
Lahir di Hanoi pada tahun 2000, Tran Viet Long memiliki disabilitas motorik yang parah: sisi kiri tubuhnya lumpuh, lengan kirinya kaku, dan kaki kirinya pincang. Orang tua Long adalah petani, bekerja sepanjang tahun di ladang, bercocok tanam, terpapar sinar matahari dan hujan, dengan banyak suka duka.
Sejak kecil, Long diajari orang tuanya untuk melakukan pekerjaan rumah tangga sesuai kemampuannya, seperti memasak, menyapu, menjemur pakaian, memelihara sapi, ayam, bebek, dll. Ketika beranjak dewasa, Long mulai belajar cara merawat tanaman dan tanaman hias: menyiram, menyiangi, menanam, dan memanen. Perlahan-lahan, Long menyadari nilainya sendiri, merasa dirinya berguna, dan yakin bahwa ia bisa melakukan hal-hal seperti orang lain.
Alih-alih memilih untuk mundur, Long memilih untuk berdiri - bahkan hanya dengan satu tangan - untuk menyentuh dunia dan menulis ulang perjalanan hidupnya dengan kemauannya sendiri.
"Hanya ketika saya belajar dan bekerja, saya merasa berguna" - itulah filosofi hidup yang selalu Long sebutkan. Tekad itulah yang membantunya bertahan di sekolah, mengatasi rasa rendah diri dan rasa iba, untuk menapaki jalan ilmu pengetahuan.

Sebagai salah satu anggota pertama kelompok disabilitas Vietnam, Tran Viet Long terinspirasi oleh "ksatria TI" Nguyen Cong Hung - pelopor yang membuka jalan bagi pembelajaran teknologi bagi penyandang disabilitas. Dari inspirasi tersebut, Long mencurahkan seluruh energinya untuk mempelajari pemrograman, dengan keinginan untuk membuktikan bahwa penyandang disabilitas dapat hidup mandiri sepenuhnya dan berkontribusi bagi masyarakat.
Dalam program "Love Station", penonton akan menyaksikan kisah mengharukan perjalanan Tran Viet Long – dari seorang anak petani yang lumpuh menjadi dosen teknologi informasi. Acara ini juga menghadirkan kejutan ketika guru Vu Phong Ky – yang telah mendampingi dan membimbing Long – muncul untuk mengirimkan ucapan selamat yang mengharukan.
Saat itulah, "pintu cinta" program tersebut terbuka, menghubungkan guru dan siswa dengan aspirasi yang sama: menghadirkan teknologi bagi mereka yang kurang beruntung. Bukan hanya air mata, tetapi juga keyakinan bahwa setiap orang dapat terus menulis kisahnya sendiri dengan ketekunan dan cinta.
Tran Viet Long tak hanya berjuang mengatasi keterbatasannya sendiri, tetapi juga seorang guru yang berdedikasi dan menjadi inspirasi bagi komunitas disabilitas. Long meraih juara ketiga di Global Information Technology Challenge (GITC) 2022 di Tiongkok dan juara kedua di GITC 2023 di Uni Emirat Arab (UEA)—sebuah pencapaian yang membanggakan, bukan hanya baginya secara pribadi, tetapi juga bagi komunitas disabilitas di Vietnam.

Tran Viet Long saat ini adalah pelatih tim difabel Vietnam. Istimewanya, ia tidak menerima imbalan apa pun atas pekerjaan ini. Di luar pekerjaan, Long menghabiskan waktu melatih keterampilan dan berbagi pengalaman dengan para kontestan difabel yang sedang mempersiapkan diri untuk kompetisi internasional. "Melihat mereka tumbuh dan menjadi lebih percaya diri adalah hadiah terbesar bagi saya," ujar Long dalam program tersebut.
Menengok kembali perjalanannya, Tran Viet Long tak hanya berhasil mengatasi disabilitas fisiknya, tetapi juga mengatasi prasangka—baik dari orang lain maupun dirinya sendiri. Dari seorang anak laki-laki yang tangannya kaku, ia telah menjadi dosen, konselor karier, dan inspirasi hidup yang positif, mewakili generasi muda Vietnam penyandang disabilitas—hidup dengan baik, bermanfaat, dan senantiasa berkontribusi. Anugerah "Love Station" telah memberikan Viet Long lebih banyak kekuatan dalam perjalanan kemanusiaannya.
Sumber: https://nhandan.vn/tram-yeu-thuong-va-hanh-trinh-buoc-toi-tuong-lai-cua-chang-trai-khuet-tat-post922993.html






Komentar (0)