Tuan Thai Cong No menunjuk ke peringkat Monumen Nasional Kuil Ba Chua Xu di Gunung Sam, wajahnya memancarkan kebanggaan terhadap nilai budaya dan sejarah tempat ini.
Kehidupan yang melekat pada Kuil Ba
Ketika menyebut orang-orang yang melekat pada Kuil Ba Chua Xu di Gunung Sam (Kelurahan Nui Sam, Kota Chau Doc), kita tak bisa tidak menyebut Bapak Thai Cong No. Bapak No telah mengabdikan 40 tahun hidupnya untuk tempat ini. Di usianya yang ke-75, beliau masih berdedikasi setiap hari, bekerja sama dengan dewan pengelola untuk mengatur ritual ibadah, mendukung para peziarah, dan menjaga kesucian kuil. Pada hari-hari puncak seperti Festival Ba Chua Xu, jumlah peziarah mencapai jutaan, tetapi berkat pengalamannya yang luas, semua ritual tetap berjalan lancar.
Baginya, pekerjaan ini bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga tanggung jawab terhadap kepercayaan yang telah lama mengakar di negeri ini. Selama bertahun-tahun mengabdi di kuil, ia telah mendengar banyak kisah, mulai dari orang-orang yang datang untuk beribadah dan berdoa memohon kekayaan dan kedamaian, hingga kasus-kasus khusus yang akan selalu ia ingat. Tuan No berkata: “Ada seorang pria di Bac Lieu yang usahanya bangkrut. Suatu malam, ia bermimpi seorang wanita menyuruhnya pergi ke barat daya untuk berdoa memohon berkah. Ia pergi ke kuil, berdoa, lalu kembali ke kampung halamannya untuk beternak udang dan mendapatkan panen yang baik. Setelah berhasil, ia kembali ke kuil untuk berterima kasih kepada wanita itu.”
Tak hanya orang-orang, ia sendiri juga menaruh kepercayaannya pada kesucian Ba Chua Xu. Tuan No bercerita: “Ketika pertama kali saya datang ke sini untuk bekerja, hidup masih sulit. Namun berkat perlindungannya, saya berhasil membuka apotek, dan bisnis saya pun sukses. Untuk setiap peristiwa besar dalam hidup saya, saya berdoa kepadanya, berharap semuanya berjalan lancar.” Keyakinannya kepada Ba Chua Xu dari Gunung Sam inilah yang membantunya bertahan di sini hingga kini.
Melestarikan Pura Desa - Melestarikan Jiwa Pedesaan
Sementara itu, Rumah Komunal Vinh Thanh Trung (Kota Vinh Thanh Trung, Distrik Chau Phu) merupakan tempat yang mengusung nilai-nilai budaya tradisional, yang erat kaitannya dengan kehidupan spiritual masyarakat setempat. Di sini, Bapak Nguyen Hoang Van (73 tahun), Ketua Dewan Pembina, telah mengabdi di rumah komunal ini selama 17 tahun. Nasib membawanya pada pekerjaan ini secara alami. Awalnya, Bapak Van hanya berpartisipasi dalam kegiatan ibadah bersama warga setempat. Namun seiring berjalannya waktu, Bapak Van menyadari bahwa rumah komunal ini membutuhkan seseorang untuk mengurusnya, menyelenggarakan perayaan, dan memelihara ritual adat. Ketika Dewan Pembina membutuhkan seseorang untuk mengelolanya, beliau memutuskan untuk mengemban tanggung jawab ini.
Setiap hari, Bapak Van dan dewan pendeta mengurus dupa, menyiapkan persembahan, dan menyelenggarakan perayaan Thuong Dien, Ky Yen, dan Ha Dien. Khususnya, beliau telah membentuk kelompok To Hau Huong yang bertugas 24/7 untuk melayani kebutuhan ibadah umat dengan penuh perhatian, meskipun mereka tidak menerima gaji. Saya hanya berharap seluruh dewan pendeta akan terus bekerja sama untuk melestarikan rumah komunal ini agar tempat ibadahnya tetap luas dan bermartabat.
Pak Van menceritakan kisah yang tak terlupakan: “Pada tahun 80-an, terjadi kebakaran besar di dekat rumah komunal, tetapi api tidak sampai ke aula utama. Penduduk desa percaya bahwa berkat perlindungan Thanh Hoang, rumah komunal tetap kokoh. Ada kalanya rumah komunal kekurangan dana, kami mempersembahkan dupa dan berdoa, dan penduduk desa secara sukarela menyumbang, membantu rumah komunal agar memiliki cukup dana untuk memperbaikinya.” Meskipun masyarakat telah berubah, rumah komunal tetap menjadi tempat singgah bagi orang-orang ketika menghadapi kesulitan. Mereka datang ke sini untuk beribadah dan menemukan kedamaian, untuk menemukan dukungan spiritual di tengah hiruk pikuk kehidupan.
Iman dan gairah diwariskan dari generasi ke generasi
Baik itu Pura Putri maupun rumah adat desa, para pengurus di sini memiliki satu tujuan: Melestarikan kepercayaan dan tradisi untuk generasi mendatang. Bapak No bercerita bahwa di masa tuanya, beliau telah mewariskan seluruh ilmu dan pengalamannya kepada para penerus agar ritual adat tidak hilang. Bapak Van percaya bahwa akan ada generasi penerus yang melanjutkan tugas merawat dan melestarikan rumah adat, layaknya sebuah keluarga, generasi penerus mengikuti generasi sebelumnya. Bapak Van memahami bahwa melestarikan rumah adat bukan hanya tanggung jawab beliau, melainkan upaya bersama seluruh masyarakat, agar nilai-nilai budaya dan spiritual dihormati dan dilestarikan dari generasi ke generasi.
Mereka adalah orang-orang yang pendiam, tidak membutuhkan siapa pun untuk merekam atau memuji mereka. Namun, mereka telah berkontribusi dalam melestarikan jiwa budaya, memelihara kepercayaan rakyat untuk generasi mendatang. Meskipun waktu berlalu, "para penjaga kuil dan penjaga rumah komunal" akan tetap setenang dan setia seperti dulu...
BICH GIANG
Sumber: https://baoangiang.com.vn/nhung-nguoi-gac-mieu-giu-dinh-tham-lang-a417564.html
Komentar (0)