Pihak berwenang Guinea mengatakan mereka telah menangkap kembali mantan kepala pemerintahan militer setelah orang-orang bersenjata menyerbu penjaranya dan membebaskannya.
Kementerian Pertahanan Guinea menyatakan pada 4 November bahwa pihak berwenang telah menangkap kembali Moussa Dadis Camara, pemimpin pemerintahan militer 2008-2010, dan dua mantan perwira senior, Moussa Tiegboro Camara dan Blaise Gomou, setelah melarikan diri dari penjara. Ketiganya dibawa ke Maison Centrale de Conakry, sebuah penjara di ibu kota Guinea.
Tahanan pelarian lainnya, mantan kolonel Claude Pivi, belum ditangkap. "Kami mengerahkan segala upaya untuk melacak pelarian terakhir," kata Kementerian Pertahanan Guinea.
Pasukan keamanan Guinea berpatroli di jalan-jalan ibu kota Conakry setelah serangan penjara pada 4 November. Foto: Reuters
Sebelumnya, Menteri Kehakiman Guinea, Charles Wright, mengatakan "sekelompok pria bersenjata lengkap menyerbu penjara Central House dan melarikan diri dengan empat terdakwa dalam persidangan atas serangan terhadap pengunjuk rasa pada 28 September 2009, termasuk mantan kapten Moussa Dadis Camara".
Menteri Wright mengatakan Guinea telah menutup perbatasannya untuk mencegah tahanan melarikan diri ke luar negeri. "Mereka akan ditemukan di mana pun mereka berada," kata Bapak Wright.
Tuan Camara dan yang lainnya dituduh memerintahkan tentara untuk membantai dan memperkosa pengunjuk rasa di sebuah stadion di ibu kota pada tahun 2009. Menurut penyelidikan PBB, lebih dari 150 orang tewas dalam peristiwa tersebut.
Mantan Kapten Camara membantah bertanggung jawab, menyalahkan bawahannya karena tidak mematuhi perintah. Camara telah ditahan sejak September 2022 ketika pengadilan menerima kasus tersebut.
Guinea, negara Afrika Barat dengan penduduk 14 juta orang, dipimpin oleh junta militer yang dipimpin oleh Kolonel Mamady Doumbouya setelah kudeta tahun 2021 yang menggulingkan mantan presiden Alpha Conde.
Ada delapan negara di kawasan Afrika Barat dan Tengah yang mengalami kudeta dalam tiga tahun terakhir, termasuk Mali, Niger, Burkina Faso, Chad, dan Gabon, yang mempertahankan pemerintahan militer.
Nguyen Tien (Menurut CNN )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)