Berlangsung pada 5 Desember di Sistem Pendidikan École Nicolas (Long Bien, Hanoi), acara ini merupakan contoh khas kerja sama ini. Diselenggarakan oleh École Nicolas bekerja sama dengan TIMES dan Kedutaan Besar Selandia Baru di Vietnam, program peluncuran buku Tales of Maui and Maori Myths membuka ruang pertukaran budaya berlapis-lapis, di mana buku tidak hanya dibaca dan dipajang, tetapi juga menjadi titik awal bagi pengalaman budaya yang komprehensif bagi anak-anak.
![]() |
| Panorama acara “Little Hands - Big Maui” di École Nicolas Education System, Hanoi , 5 Desember. |
| Peluncuran "Tales of Maui and Maori Myths" di ruang yang direkonstruksi sebagai "miniatur dunia Maori" membuka kesempatan bagi anak-anak Vietnam untuk merasakan budaya Selandia Baru secara visual, hidup, dan inspiratif. Hal ini juga merupakan bukti kekuatan buku anak-anak dalam menumbuhkan pemahaman antarbudaya sejak dini. |
Keistimewaan acara ini adalah seluruh ruang sekolah "diubah" menjadi dunia Maori mini, tempat terumbu karang Pania, hutan purba, lautan, dan motif khas Maori diciptakan kembali secara nyata dalam gaya seniman Peter Gossage, penulis buku tersebut.
Berkat itu, anak-anak Vietnam tak hanya membuka halaman buku, tetapi juga menyelami ceritanya, bertemu dengan Maui, sang pahlawan setengah manusia setengah dewa, dan para dewa dalam legenda Selandia Baru. Budaya bukan lagi sebuah konsep abstrak, melainkan menjadi dekat dan nyata melalui observasi, sentuhan, interaksi, dan imajinasi.
![]() |
| Ibu Rebecca Wood berbicara di acara tersebut. |
Suasana pertukaran menjadi lebih bermakna dengan partisipasi Wakil Duta Besar Selandia Baru untuk Vietnam Rebecca Wood, yang memberikan pidato tentang pentingnya mitologi Maori dalam pendidikan awal dan peran cerita adat dalam memelihara identitas nasional.
Di acara tersebut, Ibu Rebecca Wood juga berbagi detail yang sangat menarik: "Buku asli 'Tales of Maui and Maori Myths' diterbitkan tepat 50 tahun yang lalu, bertepatan dengan peringatan 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Vietnam dan Selandia Baru." Sebuah kebetulan yang indah, bak anugerah budaya!
Pembacaan langsung kutipan dari buku tersebut kepada anak-anak menciptakan momen persimpangan yang istimewa: kisah Maori, suara Selandia Baru, dan pandangan anak-anak Vietnam. Kombinasi ini tidak hanya menghasilkan pengalaman belajar yang emosional, tetapi juga menegaskan kekuatan budaya mendongeng dalam pendidikan lintas batas.
![]() |
| Anak-anak Nicolas dibacakan kutipan dari “The Tale of Maui and Maori Myths” oleh Rebecca. |
Selain tujuan mempromosikan buku dan budaya Maori, program ini juga mencakup kegiatan sukarela ketika Wakil Duta Besar dan perwakilan mahasiswa Nicolas memberikan buku kepada anak-anak etnis minoritas dari Son La dalam proyek "Little Hands".
Hadiah berupa sukulen yang dikirimkan Nicolas kepada Wakil Duta Besar merupakan pesan lembut tentang menghormati alam, sebuah nilai inti yang terkandung dalam budaya Maori sekaligus simbol kekuatan dan harapan. Isyarat sederhana memberi dan menerima ini, namun mengungkapkan semangat berbagi dan ikatan indah antara anak-anak dari dua wilayah budaya yang berbeda.
![]() |
| Anak-anak di samping pot tanaman sukulen dalam proyek "Tangan kecil". |
Setelah peluncuran selesai, eksplorasi budaya berlanjut dengan kegiatan kreatif seperti mewarnai Maui, menyusun teka-teki mitologi, menggambar ilustrasi, atau mencoba menarik matahari, simbol terkenal dalam legenda Maori.
Pengalaman-pengalaman ini tidak hanya memelihara imajinasi dan kepekaan estetika anak-anak, tetapi juga menunjukkan bagaimana buku anak-anak dapat menjadi materi pendidikan yang multifaset, menggabungkan seni, bahasa, dan pemahaman budaya.
![]() |
| Ia dan murid-muridnya di École Nicolas berpartisipasi dalam permainan "Menarik Matahari". |
Acara “Little Hands - Big Maui” menunjukkan pesan yang kuat: Buku anak-anak dapat bertindak sebagai jembatan strategis dalam kerja sama pendidikan antara Vietnam dan Selandia Baru.
Kisah-kisah adat, ketika diperkenalkan ke sekolah melalui penceritaan kreatif, berpotensi membantu anak-anak mengembangkan keterampilan berbahasa, berpikir simbolis, welas asih, dan rasa hormat terhadap keberagaman budaya. Di saat yang sama, hal ini juga menjadi landasan bagi perluasan program pertukaran guru-siswa, dan kolaborasi penerbitan antara kedua negara di masa mendatang.
![]() |
| Anak-anak berpartisipasi bersama dalam kegiatan pada acara tersebut. |
Ketika buku-buku Maori hadir di hadapan anak-anak Vietnam, yang terbit bukan sekadar karya anak-anak, melainkan sebuah pintu yang terbuka, pintu yang mendekatkan anak-anak Vietnam dengan dunia, untuk mendidik "tangan-tangan kecil" masa kini agar menjadi warga dunia masa depan yang percaya diri, penuh empati, dan kreatif.
Sumber: https://baoquocte.vn/sach-thieu-nhi-nhip-cau-thuc-day-giao-luu-van-hoa-giao-duc-viet-nam-va-new-zealand-336758.html
















Komentar (0)