemudian, tepat ketika epidemi Covid-19 sedang genting, tumornya kambuh dan tumbuh lebih cepat dan lebih parah, tetapi pasien tidak dapat pergi ke dokter. Setelah epidemi berakhir, pasien pergi ke Singapura untuk berobat, lalu pulang untuk melanjutkan pengobatan dengan pengobatan Timur dan Barat, tetapi tidak menunjukkan hasil. Tumor tersebut tumbuh pesat hingga seukuran labu, mengalami pendarahan dan nekrosis pada permukaan kulit, menyebabkan kerusakan tulang tengkorak.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)