
Ibu Cao Thi Thanh melakukan siaran langsung untuk memperkenalkan produk nem chua khas kampung halamannya di platform TikTok.
Sebelumnya, Ibu Cao Thi Thanh di Kelurahan Hoang Chau berspesialisasi dalam penjualan produk pertanian dan makanan laut di wilayah tersebut dan sekitarnya melalui perdagangan eceran kecil di pasar-pasar. Saat itu, Ibu Thanh hanya menggunakan telepon genggamnya untuk menelepon dan sama sekali tidak familiar dengan konsep platform e-commerce, penjualan daring, atau siaran langsung. Namun, seiring berkembangnya platform e-commerce, beliau bertekad untuk belajar dengan keinginan untuk berinovasi dalam metode penjualan guna meningkatkan pendapatan.
Bagi orang-orang di daerah pedesaan seperti saya, mengakses teknologi merupakan tantangan besar, dan saya juga tidak tahu harus mulai dari mana. Kemudian, putra saya membimbing saya tentang cara membuat kanal TikTok, cara merekam video , mengunggah, berinteraksi dengan pelanggan, dan saya juga belajar lebih banyak dari orang lain di media sosial. Dari sana, saya perlahan-lahan terbiasa dan mulai melakukan streaming langsung untuk lebih banyak menjual produk di platform media sosial," ungkap Ibu Thanh.
Setelah bertahun-tahun berbisnis di Facebook, ia semakin akrab dengan platform TikTok. Dengan ponsel pintarnya, ia merekam klip kuliner sederhana seperti lumpia, daging panggang, atau hidangan hangat keluarga. Setiap video terasa sederhana, tulus, dan mengandung kecintaan terhadap tanah air, membuat penonton merasa dekat dan percaya. Berkat upaya tersebut, platform media sosial seperti Facebook dan TikTok kini telah menjadi "pasar daring" yang familiar bagi Ibu Thanh. Hanya dengan satu siaran langsung atau satu unggahan, ia dapat menjual habis semua produknya hanya dalam beberapa menit.
Menurut Ibu Thanh, penjualannya di TikTok saat ini 2 hingga 3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan saat ia berjualan di pasar dengan cara tradisional. Berkat itu, ia tidak perlu lagi bangun pagi untuk pergi ke pasar selama berjam-jam, tetapi dapat lebih fleksibel mengatur waktu untuk keluarganya. Pelanggan mendapatkan lebih banyak kemudahan, cukup pesan online dan terima barang di rumah. Tak hanya berjualan, Ibu Thanh juga aktif berbagi pengalamannya dengan anggota Serikat Perempuan di komune tersebut. Selama kegiatan serikat, ia membimbing para perempuan tentang cara beriklan, memperkenalkan produk, dan berkomunikasi dengan pelanggan di Facebook.
"Apa yang saya pelajari, saya bagikan dan ajarkan kepada semua orang, dengan harapan perempuan lain berani mencoba sehingga kita bisa berkembang bersama," ujar Ibu Thanh.
Menyadari potensi e-commerce, Ibu Phan Thi Dong, pemilik fasilitas produksi Trong Dong Nem Chua di komune Trieu Son, dengan berani memasarkan produk Nem Chua-nya ke platform online terkemuka seperti Shopee, Tiki, Lazada, dan khususnya TikTok Shop—platform yang sedang booming dengan penjualan livestream. Untuk menciptakan kesan yang baik, beliau dan putrinya berinvestasi dengan cermat dalam mendesain kemasan yang indah, mengambil foto produk profesional, dan merekam video pendek yang memperkenalkan proses pembuatan Nem. Semua ini diunggah secara berkala di media sosial, membantu konsumen mendapatkan lebih banyak kepercayaan terhadap kualitas produk tradisional.
Tak berhenti di situ, setiap siaran langsung Ibu Dong tak hanya menjadi ajang promosi produk, tetapi juga menjadi ajang percakapan dengan pemirsa. Di sini, ia bercerita tentang kampung halamannya, Thanh Hoa , tentang para pekerja keras pembuat nem, tentang kebanggaan Thanh Hoa atas setiap potongan nem chua yang terkenal. Ketulusan itulah yang telah membantu meningkatkan jumlah interaksi dengan pesat, pesanan terus mengalir, menghasilkan pendapatan tetap bagi keluarga, dan menciptakan lapangan kerja bagi pekerja lokal.
"Sebelumnya, kami hanya tahu cara berjualan di pasar desa, yang merupakan pekerjaan berat dan penghasilan yang tidak seberapa. Sejak beralih ke penjualan digital, pendapatan kami meningkat 3 kali lipat dibandingkan sebelumnya. Tak hanya itu, nem chua kami telah menyebar ke berbagai daerah di seluruh negeri, sehingga lebih banyak orang yang mengenal fasilitas produksi kami dibandingkan sebelumnya," ujar Ibu Dong.
Di era teknologi digital yang semakin berkembang, transformasi digital bukan hanya kisah tentang mesin, perangkat lunak, atau teknologi tinggi, tetapi juga perjalanan untuk mengubah pola pikir setiap orang. Bagi perempuan pedesaan seperti Ibu Thanh dan Ibu Dong, ponsel pintar bukan sekadar alat perdagangan, melainkan "pintu menuju dunia baru" – tempat mereka dapat memperkenalkan produk khas daerah asal mereka, terhubung dengan pelanggan di mana pun, dan menegaskan peran perempuan pedesaan di era digital.
Artikel dan foto: Phuong Do
Sumber: https://baothanhhoa.vn/phu-nu-nong-thon-khai-thac-nen-tang-so-lan-toa-dac-san-dia-phuong-268466.htm






Komentar (0)