Konten tersebut mengemuka dalam sesi diskusi di gedung DPR pada pagi hari tanggal 14 November, tentang Rancangan Undang-Undang tentang Konstruksi yang telah direvisi.
Wakil Ketua Komite Kebudayaan dan Masyarakat Ta Van Ha menekankan bahwa amandemen Undang-Undang Konstruksi ini harus mengatasi penyakit kronis dan tidak dapat disembuhkan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, yaitu proyek konstruksi investasi publik harus disesuaikan berkali-kali, memakan waktu lama, menambah modal, dan tertinggal dari jadwal.
“Kami telah menemukan banyak solusi untuk semua hal tersebut, selama berbagai jangka waktu dan bertahun-tahun, tetapi solusi tersebut belum terselesaikan,” kata Bapak Ha, seraya menyoroti permasalahan tersebut sejak tahap persiapan investasi.

Wakil Ketua Komite Kebudayaan dan Sosial Ta Van Ha (Foto: Hong Phong).
Menurut Bapak Ha, di negara lain waktu persiapan investasi sangat lama tetapi konstruksinya dilakukan dalam waktu yang singkat, namun di negara kita justru sebaliknya, persiapan memakan waktu beberapa bulan tetapi konstruksinya memakan waktu 4-5 tahun.
Mengingat situasi ini sulit dan mahal dalam banyak hal, delegasi Ta Van Ha mengusulkan agar undang-undang diubah untuk mengakhiri hal ini.
Kelemahan lain yang dikemukakan oleh Bapak Ha adalah pemeriksaan dan penerimaan mutu konstruksi, khususnya pada proyek-proyek utama.
Mengutip kasus kerusakan parah pada pilar Jembatan Song Lo, Bapak Ha menekankan bahwa ini merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan. Beliau juga mempertanyakan kualitas inspeksi, penerimaan proyek, dan tanggung jawab pada tahap-tahap tersebut.
"Undang-undang harus diamandemen untuk mengakhiri situasi ini dengan tegas. Kita harus mengurangi jumlah proyek, tetapi tetap memastikan kualitas dan nilai. Jika kita mengejar kuantitas, itu sangat berbahaya," ujar Bapak Ha, seraya menyarankan klarifikasi tanggung jawab badan pengelola negara di bidang ini.
Terkait peraturan pengecualian izin mendirikan bangunan, Bapak Ha menilai hal ini sebagai langkah progresif. Beberapa pihak menyarankan untuk mencabutnya secara berani, tetapi ada juga yang khawatir "ketika izin dicabut, orang akan membangun secara serampangan". Bapak Ha menegaskan bahwa yang dihapus adalah prosedur perizinan, bukan pengelolaan negara.

Para delegasi menghadiri sesi diskusi di Majelis Nasional pada pagi hari tanggal 14 November (Foto: Hong Phong).
"Di kota-kota besar seperti Hanoi dan Kota Ho Chi Minh, ratusan ribu bangunan perlu mendapatkan izin setiap tahun, tetapi bagaimana izin tersebut diterbitkan sudah jelas. Bisakah perizinan menyelesaikan masalah mengapa masih banyak pelanggaran?" tanya Bapak Ha.
Ia mengaku sangat alergi dengan penambahan prosedur perizinan yang justru menambah biaya tidak resmi bagi masyarakat, memperpanjang waktu, bahkan menimbulkan dampak negatif.
Terkait manajemen, delegasi menekankan bahwa standar dan peraturan konstruksi yang publik dan transparan sudah ada, sehingga manajemen hanya perlu didasarkan pada standar dan peraturan tersebut. Selain pasca-inspeksi, menurut Bapak Ha, perlu memperkuat pasca-inspeksi, inspeksi, penerapan teknologi, dan penanganan pelanggaran secara tegas.
Isu lain yang dikemukakan Bapak Ha adalah bahwa ketika melakukan desentralisasi dan pendelegasian wewenang, tingkat provinsi dan kota perlu melakukan perhitungan untuk memastikan kapasitas dan kualifikasi staf yang memadai. "Setiap kota harus memiliki puluhan ribu proyek konstruksi setiap tahun. Jika staf tidak dapat memenuhi tugas tersebut, dan kemudian terus mendesentralisasikan proyek-proyek penting, maka diperlukan perhitungan lebih lanjut," ujar Bapak Ha.
Delegasi Hoang Van Cuong (Hanoi) juga mendukung amandemen undang-undang untuk mengurangi pra-inspeksi dan meningkatkan pasca-inspeksi, terutama untuk proyek konstruksi individual.
Berbagi keprihatinan mengenai regulasi pengecualian izin mendirikan bangunan untuk pekerjaan konstruksi perorangan dengan skala kurang dari 7 lantai yang dibangun di daerah pedesaan.

Delegasi Majelis Nasional Hoang Van Cuong (Foto: Hong Phong).
"Jadi, jika proyek konstruksi ini mengalami kejadian tak terduga, runtuh, menyebabkan kecelakaan, dan kerusakan, apakah Negara akan mengabaikannya atau tidak? Saya pikir Negara tetap harus menyelidiki, tetap harus menemukan penyebabnya, tetap harus menanganinya," kata Bapak Cuong.
Delegasi menekankan, terlepas apakah proyek tersebut milik rakyat atau milik orang lain, Negara tetap harus memperhatikan dan mengelola agar terjamin keselamatan teknis dan keselamatan jiwa.
Bapak Cuong mengusulkan agar undang-undang tersebut menetapkan bahwa semua pekerjaan konstruksi, termasuk pekerjaan individual, kecuali rumah tingkat 4, harus memiliki gambar desain yang dibuat oleh unit konsultan desain profesional. Unit ini tidak hanya bertanggung jawab atas aspek teknis pekerjaan, tetapi juga kepatuhan terhadap standar dan prosedur perencanaan dan konstruksi.
Sumber: https://dantri.com.vn/thoi-su/trach-nhiem-kiem-dinh-cong-trinh-tu-vu-tru-cau-song-lo-tro-loi-thep-20251114112236522.htm






Komentar (0)