Baru saja kembali dari acara pemecahan rekor kuliner di Kota Ho Chi Minh, mereka membawa serta kebanggaan anak muda yang berani bermimpi, berani belajar, dan bersama-sama menjaga semangat tetap menyala.
Pasangan hidup juga teman sekelas, rekan kerja
Baru saja berpartisipasi dalam acara persiapan dan penyajian hidangan dari ikan terbanyak di Vietnam (100 jenis ikan)—sebuah program yang memecahkan rekor VietKings pada 23 Oktober—Vu dan Le masih dipenuhi haru ketika melihat miniatur ukiran mereka muncul di ruang gemerlap ratusan koki domestik dan mancanegara. Diundang untuk bergabung dengan tim dekorasi, mereka menyebutnya "pengalaman tak terlupakan", sebuah tonggak sejarah yang selalu mereka kenang ketika mengenang perjalanan masa lalu.

Sebelum menjejakkan kaki di panggung besar itu, keduanya telah mengiringi banyak even kuliner berskala besar di provinsi dan daerah: Saripati Daratan dan Laut Binh Dinh (2024), Sajian Lezat dari Daratan dan Laut Bazan (2025), Festival Kuliner Provinsi Pertama (2024) dan Kedua (2025)...
Program-program ini tidak hanya memberi mereka kesempatan untuk mencoba, tetapi juga membuka lingkungan untuk belajar dari para koki berpengalaman. Yang paling mengesankan mereka adalah semangat solidaritas dan profesionalisme, mulai dari organisasi hingga persiapan, yang membangkitkan semangat mereka di setiap partisipasi.
Nasib kedua orang ini untuk menekuni profesi kuliner berbeda. Bagi Nguyen Thanh Le, hasratnya terhadap profesi ini berasal dari keluarga: Ayahnya adalah koki yang handal, ibunya juga jago masak, dapurnya selalu dipenuhi kehangatan dan cita rasa pedesaan. Le gemar memangkas dan mendekorasi sejak kecil, karena ia percaya bahwa hidangan harus indah sebelum terasa lezat.
Pham Le Anh Vu memulai karier kulinernya setelah menikah. Suatu ketika, secara kebetulan, ia mempelajari dunia kuliner melalui internet dan menemukan informasi tentang Quy Nhon College of Technology. Mereka memutuskan untuk kembali kuliah bersama, keduanya adalah mahasiswa program Seni Kuliner dari tingkat menengah ke-16 hingga tingkat perguruan tinggi ke-18 di Quy Nhon College of Technology. Mereka memulai dengan pelajaran dasar tentang teknik pisau, pemotongan, menyiapkan hidangan Vietnam dan Asia, memanggang, dan seni kuliner.
Sejak saat itu, rumah, ruang kuliah, dan dapur telah menjadi tiga "titik sentuh" yang menghubungkan perjalanan mereka. Ada malam-malam belajar, malam-malam berlatih memangkas, dan masa-masa penuh tekanan dan kelelahan, tetapi mereka selalu saling menyemangati. "Bagi kami, memasak bukan sekadar pekerjaan, tetapi juga "benang kedua" yang menghubungkan pasangan setelah ikatan pernikahan. Itulah pula yang membuat kami selalu menghargai perjalanan ini," ujar Vu.
Satu untuk setiap orang
Ketika pasangan Anda juga teman sekelas dan rekan kerja, hidup menjadi lebih menarik. Dari makan bersama keluarga hingga berbelanja bahan makanan, Anda selalu bisa mengobrol tentang makanan, resep, dan penyajian. Terkadang, pergi ke dapur menjadi... sesi praktik.
Meskipun mereka memiliki hasrat yang sama, gaya mereka menciptakan dua "cita rasa" yang berbeda. Le teliti, teliti, dan menyukai kecanggihan dalam setiap detail dekorasi. Vu cepat, praktis, dan pandai mengatur pekerjaan. Perbedaan itu tidak menciptakan jarak, tetapi justru membantu mereka saling melengkapi. "Setiap orang punya selera yang berbeda, jadi tidak ada hidangan yang membosankan," canda Vu.

Memasak terkadang sangat sulit, terutama saat liburan, ketika kita harus berdiri di dapur selama berjam-jam. Namun, karena mereka bekerja di profesi yang sama, mereka memahami tekanan satu sama lain, dan tahu kapan mereka perlu berbagi dan kapan mereka perlu istirahat. Bagi mereka, itu adalah hal berharga yang tidak dimiliki semua pasangan.
Di antara segudang hidangan yang telah mereka buat, ada satu hidangan istimewa yang dikaitkan dengan cinta: acar kuping babi asam manis. Itu adalah hidangan pertama yang mereka buat bersama untuk diberikan kepada kerabat dan teman selama Tet, dan begitu dipuji sehingga mereka harus membuat lebih banyak lagi untuk dijual. Hingga hari ini, setiap musim Tet, dapur mereka selalu penuh dengan hidangan ini, baik untuk dijual maupun untuk menyimpan kenangan. "Kalau kita tidak membuat hidangan itu, kita akan langsung merindukan Tet," - Le tertawa.
Le membandingkan Vu dengan bumbu yang asin, mantap, dan padat. Vu menyebut Le sebagai bumbu yang manis dan lembut yang menghangatkan hidup. "Tanpa salah satu dari keduanya, hidup akan terasa hambar. Cinta dan memasak sama-sama membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Kita harus punya perasaan, tulus, dan tahu bagaimana menjaga "api" tetap menyala, tidak hanya di dapur, tetapi juga dalam hidup," kata mereka.
Saat ini, pasangan ini bekerja lepas di bidang kuliner: menyiapkan hidangan musiman tradisional, menerima jasa pemotongan dan dekorasi untuk berbagai acara, serta terus belajar meningkatkan keterampilan mereka dalam memasak hidangan Vietnam dan memotong serta menghias makanan. Mereka sedang merintis arah baru: berbagi dan menyebarkan hidangan kampung halaman dengan cara yang lebih akrab dan nyata, sehingga setiap hidangan tidak hanya lezat, tetapi juga menceritakan kisah kampung halaman.
Di usia yang sangat muda, Pham Le Anh Vu dan Nguyen Thanh Le berkontribusi dalam menciptakan citra baru bagi mereka yang bekerja di dapur: Antusias, serius, progresif dan selalu ingin menyebarkan budaya kuliner Vietnam dengan cara yang paling kreatif dan tulus.
Sumber: https://baogialai.com.vn/cung-nhau-giu-am-uoc-mo-post572328.html






Komentar (0)