Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Musim Panas Dongeng

Báo Hà TĩnhBáo Hà Tĩnh13/05/2023

[iklan_1]

"Nenek, apa itu dongeng?" "Dongeng adalah kisah indah yang diwariskan turun-temurun, sayang!" "Apa itu musim panas, Nek? Kenapa jangkrik berkicau di musim panas?" "Sialan, dengan begitu banyak pertanyaan, bagaimana aku bisa menjawabnya?"

Musim Panas Dongeng

Ilustrasi: Internet.

Ia menepuk kepalaku dan tersenyum. Senyumnya menerangi matanya yang sayu dengan sukacita dan kerutan di wajahnya semakin dalam. Ia mengunyah pinang, memperlihatkan gigi-giginya yang hitam. Setiap kali aku melihatnya tersenyum, rasa damai tiba-tiba membanjiri hatiku, seolah musim panas itu tak pernah sekeras ini.

Hari musim panas, matahari menyengat. Langit biru tua, penuh misteri. Simfoni ribuan tonggeret berkicau. Musim panas yang panas, musim panas yang ramai, musim panas yang megah. Musim panas yang penuh nostalgia…

“Ah ah ah oh, ah ah oh

Tidurlah kau tidur lama

Ibumu belum kembali dari menanam padi.

Menangkap ikan mas rumput atau ikan lele

Pegang lehernya dan seret pulang untuk memberi makan makhluk yang sedang tidur itu.

Ah ah ah oh…”.

Di angkasa yang luas, lagu nina bobo bergema di benak, menenangkan alam bawah sadar sang anak yang telah dewasa. Suatu hari di musim panas yang telah lama berlalu. Kala itu, "ponsel" tak ada dalam kamus. Peralatan seperti kulkas, kipas angin, televisi, atau pemutar kaset pun merupakan barang langka dan mewah. Dalam buaian, sang anak tertidur lelap, di wajahnya, musim panas begitu lembut. Seolah tak ada kehadiran terik matahari musim panas dan kesulitan sehari-hari. Musim panas begitu damai. Kedamaian itu terhampar di sebuah rumah jerami sederhana yang tersembunyi di bawah naungan pepohonan rindang. Musim panas ramai dengan kicauan burung, dalam kicauan tonggeret. Namun semuanya seakan berhenti ketika lagu nina bobo sang nenek dimulai. Di samping buaian kecil itu, setiap kali ayunan buaian, lengannya mengibaskan kipas daun. Bayi itu pun tertidur lelap dan damai. Mungkin, baginya, musim panas hanyalah tetesan keringat di wajahnya.

Bayi itu tumbuh besar dalam irama ayunan. Ia tumbuh besar melewati musim panas yang cerah. Musim panasnya dipenuhi gema suara tonggeret di udara, nyanyian pengantar tidur bangau putih yang terbang anggun, kicauan burung kukuk yang mencari pasangannya... Bayi itu tumbuh besar dalam nyanyian pengantar tidur, lagu-lagu, kehangatan, dan kasih sayang neneknya.

Musim Panas Dongeng

Ilustrasi: Internet.

Di musim panas yang terik, ia sering memasak hidangan sederhana. Ia hanya memetik segenggam bayam Malabar dari kebunnya dan memasaknya dengan kepiting hasil tangkapannya. Atau ia pergi ke kebun dan memetik beberapa buah plum asam atau mangga untuk dimasak dengan bayam air, dan ia pun menikmati sup lezat yang manis sekaligus menyegarkan. Kebunnya penuh dengan tanaman hijau dan aroma dedaunan serta pepohonan. Aroma bunga kastanye tercium di udara, aroma nangka matang begitu memikat. Suatu hari, saya mengikutinya memetik nangka.

"Nenek! Berapa lama pohon nangka bisa berbuah semanis dan seharum ini?" "Paling tidak 10 tahun, Anakku. Pohon nangka yang masih muda ditanam di tanah, dirawat, lalu tumbuh, dan baru setelah tumbuh barulah ia bisa berbunga dan berbuah. Buah nangka yang masih muda juga butuh waktu untuk tumbuh dan matang agar seharum ini, Anakku!"

Tanah ini dulunya tandus dan berbatu, tetapi dengan setiap sekop dan cangkul, setiap tetes keringat, tanahnya kembali subur, pepohonan menghijau, berbunga, dan berbuah. Itulah sebabnya konon dengan usaha manusia, batu dan kerikil bisa berubah menjadi padi, anakku. Waktu berlalu, orang-orang pergi ke tempat yang jauh, tetapi hasil jerih payah mereka masih ada di sini.” Di saat-saat seperti itu, aku mengerti bahwa ia merindukannya.

