"Kesalahan serius panitia penyelenggara SEA Games ke-33," demikian judul utama surat kabar Matichon terkait insiden di negara tuan rumah. Surat kabar Thailand tersebut melanjutkan komentarnya: "Situasi konyol terjadi sebelum hari pembukaan SEA Games, yang menyebabkan kegemparan di dunia olahraga dan media Thailand serta Asia Tenggara."

Bendera Thailand dikira bendera Vietnam saat panitia penyelenggara SEA Games ke-33 mengumumkan jadwal pertandingan futsal (Foto: Matichon).
Pada tanggal 2 Desember, tepat sehari sebelum acara sepak bola putra dimulai (3 Desember) dan seminggu sebelum upacara pembukaan di Stadion Rajamangala, serangkaian kesalahan yang tidak biasa tercatat.
Insiden pertama berasal dari laman media sosial resmi SEA Games ke-33, yang seharusnya memberikan informasi yang benar-benar akurat. Laman ini memuat grafik jadwal pertandingan untuk 4 Desember 2025. Dalam cabang polo kuda, pertandingan antara Indonesia vs. Filipina dan Brunei vs. Malaysia ditandai dengan benar.
Namun, yang mengejutkan para penggemar Thailand adalah bendera negara tuan rumah secara keliru ditampilkan dalam jadwal pertandingan futsal. Alih-alih bendera Thailand, penyelenggara menggunakan bendera Vietnam. Sementara itu, bendera Indonesia secara keliru ditampilkan bersama bendera Laos.
Kekeliruan yang tak masuk akal ini sontak memantik gelombang kritik, apalagi unit yang bertanggung jawab itu disebut-sebut mendapat tawaran dengan anggaran sangat besar, namun jelang SEA Games ke-33 justru terungkap kelalaian yang tak perlu.
Surat kabar Matichon melaporkan insiden berikutnya yang melibatkan panitia penyelenggara SEA Games: "Insiden kedua di hari yang sama membuat media Thailand semakin geram. Banyak wartawan dari kantor berita menerima surat peringatan dari "Kantor Perlindungan Hak SEA Games" yang meminta mereka untuk sama sekali tidak menggunakan logo resmi SEA Games ke-33 saat meliput, dengan alasan "pelanggaran hak cipta" dan bahkan mengancam akan memprosesnya sesuai hukum."

SEA Games 33 mengalami insiden malang tepat sebelum hari pembukaan (Foto: SEA Games).
Hal ini langsung menimbulkan serangkaian pertanyaan: Hak cipta siapa yang "dilanggar" oleh logo SEA Games? Pers menerbitkan logo tersebut bukan untuk tujuan komersial, melainkan untuk mempromosikan dan menciptakan kegembiraan bagi festival olahraga negara tuan rumah, Thailand, jadi mengapa logo tersebut dilarang?
Segera setelah Kementerian Pariwisata dan Olahraga serta Departemen Olahraga dan Pembinaan Jasmani (SAT) menerima informasi tersebut, unit terkait segera melakukan penyesuaian. SAT kemudian memberi tahu pers bahwa logo tersebut dapat digunakan secara normal.
Media Thailand tak kuasa menyembunyikan kekecewaan mereka, bertanya terus terang: "Apa yang dilakukan SAT? Apakah mereka benar-benar ingin SEA Games ke-33 diselenggarakan secara penuh?"
Surat kabar Thailand tersebut melanjutkan komentarnya tentang kesalahan-kesalahan tersebut: "Para kritikus menekankan bahwa ini adalah kesalahan yang tidak perlu, menunjukkan kurangnya koordinasi dan profesionalisme. Persiapan mendadak yang begitu terburu-buru telah membuat banyak orang khawatir. Sekarang, kita hanya bisa berdoa agar SEA Games ke-33 tidak akan mengalami insiden-insiden yang "berbahaya" lagi."
Sumber: https://dantri.com.vn/the-thao/sai-sot-nghiem-trong-cua-btc-sea-games-nham-co-thai-lan-thanh-viet-nam-20251202231716553.htm






Komentar (0)