Presiden Terpilih Trump: Konflik Rusia-Ukraina Harus Diakhiri

Presiden terpilih Donald Trump (Foto: Reuters).

"Kami akan menyelesaikan masalah Timur Tengah dan kami akan bekerja sangat keras terkait Rusia dan Ukraina," tegas Presiden terpilih Donald Trump dalam sebuah acara di perkebunannya di Mar-a-Lago, Florida, pada 14 November.

Tuan Trump menekankan bahwa konflik Rusia-Ukraina “harus diakhiri.”

Presiden terpilih tersebut menambahkan bahwa ia telah melihat laporan yang menyebutkan “ribuan orang telah meninggal” dalam tiga hari terakhir.

"Mereka memang tentara, tapi entah mereka tentara atau warga sipil, kita harus menghadapi ini," tegas Trump.

Gennady Gatilov, Perwakilan Tetap Rusia untuk badan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, mengatakan pada tanggal 14 November bahwa Rusia siap untuk merundingkan akhir konflik Ukraina seperti yang diusulkan oleh Presiden terpilih Trump, tetapi harus didasarkan pada realitas kemajuan Moskow.

Negosiasi apa pun harus didasarkan pada apa yang disebut Bapak Gatilov sebagai "fakta di lapangan." Ukraina, ujarnya, berada dalam posisi lemah dalam konfliknya yang telah berlangsung hampir tiga tahun dengan Rusia, yang telah melaju paling cepat sejak awal konflik. Moskow kini menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina.

Presiden terpilih Trump telah berulang kali mengkritik bantuan tanpa syarat Washington kepada Kiev dan berjanji untuk segera mengakhiri konflik, yang dapat ia lakukan dengan memaksa Kiev untuk menangguhkan ambisi keanggotaan NATO-nya dan membekukan pertempuran di sepanjang garis depan saat ini.

Selama kampanyenya, Trump berulang kali berjanji untuk mengakhiri konflik di Ukraina "dalam 24 jam" jika terpilih. Trump tidak menjelaskan bagaimana ia akan memenuhi janji ini, meskipun ia mengatakan akan memanfaatkan "hubungan baiknya" dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menengahi kesepakatan damai .

Trump berbicara dengan Presiden Zelensky minggu lalu dan mengatakan kepada NBC News bahwa ia kemungkinan akan berbicara dengan Presiden Putin dalam waktu dekat. Putin mengucapkan selamat kepada Trump atas kemenangannya dalam pemilu dan mengatakan kepada para wartawan bahwa ia siap untuk berbicara dengan presiden terpilih AS tersebut.

Sementara Kremlin telah berulang kali meragukan saran bahwa Trump dapat dengan mudah mengakhiri konflik dengan Ukraina, Presiden Putin mengatakan pernyataan Trump tentang masalah tersebut "setidaknya patut diperhatikan".

Belum jelas solusi seperti apa yang akan didorong oleh Trump untuk mengakhiri konflik. Selama kampanye, Wakil Presiden terpilih JD Vance mengusulkan deklarasi gencatan senjata dan pembentukan zona demiliterisasi di sepanjang garis depan sepanjang 1.300 km, sementara Ukraina ditolak keanggotaannya di NATO.

Presiden Zelensky baru-baru ini menyampaikan “rencana kemenangan” yang mencakup proposal seperti Rusia menarik semua pasukannya dari Ukraina dan segera mengundang Ukraina untuk bergabung dengan NATO.

Para pemimpin Barat tidak antusias dengan proposal-proposal ini. Moskow juga menolak "rencana kemenangan" Ukraina karena meyakini hal itu bukanlah awal negosiasi, melainkan resep untuk konflik langsung antara Rusia dan NATO.

Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov mengatakan pada tanggal 15 November bahwa Ukraina sedang berjuang untuk mendapatkan kembali semua wilayah yang dikuasai Rusia selama dekade terakhir.

“Integritas teritorial adalah bagian dari nilai-nilai kami,” kata Menteri Pertahanan Ukraina dalam konferensi pers bersama dengan mitranya dari Norwegia di Oslo.

“Prioritas kami tetap melindungi rakyat kami, melindungi negara kami, dan menjaga Krimea dan Donbass tetap menjadi bagian dari Ukraina,” ujar Umerov.

Sumber: https://dantri.com.vn/the-gioi/tong-thong-dac-cu-trump-xung-dot-nga-ukraine-phai-cham-dut-20241115191459705.htm