![]() |
Kemenangan pertama Inter Miami di Piala MLS merupakan konfirmasi kuat bahwa Proyek Messi tidak hanya membuat gebrakan, tetapi juga sukses total. |
Inter Miami mengakhiri perjalanan 58 pertandingan mereka dengan gelar Piala MLS pertama mereka. Gelar tersebut bukan hanya hadiah bagi Messi, Suárez, Busquets, dan Alba, tetapi juga tonggak sejarah yang membuktikan bahwa proyek ambisius klub telah berakhir sepenuhnya.
Mascherano - dari seorang yang ragu menjadi arsitek kemenangan
Ketika Inter Miami menaruh kepercayaan pada Javier Mascherano, keraguan langsung muncul. Seorang pelatih yang belum pernah melatih klub sebelumnya, memasuki ruang ganti tempat Messi, Suarez, Busquets, dan Alba masih menjadi legenda. Ketakutannya akan "ditelan habis" bisa dimaklumi.
Namun Mascherano memilih untuk maju. Ia belajar dari kegagalan di Piala Champions Concacaf, Piala Liga, dan Piala Dunia Antarklub, dan secara bertahap membentuk perannya. Dari seorang pendatang baru yang tertekan, Mascherano menjadi tumpuan taktis tim.
Titik balik terjadi ketika Suarez diskors di babak pertama playoff. Mascherano terpaksa bereksperimen, dengan mendatangkan Mateo Silvetti. Perubahan yang terpaksa itu membuka arah baru: Inter Miami membutuhkan model operasional yang berbeda untuk bertahan di tahap terpenting musim ini.
Sejak itu, Suarez telah berada di bangku cadangan selama tiga pertandingan berturut-turut, sementara Miami menang gemilang. Cincinnati dihancurkan 4-0. New York City FC kalah 1-5. Dalam kemenangan final atas Vancouver Whitecaps 3-1 pada dini hari tanggal 7 Desember, Miami menunjukkan ketenangan dan efisiensi terbaiknya musim ini.
Inter Miami kemudian tidak lagi bergantung pada Messi dan Suarez. Mereka adalah tim yang tahu bagaimana beradaptasi, beradaptasi, dan menang dengan disiplin.
![]() |
Ketika Inter Miami menaruh kepercayaan pada Javier Mascherano, keraguan langsung muncul. |
Agar sebuah proyek berhasil, ego yang besar harus mundur di waktu yang tepat. Inter Miami melakukannya dengan matang.
Suarez, yang telah menjadi starter sepanjang kariernya, menerima perannya sebagai pemain pengganti dengan ketenangan yang jarang terlihat. Ia mengakui bahwa ia "selalu ingin bermain", tetapi memahami dan menghormati rencana pelatih. Sikap tersebut membantu ruang ganti menjaga stabilitas, dan bahkan menginspirasi anggota skuad lainnya.
Messi juga berkorban. Ia menolak bermain untuk Argentina dalam pertandingan persahabatan demi menjaga jadwalnya di Miami, sesuatu yang langka dalam karier sang superstar. Berkat kemenangan atas Atlanta tak lama kemudian, Miami memiliki keuntungan bermain di kandang sendiri dalam perjalanan menuju final.
Oscar Ustari bahkan rela kehilangan posisi nomor satu dari Rocco Ríos Novo, dan menjadi mentor bagi adik-adiknya. Itulah yang Mascherano sebut "persatuan". Ia berulang kali berkata: "Kita butuh semua orang". Dan tim merespons persis seperti yang diharapkan.
Akhir yang cerah, bercampur dengan sedikit gema perpisahan
Saat "La Gozadera" bermain di Stadion Chase, Messi mengangkat Piala MLS, sementara Suarez, Busquets, dan Alba berpelukan dan menari melingkar. Adegan itu bagaikan adegan dari film, dan penutup yang pas untuk sekelompok sahabat yang telah bersama selama lebih dari satu dekade.
Busquets dan Alba mengakhiri karier mereka dengan seragam merah muda, Suarez menutup musim dengan ketenangan seorang bintang besar, dan Messi menambahkan sentuhan emas pada warisan besarnya.
![]() |
Inter Miami mengakhiri 58 pertandingannya dengan gelar Piala MLS pertama mereka. |
Dengan kemenangan perdana mereka di Piala MLS, Inter Miami tak hanya mengukir sejarah. Mereka membuktikan bahwa "proyek Messi", yang dulu dianggap berisiko, bisa berhasil berkat kombinasi kemewahan sang superstar dan disiplin tim.
Perjalanan memang panjang dan penuh tantangan, namun akhir bahagia selalu menjadi milik tim yang tahu cara belajar, tahu cara berkorban, dan tahu cara berjuang sampai akhir.
Sumber: https://znews.vn/inter-miami-doi-dien-mao-nho-messi-va-mascherano-post1609105.html













Komentar (0)