
Acara ini menarik perwakilan dari lembaga manajemen, lembaga penelitian, asosiasi dan bisnis untuk membahas solusi penerapan teknologi guna menghilangkan hambatan lama di sektor pertanian .
Vietnam, terutama di industri buah dan sayur, berpotensi mengekspor miliaran dolar, tetapi produksinya masih berskala kecil, bergantung pada pengalaman, dan bahkan menggunakan bahan kimia secara berlebihan, sehingga menyulitkan pengendalian mutu dan keterlacakan. Penerapan kecerdasan buatan (AI) dan transformasi digital (DX) dianggap sebagai arah yang tak terelakkan untuk meningkatkan nilai dan daya saing, meskipun masih terdapat kendala besar dalam hal biaya dan sumber daya manusia.
Oleh karena itu, pada lokakarya tersebut, para ahli memberikan pandangan komprehensif tentang situasi industri saat ini, memperkenalkan platform AI dan model aplikasi berbiaya rendah yang dapat diterapkan langsung di rumah tangga pertanian.
Bapak Nguyen Van Muoi, Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Buah dan Sayur Vietnam (Vinafruit), mengatakan bahwa industri buah dan sayur sedang berkembang pesat. Pada tahun 2024, omzet ekspor mencapai 7,15 miliar dolar AS; dan diperkirakan dapat mencapai 8 miliar dolar AS pada tahun 2025. Vietnam saat ini merupakan salah satu negara pengekspor buah naga, leci, dan durian terkemuka.

Namun, Bapak Muoi menunjukkan hambatan utama, yaitu produksi yang terfragmentasi dan kurangnya keterkaitan rantai pasokan, yang menyebabkan penerapan teknik baru dan transformasi digital yang lambat dan tidak sinkron. Penggunaan bahan kimia yang berlebihan, terbatasnya mekanisasi, rendahnya tingkat penerapan standar GAP di area tersebut, serta kode area yang terus bertambah. Sementara itu, tren pasar semakin berfokus pada transparansi proses produksi dan permintaan akan produk ramah lingkungan, yang membutuhkan penerapan teknologi canggih seperti AI, IoT, dan blockchain.
Dr. Tran Thi Tuyet Van, Dosen Fakultas Teknologi Informasi, Universitas An Giang , juga memaparkan gambaran umum tentang peran AI dalam pertanian modern. Menurut Dr. Van, AI memungkinkan mesin untuk mensimulasikan pemikiran manusia, berdasarkan teknologi seperti Pembelajaran Mesin dan Visi Komputer. Dikombinasikan dengan IoT, AI membantu menghubungkan sensor, perangkat pintar, drone pemantau tanaman, atau robot pemanen.
Dengan demikian, algoritma analisis citra dapat mengidentifikasi penyakit tanaman dengan cepat dan akurat, mendukung petani dalam pengambilan keputusan berbasis data, mulai dari prakiraan cuaca hingga pengelolaan air dan nutrisi. Namun, Dr. Van juga mengakui bahwa hambatan utama masih terletak pada biaya investasi dan kurangnya sumber daya manusia berkualitas tinggi.

Berdasarkan biaya dan karakteristik aktual petani Vietnam, Tn. Chang SeHun, CEO Perusahaan SNE, memperkenalkan pendekatan yang layak, yaitu mengonversi data yang ada (DX) sebelum beralih ke penerapan AI pada tingkat yang lebih dalam (AX).
Bapak Chang SeHun mengatakan bahwa banyak petani menghadapi kesulitan karena biaya membangun model "pertanian pintar" bisa mencapai 3 miliar VND. Hanya sekitar 4% petani yang telah mendapatkan sertifikasi VietGAP, sementara sebagian besar catatan harian pertanian masih ditulis tangan. SNE mengusulkan platform SaaS AI berbiaya rendah yang dapat beroperasi dalam model pertanian luar ruangan tanpa perlu berinvestasi dalam sistem IoT yang mahal.

Solusi pertama adalah menggunakan AI-OCR untuk mendigitalkan semua catatan tulisan tangan—langkah inti transformasi data digital. Setelah data dimasukkan ke dalam Data Lake, sistem AI akan menganalisis dan membuat prakiraan secara akurat. Menurut Bapak Chang, platform SNE dapat memperkirakan harga produk pertanian dengan akurasi lebih dari 92%, memperkirakan hasil panen melalui data satelit, dan bahkan mengevaluasi pertumbuhan tanaman menggunakan citra ponsel pintar.
Saat ini, SNE sedang menguji solusi ini di Lam Dong (durian), Bac Giang (melon), Dong Nai (nanas) dan bekerja sama dengan IAS dan WinMart.

Lokakarya tersebut mencatat konsensus tingkat tinggi mengenai kebutuhan mendesak untuk menerapkan AI dan transformasi digital dalam pertanian Vietnam. Namun, alih-alih model "pertanian pintar" yang mahal, pendekatan yang lebih praktis adalah berfokus pada digitalisasi data pertanian (catatan harian tulisan tangan, informasi tanaman), dan memanfaatkan AI untuk menganalisis big data guna peramalan dan optimasi.
Pendekatan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan ketertelusuran, meningkatkan efisiensi produksi bagi petani kecil, dan bergerak menuju pertanian presisi dan berkelanjutan.
Sumber: https://baotintuc.vn/khoa-hoc-cong-nghe/ung-dung-tri-tue-nhan-tao-nang-cao-gia-tri-nong-san-viet-trong-ky-nguyen-so-20251114171452732.htm






Komentar (0)