"Tidak dapat disangkal bahwa terdapat risiko yang jelas bahwa komponen F-35 yang diekspor akan digunakan dalam pelanggaran serius hukum humaniter internasional," kata pengadilan tersebut.
Jet tempur F-35 Angkatan Udara Israel. Foto: Reuters
Dalam kasus hukum terpisah pada bulan Januari, Mahkamah Internasional, pengadilan tertinggi PBB, memerintahkan Israel untuk bertindak guna mencegah tindakan genosida dalam perangnya melawan Hamas. Putusan ini memicu seruan baru dari kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk melarang ekspor senjata ke Israel.
Gugatan Belanda diajukan oleh beberapa kelompok hak asasi manusia, termasuk cabang Oxfam Belanda, pada Desember tahun lalu. "Kami berharap putusan ini akan memperkuat hukum internasional di negara-negara lain sehingga warga Gaza juga dilindungi oleh hukum internasional," ujar Direktur Oxfam Novib, Michiel Servaes, dalam sebuah pernyataan.
Dalam putusan pertamanya pada bulan Desember, pengadilan rendah Belanda tidak memerintahkan pemerintah Belanda untuk menghentikan ekspor, meskipun menemukan kemungkinan F-35 telah berkontribusi terhadap pelanggaran hukum perang.
Pengadilan Banding Belanda mengatakan kemungkinan besar F-35 digunakan dalam serangan terhadap Gaza, yang menyebabkan korban sipil yang tidak dapat diterima.
Belanda memiliki salah satu depot suku cadang F-35 terbesar milik AS, yang dari sana suku cadang didistribusikan ke negara-negara peminta, termasuk Israel dalam setidaknya satu pengiriman sejak 7 Oktober.
Hakim ketua Bas Boele mengatakan ada kemungkinan bahwa otoritas Belanda dapat mengizinkan ekspor suku cadang F-35 ke Israel di masa mendatang, tetapi hanya dengan syarat ketat bahwa suku cadang tersebut tidak akan digunakan dalam operasi militer di Gaza.
Mai Van (menurut Reuters)
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)