
Penerapan AI dalam pendidikan vokasi bukan hanya tren, tetapi juga kebutuhan mendesak untuk meningkatkan efisiensi manajemen, pelatihan, dan penerimaan mahasiswa; sekaligus memastikan otonomi teknologi dan daya saing di pasar tenaga kerja. Menurut Master Le Viet Cuong dari Fakultas Elektronika dan Refrigerasi (Hanoi), AI saat ini memiliki dampak yang mendalam di semua bidang, terutama pendidikan vokasi, di mana sumber daya manusia dilatih untuk secara langsung melayani produksi, layanan, dan inovasi teknologi.
Penerapan AI dalam pendidikan vokasi tidak hanya membantu meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran, tetapi juga mengembangkan kapasitas digital dan keterampilan adaptif bagi staf, dosen, dan mahasiswa. AI membantu dosen menghemat waktu dalam mempersiapkan pembelajaran, mahasiswa belajar sesuai kemampuan masing-masing, dan sekolah memiliki lebih banyak data untuk meningkatkan program pelatihan.
Namun, menurut Bapak Cuong, tingkat penerapan AI dalam pendidikan vokasi masih sangat rendah, kurang dari 10% lembaga yang menerapkannya secara rutin. Alasan utamanya adalah kurangnya tim yang memahami teknologi dan data; fasilitas dan infrastruktur teknologi informasi yang belum sinkron; kurangnya koridor hukum dan mekanisme untuk mendorong kerja sama antara dunia usaha dan sekolah vokasi; serta kekhawatiran tentang keamanan data pembelajaran dan biaya investasi teknologi.
Saat ini, banyak lembaga pelatihan kejuruan telah menyelenggarakan implementasi percontohan aplikasi AI dalam manajemen dan pelatihan; sistem asisten pengajar, chatbot (asisten virtual) untuk mendukung siswa, dan memberikan umpan balik pembelajaran yang cepat.
Menurut Bapak Nguyen Thanh Hung, mantan Wakil Direktur Departemen Hubungan Internasional ( Kantor Pemerintah )
Faktanya, AI membantu mengotomatiskan proses, menganalisis big data, dan mempersonalisasi pengalaman belajar, sehingga meningkatkan efisiensi pelatihan. Teknologi tidak hanya mendukung pengajaran dan manajemen, tetapi juga menyediakan simulasi praktis, bimbingan karier, dan rekrutmen cerdas.
Menurut Bapak Nguyen Thanh Hung, mantan Wakil Direktur Departemen Hubungan Internasional (Kantor Pemerintah), banyak lembaga pelatihan vokasi telah menguji coba penerapan AI dalam manajemen dan pelatihan; sistem asisten pengajar, chatbot (asisten virtual) untuk mendukung siswa, dan umpan balik pembelajaran yang cepat. Beberapa lembaga telah mensimulasikan keterampilan vokasi, misalnya, instruksi langkah demi langkah dalam merakit dan memperbaiki peralatan menggunakan AR/VR (teknologi realitas virtual dan realitas tertambah) yang dikombinasikan dengan AI...
Namun, penerapan AI dalam pendidikan vokasi masih menghadapi banyak tantangan, mulai dari infrastruktur dan sumber daya hingga kapasitas implementasi. Banyak lembaga pelatihan masih kekurangan peralatan sinkron, dan program pelatihan AI bagi dosen dan manajer terbatas, sehingga kemampuan penerapan teknologi menjadi hambatan. Pendidikan vokasi menekankan keterampilan praktik langsung, sementara AI terutama berkaitan dengan pembelajaran dan simulasi digital, sehingga mengintegrasikan teknologi tanpa mengurangi kualitas praktik merupakan masalah yang sulit.
Penerapan AI dalam pendidikan secara umum dan pendidikan vokasi khususnya merupakan tren yang tak terelakkan, berkontribusi pada peningkatan efektivitas manajemen, pengajaran, dan pembelajaran, sekaligus mendukung proses transformasi digital yang komprehensif di sektor pendidikan. Untuk memanfaatkannya secara efektif, perlu mengatasi hambatan dalam infrastruktur, kapasitas manusia, metode pelatihan, dan memastikan pemanfaatannya secara bertanggung jawab.
Menurut Bapak Le Viet Anh, Departemen Manajemen Mutu (Kementerian Pendidikan dan Pelatihan), Indonesia memiliki lebih dari 1.800 lembaga pelatihan vokasi, termasuk hampir 400 perguruan tinggi. Saat ini, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan terus menyempurnakan kerangka kompetensi vokasi, dengan mempertimbangkan kompetensi digital dan keterampilan penerapan teknologi sebagai kriteria penting dalam mengevaluasi peserta didik.
Di sisi lain, Dr. Nguyen Van Nghi, mantan Wakil Kepala Sekolah Manajemen Sains dan Teknologi, Kementerian Sains dan Teknologi, menekankan bahwa penerapan AI dalam pendidikan vokasi merupakan persyaratan penting untuk memenuhi strategi pengembangan sumber daya manusia nasional. Namun, kenyataannya, hanya sekitar 30% institusi pendidikan vokasi yang memiliki laboratorium berstandar digital. Oleh karena itu, Vietnam perlu membangun ekosistem AI dalam pendidikan vokasi, yang menyelaraskan institusi, data, infrastruktur simulasi, hingga kapasitas guru dan kerja sama bisnis-sekolah, sehingga mempersempit kesenjangan antara kebijakan dan praktik.
Mulai sekarang hingga tahun 2035, struktur tenaga kerja Vietnam akan bergeser kuat menuju kebutuhan keterampilan tinggi, yang menjadikan strategi pengembangan pendidikan kejuruan menjadi sangat penting.
Meskipun memiliki potensi besar, pendidikan vokasi Vietnam masih memiliki kesenjangan dalam infrastruktur teknologi, simulasi, kapasitas guru, dan standardisasi data. Oleh karena itu, membangun ekosistem AI membutuhkan koordinasi yang erat antara kebijakan makro dan tindakan mikro seperti uji coba model dan pelatihan staf.
Mulai sekarang hingga tahun 2035, struktur tenaga kerja Vietnam akan bergeser secara signifikan menuju kebutuhan tenaga terampil, sehingga strategi pengembangan pendidikan vokasi menjadi sangat penting. Para ahli berpendapat bahwa lembaga pelatihan perlu memiliki peta jalan transformasi digital yang jelas; menentukan tujuan penerapan AI; berinvestasi dalam infrastruktur; melatih dosen dan manajer, serta membangun budaya penggunaan teknologi yang bertanggung jawab; AI harus digunakan sebagai alat pendukung, bukan menggantikan peran sentral guru dan peserta didik. Pada saat yang sama, perlu ditetapkan KPI untuk mengukur efektivitas dan mengevaluasi dampak AI terhadap kualitas pelatihan, keterampilan keluaran, dan tingkat pekerjaan.
Selain itu, hambatan dalam infrastruktur, sumber daya manusia, metode pelatihan, dan keamanan data perlu terus dihilangkan. Penyempurnaan kebijakan, peningkatan investasi, dan pelatihan sumber daya manusia digital merupakan syarat agar AI dapat diterapkan ke arah yang tepat, yang akan mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan.
Sumber: https://nhandan.vn/xay-dung-he-sinh-thai-ai-trong-giao-duc-nghe-nghiep-post928517.html










Komentar (0)