![]() |
Mahasiswa Fakultas Teknik dan Teknologi Universitas Hue menerapkan teknologi dalam penelitian. Foto: H. Trieu |
Pencapaian dan kesenjangan yang harus diisi
"Kota Budaya" adalah tempat di mana warisan, seni, tradisi, dan kreativitas menjadi penggerak sosial -ekonomi. Sementara itu, "Kota Pengetahuan" beroperasi berdasarkan pendidikan, teknologi, dan inovasi. Hue memiliki keunggulan unik dalam menggabungkan kedua model tersebut: harta karun warisan budaya yang luar biasa dan jaringan pendidikan serta penelitian yang kuat.
Persimpangan ini menciptakan model perkotaan yang unik: Kota Budaya dan Pengetahuan - tempat pelestarian dan pembangunan berjalan beriringan, tradisi dan teknologi berpadu. Di dalamnya, tata kelola digital menjadi kunci digitalisasi warisan, membangun basis data terbuka, dan memanfaatkan nilai-nilai baru bagi industri budaya dan ekonomi kreatif.
Hue telah mengukuhkan posisinya dengan 8 warisan dunia yang diakui UNESCO; Festival Hue bertaraf internasional, dan Universitas Hue merupakan pusat pelatihan utama di wilayah Tengah. Beberapa aplikasi teknologi awal telah diterapkan, seperti tiket elektronik untuk relik, museum virtual, dan peta SIG.
![]() |
Mahasiswa di kelas praktik di Sekolah Tinggi Seni dan Budaya Hue. Foto: Phan Thanh |
Namun, dalam praktiknya, masih terdapat banyak keterbatasan: Data digital warisan budaya terfragmentasi, tidak ada pusat data tingkat kota; industri budaya dan kreatif berskala kecil, kekurangan perusahaan kunci; sumber daya manusia kurang ahli di bidang teknologi dan warisan budaya; mekanisme pengelolaan masih tradisional, belum memiliki proyek yang komprehensif; ekosistem inovasi belum terbentuk dengan jelas. Tanpa terobosan, Hue akan kesulitan untuk sepenuhnya memanfaatkan potensi inherennya.
Lima kelompok solusi utama
Untuk mewujudkan aspirasi tersebut, Hue perlu berfokus pada 5 kelompok solusi: Pertama, menyempurnakan kelembagaan dan tata kelola digital, seperti menerbitkan Proyek "Hue Digital Cultural - Knowledge City" untuk periode 2026-2031; membangun Pusat Data Warisan Budaya dan Perkotaan, menstandardisasi dan menghubungkan data; membentuk komite pengarah lintas sektor untuk mengoordinasikan dan mendorong kerja sama publik-swasta.
Berikutnya adalah mendigitalkan warisan dan merasakan budaya digital melalui digitalisasi 3D/VR/AR di seluruh kompleks warisan utama; membangun Museum Virtual Hue, gudang pengetahuan digital tentang festival dan desa kerajinan; mengembangkan aplikasi seluler, peta pintar, dan permainan edukatif.
Di samping itu, perlu difokuskan pada pengembangan industri budaya kreatif, bergerak menuju pendirian Pusat Inovasi dan Startup Budaya; penerapan e-commerce dan blockchain pada desa-desa kerajinan tradisional; penyelenggaraan Festival Digital dan hackathon warisan untuk menarik minat generasi muda.
Dalam proses pengembangan, fokus utama adalah pada pelatihan sumber daya manusia berkualitas tinggi. Universitas Hue dapat membuka program studi/interjurusan di bidang manajemen warisan digital dan ekonomi kreatif; menarik pakar teknologi dan warisan internasional; serta mengembangkan program pembelajaran seumur hidup bagi masyarakat.
Terakhir, mobilisasi masyarakat dan komunitas sebagai pusatnya. Dorong kerja sama publik-swasta dalam digitalisasi warisan; dorong komunitas dan desa kerajinan untuk berpartisipasi dalam membangun gudang data warisan digital; kembangkan pariwisata budaya komunitas yang terkait dengan teknologi digital.
Aspirasi dan tindakan
Hue memiliki potensi penuh untuk menjadi model kawasan perkotaan berbasis warisan budaya di era digital. Namun, untuk mewujudkan aspirasi ini, tiga faktor kunci perlu diterapkan mulai tahun 2026: Transformasi pemikiran manajemen yang kuat dari tradisional ke digital; investasi dalam infrastruktur data digital terbuka sebagai fondasi pembangunan; aktivasi ekosistem berbasis kreativitas yang menghubungkan universitas, bisnis, dan komunitas.
Yang terpenting, masyarakat harus menjadi subjek sentral. Rakyatlah, dengan peran mereka dalam melestarikan sekaligus menciptakan, yang akan menentukan apakah Hue dapat mempertahankan identitasnya sekaligus menjangkau dunia dengan kekuatan budaya dan intelektual.
Hue, dengan kedalaman sejarah dan ketahanan intelektualnya, tentu dapat menjadi “Kota Budaya dan Pengetahuan”, tempat warisan budaya hidup, pengetahuan bertemu, teknologi memimpin, dan masyarakat mendampingi di jalur pembangunan berkelanjutan.
(Anggota Delegasi Majelis Nasional Kota Hue, Wakil Ketua Delegasi Deputi Majelis Nasional)
Sumber: https://huengaynay.vn/chinh-tri-xa-hoi/khat-vong-thanh-pho-van-hoa-tri-thuc-158994.html
Komentar (0)