Dari tanggal 5 hingga 9 Juni, di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York (AS), Sesi ke-4 Kelompok Kerja tentang Pengembangan Kerangka Kerja Global untuk Manajemen Amunisi (Kelompok Kerja) berlangsung dengan partisipasi perwakilan dari 193 negara anggota PBB dan banyak organisasi internasional terkait.
Sesi ini bertujuan untuk terus membangun dan mengadopsi komitmen politik guna mengatasi isu-isu yang muncul dalam pengelolaan amunisi, memastikan keamanan, keselamatan, dan pengelolaan amunisi yang berkelanjutan di tingkat nasional, regional, dan global. Berbicara dalam sesi tersebut, banyak negara menyatakan bahwa pengelolaan amunisi konvensional yang tidak efektif telah meningkatkan risiko ancaman terhadap perdamaian , keamanan, dan pembangunan berkelanjutan secara global.
| Menteri Penasihat Le Thi Minh Thoa, Wakil Kepala Misi Tetap Vietnam untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, berbicara pada pertemuan tersebut. |
Penyalahgunaan amunisi oleh aktor non-negara seperti kelompok kejahatan terorganisir dan teroris telah memperburuk konflik dan kekerasan bersenjata di beberapa tempat. Selain itu, banyak negara telah menderita ledakan amunisi yang tidak disengaja, yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan kerusakan infrastruktur penting. Dalam konteks ini, negara-negara telah menekankan perlunya kerangka kerja global untuk mengelola amunisi secara aman dan efektif.
Menghadiri pertemuan tersebut, Menteri Penasihat Le Thi Minh Thoa, Wakil Kepala Misi Tetap Vietnam untuk PBB, menyampaikan keprihatinan bersama masyarakat internasional tentang risiko dan tantangan perdagangan ilegal, transfer, penyalahgunaan, dan pengelolaan amunisi yang tidak efektif.
Agar kerangka kerja global efektif, perwakilan Vietnam menekankan bahwa setiap kerangka kerja mengenai manajemen amunisi konvensional harus konsisten dengan prinsip-prinsip dasar hukum internasional dan Piagam PBB, serta memastikan hak dan kepentingan sah negara-negara dalam memproduksi, memiliki, membeli, dan mentransfer senjata dan amunisi untuk tujuan pertahanan dan keamanan.
Kerangka kerja ini harus bersifat sukarela, tidak mengikat, dengan mempertimbangkan tingkat pembangunan dan perundang-undangan nasional, serta tidak memberikan beban tambahan kepada negara-negara berkembang. Pada saat yang sama, kerangka kerja ini juga harus memanfaatkan mekanisme yang ada terkait amunisi seperti Program Aksi Senjata Ringan dan Senjata Ringan, Konvensi PBB Menentang Kejahatan Transnasional, serta upaya negara-negara terkait. Dalam proses ini, dukungan dan kerja sama dengan negara-negara berkembang dalam pengembangan kapasitas, transfer teknologi, dan dukungan sumber daya sangat penting untuk memastikan pengelolaan amunisi yang aman.
VNA
[iklan_2]
Sumber







Komentar (0)