Reuters hari ini, 23 Oktober, mengutip laporan dari pihak Palestina yang menyebutkan bahwa 266 warga Palestina, termasuk 117 anak-anak, tewas dalam serangan udara Israel pada 22 Oktober. Sementara itu, Al Jezeera melaporkan bahwa tadi malam dianggap sebagai malam paling berdarah di Jalur Gaza sejak konflik antara kelompok bersenjata Hamas dan tentara Israel pecah pada 7 Oktober.
Salah satu serangan dahsyat terjadi di kamp pengungsi Jabalia, salah satu daerah terpadat di Jalur Gaza, tempat lebih dari 120.000 warga Palestina tinggal.
Badan Pertahanan Sipil Palestina di Gaza mengatakan petugas darurat telah menemukan setidaknya 30 jenazah, sebagian besar perempuan dan anak-anak, setelah pemboman. Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan.
Formasi tank Israel dikerahkan di dekat Jalur Gaza pada tanggal 21 Oktober.
Israel belum mengomentari serangan tersebut atau mengklaim bertanggung jawab. Sementara itu, Hamas mengatakan pemimpinnya, Ismail Haniyeh, dan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian telah bertelepon dan membahas langkah-langkah untuk menghentikan apa yang mereka sebut "kejahatan" Israel di Jalur Gaza.
Kekhawatiran akan konflik yang menyebar di Timur Tengah
Di sepanjang perbatasan utara Israel dengan Lebanon, kelompok Hizbullah yang didukung Iran bentrok dengan pasukan Israel, eskalasi kekerasan paling mematikan di perbatasan tersebut sejak perang Israel-Hizbullah tahun 2006. Hizbullah melaporkan pada 22 Oktober bahwa enam pejuangnya tewas dalam pertempuran dengan Israel, sehingga jumlah total anggotanya yang tewas sejak 7 Oktober menjadi 26.
Dengan meningkatnya kekerasan di sekitar perbatasannya yang dijaga ketat, Israel telah menambahkan 14 permukiman di dekat Lebanon dan Suriah ke dalam rencana evakuasi daruratnya. Militer Israel mengatakan telah melancarkan serangan pendahuluan terhadap sel-sel Hizbullah di Lebanon selatan untuk menggagalkan serangan, lapor The Times of Israel , mengutip pernyataan dari militer Israel.

Pendukung Hizbullah di Lebanon melakukan protes solidaritas dengan Palestina pada tanggal 8 Oktober.
Di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa konflik menyebar di Timur Tengah, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada 22 Oktober bahwa Washington siap untuk membalas jika pasukan AS menjadi sasaran dalam perang Hamas-Israel.
Berbicara kepada NBC News, Blinken memperkirakan bahwa perang akan meningkat melalui keterlibatan pasukan proksi Iran. Ia juga menambahkan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden siap merespons jika rakyat Amerika menjadi sasaran tindakan permusuhan apa pun.
"Amerika Serikat mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa kami dapat melindungi rakyat kami secara efektif dan merespons secara tegas jika diperlukan," ujar Blinken, seraya menambahkan bahwa aset militer tambahan telah dikerahkan ke Timur Tengah, termasuk dua kelompok penyerang kapal induk.
Diplomat AS tersebut juga mengatakan bahwa Israel tidak ingin dan tidak berniat mengendalikan Jalur Gaza setelah perang dengan Hamas berakhir. Namun, ia menekankan bahwa setelah konflik, keadaan tidak dapat kembali ke status quo semula.
Melanjutkan upaya diplomatik
Satu hal positif dalam 24 jam terakhir adalah konfirmasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa 14 truk tambahan yang membawa bantuan vital, termasuk makanan dan obat-obatan, telah memasuki Jalur Gaza melalui perlintasan perbatasan Rafah di Mesir. Meskipun volume bantuan sejauh ini hanya 4% dari rata-rata harian sebelum perang, hal ini merupakan tanda bahwa upaya untuk menghindari bencana kemanusiaan sedang mengalami kemajuan, menurut Reuters.
Dalam perkembangan lain di luar Timur Tengah, ribuan orang menggelar protes di kota Montreal, Kanada, untuk menunjukkan solidaritas dengan warga Palestina.
Pada 22 Oktober, Bapak Biden juga meningkatkan upaya diplomatik dan melakukan panggilan telepon terpisah dengan banyak pemimpin Barat, termasuk Kanada, Prancis, Inggris, Jerman, dan Italia, untuk membahas situasi di Timur Tengah. Sebelumnya, beliau berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Paus Fransiskus.
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte diperkirakan akan mengunjungi Israel minggu ini.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)