
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (Foto: Reuters).
"Perang di Ukraina telah menjadi ajang perebutan amunisi," ujar Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan setelah upacara penandatanganan kontrak di markas besar aliansi tersebut di Brussels pada 23 Januari.
Badan Dukungan dan Pengadaan NATO (NSPA) menandatangani kesepakatan tersebut atas nama beberapa sekutu. Kontrak senilai 1,1 miliar euro (US$1,2 miliar) ini memungkinkan NATO untuk membeli peluru artileri 155 mm.
Pejabat NATO mengungkapkan bahwa kontrak tersebut dapat menyediakan sekitar 220.000 peluru artileri, dengan pengiriman pertama diharapkan pada akhir tahun 2025.
Menurut sebuah sumber, peluru artileri akan dipasok oleh produsen senjata Prancis Nexter dan Junghans Jerman.
Stoltenberg mengatakan bahwa sejak NATO meluncurkan program untuk mengatasi kekurangan stok militer sekutu pada Juli tahun lalu, NSPA telah menyetujui kesepakatan senilai sekitar $10 miliar (9,19 miliar euro). Kesepakatan ini mencakup peluru artileri, amunisi tank, dan rudal pertahanan udara Patriot.
Pada pertemuan di bulan Februari, menteri pertahanan NATO akan membahas langkah-langkah lain untuk meningkatkan produksi industri pertahanan, yang menurut sekretaris jenderal diperlukan untuk memastikan Barat dapat terus mendukung Kiev.
Minggu lalu, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov menggambarkan kekurangan amunisi di negaranya sebagai "kekurangan peluru," dan mengatakan hal itu merupakan masalah besar bagi militer Kiev setelah hampir dua tahun konflik dengan Rusia.
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)