
Menurut South China Morning Post , perusahaan milik Tn. Danupon—Lamoon Group—adalah merek es krim "Buatan Thailand" yang sedang melejit di industri global yang dipenuhi nama-nama besar. Keistimewaan Lamoon terletak pada cara mereka menghubungkan setiap rasa dengan petani yang menanam bahan-bahannya, memberikan pelanggan pengalaman yang tak hanya tentang rasa, tetapi juga tentang emosi dan kisah budaya.
"Itu membuat setiap rasa lebih istimewa, dan pelanggan kami menyukainya," kata Danupon. "Sekarang, ketika seseorang menikmati es krim prem Marian atau es krim kelapa Lamoon, mereka menikmati kisah para petani yang menanam bahan-bahan tersebut."
Es krim Thailand di peta dunia
Thailand saat ini merupakan eksportir es krim terbesar di Asia dan terbesar keempat di dunia.
Keberhasilan ini sebagian disebabkan oleh perusahaan-perusahaan besar Tiongkok seperti Yili Group yang berinvestasi besar dalam produksi di Thailand, membangun pusat-pusat pemrosesan berbiaya rendah tetapi modern, memanfaatkan rantai dingin dan sistem transportasi internasional untuk menjangkau pasar-pasar yang jauh.
Selain itu, serangkaian Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) telah membantu es krim Thailand dengan mudah menembus banyak pasar dengan pajak rendah atau tanpa pajak.
Dari sebuah toko kecil, Lamoon telah berkembang menjadi jaringan merek lokal, sekaligus mengoperasikan pabrik berstandar ekspor. Setiap hari, perusahaan memproduksi sekitar satu ton es krim dan sorbet, dengan beragam rasa mulai dari matcha, santan, bunga telang, hingga es krim nabati dan populer untuk merek-merek independen.
“Thailand selalu dikenal sebagai ‘dapur dunia’. Rantai pasokan kami fleksibel, bahan-bahan kami istimewa, dan harga kami kompetitif,” ujar Bapak Danupon. “Sebagai eksportir baru, saya memilih untuk mendekati negara-negara FTA terlebih dahulu. Bahan-bahan Thailand layak dikenal secara global. Kami sudah hadir di Singapura dan sedang bernegosiasi dengan mitra di Australia, Dubai, dan Vietnam.”
Tarik pelanggan berkat cerita di balik setiap rasa

Perjanjian perdagangan dengan Jepang, Australia, dan India telah membuka jalan bagi usaha kecil dan menengah Thailand untuk mencari pasar baru, karena kebijakan pajak pemerintahan Trump mengganggu arus perdagangan global.
Meskipun pertemuan baru-baru ini antara Tn. Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di sela-sela KTT APEC membantu meredakan ketegangan perdagangan, negara-negara Asia Tenggara masih berupaya mencari mitra baru untuk mengurangi ketergantungan mereka pada kedua negara adidaya tersebut.
Berkat tren ini, es krim Thailand "meliputi" wilayah tersebut, menarik konsumen berpendapatan semakin tinggi yang menyukai aneka manisan mewah.
Selama periode 2020-2024, ekspor es krim Thailand rata-rata mencapai $106 juta per tahun, naik lebih dari 10% per tahun. Dalam dua bulan pertama tahun 2025 saja, angkanya mencapai $22 juta – sebagian berkat 14 FTA dengan 18 negara.
Menurut Kementerian Informasi dan Hubungan Masyarakat Thailand, 17 mitra telah menghapus tarif impor, memberikan es krim Thailand keunggulan kompetitif. Pada awal 2025, ekspor ke pasar-pasar ini menyumbang 87% dari total ekspor es krim Thailand.
Bahkan Jepang – yang masih mempertahankan tarif tertentu – telah melihat impor es krim Thailand meningkat hampir sepuluh kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) memandang FTA sebagai "pelampung" bagi bisnis ekspor karena tarif AS masih menjadi hambatan utama. Meskipun perjanjian timbal balik membantu mengurangi beban pajak, kenaikan biaya input dan fluktuasi mata uang masih memengaruhi margin keuntungan usaha kecil di kawasan ini.
Pasar es krim bernilai $56 miliar.

Menurut Konsorsium Es Krim Internasional, Asia saat ini menyumbang 37% dari pasar es krim global, dengan nilainya diperkirakan melebihi $56 miliar dalam lima tahun ke depan, dipimpin oleh China dan India.
Meningkatnya pendapatan berarti konsumen bersedia membayar lebih untuk makanan ringan premium.
"Pertumbuhan populasi perkotaan dan maraknya rumah tangga berpenghasilan ganda telah menjadikan es krim sebagai kenikmatan sehari-hari," kata Aliansi. "Pertumbuhan ini juga didorong oleh preferensi terhadap produk-produk artisanal, sehat, bebas susu, serta cita rasa yang unik dan inovatif."
Kelas menengah yang sedang berkembang bersedia membayar lebih untuk es krim cone atau tub "gaya hidup", dengan pilihan rendah lemak, rendah gula, vegan, atau bebas susu. Rasa seperti matcha, kacang merah, atau buah tropis mewakili perpaduan kuliner Timur dan Barat, menandai dimulainya era baru kreativitas dalam industri es krim.
Bagi pengusaha Danupon, perjalanan ini menjadi tantangan sekaligus inspirasi.
"Membuat es krim itu menyenangkan. Ini ilmu sekaligus seni. Es krim lebih dari sekadar hidangan penutup – ini adalah kreasi yang abadi," ujarnya.
Sumber: https://baotintuc.vn/kinh-te/cach-thai-lan-bien-mon-trang-mieng-ngot-ngao-thanh-nganh-xuat-khau-ty-do-20251103145833881.htm






Komentar (0)