Matahari musim panas mewarnai sawah dengan warna keemasan. Aku menyusuri tepian sawah untuk memanen padi untuk nenekku. Bulir-bulir padi keemasan yang harum dan montok itu memiliki aroma yang tak terlukiskan. Baru kemudian aku menyadari bahwa itu adalah aroma tanah, langit, air yang bercampur keringat manusia. Di musim panen, suara mesin perontok padi menenggelamkan kicauan tonggeret. Pekarangan berwarna keemasan dengan padi, jerami berwarna keemasan dengan gula. Bunga-bunga royal poinciana berwarna merah cerah di sudut langit. Langit biru cerah dengan awan-awan yang berlalu dengan malas. Siluet layang-layang kertas yang terisi angin terbang tinggi di angkasa. Layang-layang yang harus disobek diam-diam dari buku catatan siswa, atau lebih baik lagi, dipinjam dari beberapa koran, lalu dicampur dengan tepung tapioka agar menempel. Melihat layang-layang yang terisi angin itu terbang tinggi di langit biru, anak-anak bersorak riang. Matahari perlahan terbenam di balik pegunungan, dan baru ketika matahari terbenam memerah mereka kembali.

Musim Panas Dongeng

Dongengku adalah nenekku. (Ilustrasi: Internet).

Malam. Kegelapan menyorot galaksi-galaksi yang cemerlang. Bulan melebur ke angkasa. Kunang-kunang terbang berbondong-bondong bagai bintang jatuh. Panas siang hari membubung tinggi. Kipas angin kecil itu tak ada apa-apanya dibandingkan panasnya. Aku keluar ke beranda, berbaring di atas dipan bambu, menghirup aroma teratai yang harum terbawa angin, mendengarkan kicauan burung kukuk yang menggema dari kejauhan. Nenek duduk di sebelahku, rambutnya putih, melambai-lambaikan kipas daun. Mengunyah sirih dan mulai bercerita tentang masa lalu. Aku hanya terlelap dalam dongeng.

Dalam tidurku yang tak nyenyak, samar-samar aku mencium aroma nenekku, seperti aroma rumput, bunga, dan buah-buahan di taman. Rasanya seperti aroma waktu, kerasnya terik matahari dan hujan, kesunyian dalam dongeng. Langit hanya memiliki satu bintang lagi, dan nenekku pun tiada. Katanya, ketika seseorang meninggal, jiwanya akan terbebas menjadi bintang terang, yang akan selalu mengawasi mereka yang masih hidup setiap malam.

Di musim panas modern, matahari masih memancarkan cahaya keemasan di jalanan. Bunga royal poinciana masih bersinar merah terang di sudut langit. Ribuan tonggeret masih berkicau menyanyikan lagu cinta ciptaan. Namun, orang-orang mengunci diri di kamar dengan segala kemudahannya. Dalam kehidupan modern, orang-orang enggan keluar rumah di musim panas. Orang-orang menjauhkan diri dari alam, memuaskan diri dalam udara dingin AC. Anak-anak juga semakin jarang bermain layang-layang, mereka lebih banyak berdiam di kamar, dunia mereka terbatas pada ponsel pintar mereka. Dan tentu saja, musim panas menjadi semakin keras.

Tiba-tiba aku teringat musim panas yang jauh di sana, masa lalu. Hari-hari musim panas bersama perempuan tua yang mengunyah sirih, rambutnya putih, matanya berbinar tawa. Suara tonggeret bergema, suaranya seakan bertahan selama ribuan tahun. Lagu nina bobo itu bagaikan kabut di kala senja. "Tidur nyenyak, tidur nyenyak, tidur nyenyak..." Siapakah dia yang berambut putih, bermata cerah, tersenyum padaku? Apakah dia Peri yang sering kulihat dalam dongeng-dongeng yang diceritakannya? Betapa miripnya dia dengan nenekku!

Menatap bintang paling terang di langit, aku seakan melihatnya tersenyum. Dalam isak nostalgia, musim panasku muncul dengan begitu megah dan misterius. Ia menaburkan lagu cinta yang menggema di hatiku. Kicauan serangga dari masa lalu. Lagu pengantar tidur, dongeng yang ia ceritakan, hidangan yang ia masak kini hanyalah kenangan lama yang abadi dalam ingatanku.

Pada suatu hari musim panas yang terik, aku berjalan kembali ke kebun nenekku. Waktu telah menutupi lanskap dengan lumut. Aku menemukan jawaban atas pertanyaan yang biasa kuajukan kepada nenekku. Nenek, dongengku adalah dirimu. Dan musim panas adalah musimnya dongeng.

Tran Tu


[iklan_2]
Sumber

Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Dataran Tinggi Batu Dong Van - 'museum geologi hidup' yang langka di dunia
Saksikan kota pesisir Vietnam menjadi destinasi wisata terbaik dunia pada tahun 2026
Kagumi 'Teluk Ha Long di daratan' yang baru saja masuk dalam destinasi favorit di dunia
Bunga teratai mewarnai Ninh Binh menjadi merah muda dari atas

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

Gedung-gedung tinggi di Kota Ho Chi Minh diselimuti kabut.

Peristiwa terkini

Sistem Politik

Lokal

Produk