Mungkin, setiap perpisahan meninggalkan kekosongan yang sunyi di hati mereka yang tertinggal. Hari ketika putra saya berangkat ke militer juga merupakan hari ketika ibu saya merasakan perasaan yang tak terlukiskan: "Bahagia sekaligus khawatir". Namun, jauh di lubuk hatinya, ia masih percaya bahwa putranya akan berani dan kuat untuk berlatih disiplin, menghadapi kesulitan, dan bahkan bahaya. Baginya, "masa penantian" bukan sekadar menunggu kabar, tetapi menunggu hari untuk melihat putranya kembali dengan selamat, sehat, dan dewasa.

Keluarga Ny. Nguyen Thi Nham (kelurahan Dong Bang, provinsi Hung Yen ) mengunjungi putranya yang belajar di Sekolah Perwira Angkatan Darat 1.

Ibu Nguyen Thi Nham (Kelurahan Dong Bang, Provinsi Hung Yen), seorang guru yang anaknya merupakan siswa kelas dua di Sekolah Perwira Angkatan Darat 1, dengan penuh emosi berbagi: “Impian mengenakan seragam militer bukan hanya impian anak saya, tetapi saya sendiri juga menyukai warna hijau seragam tentara dan ingin anak saya bergabung dengan Angkatan Darat sejak kecil. Ketika kami mendengar bahwa ia lulus ujian masuk Sekolah Perwira Angkatan Darat 1, seluruh keluarga sangat bangga.”

Kegembiraan hari ketika anaknya diterima langsung berpadu dengan kekhawatiran seorang ibu yang selalu khawatir karena anaknya sedang menjalani wajib militer. Ibu Nham berkata: "Saya harus bilang, saat itu saya bahagia karena anak saya telah mewujudkan impiannya, tetapi saya juga khawatir karena saya tahu berada di lingkungan militer akan sangat sulit, sangat berbeda dengan berada di rumah bersama orang tua saya."

Tiga bulan pertama masa tugas militer putra saya merupakan masa penantian terlama bagi ibu yang berada di barisan belakang. "Masa itu sangat sulit bagi saya. Ketika putra saya bergabung dengan militer, rumah terasa sunyi senyap. Setiap kali makan, setiap malam, melihat nampan berisi makanan hilang membuat saya menangis. Yang paling mengkhawatirkan adalah bagaimana putra saya makan, tidur, dan terbiasa disiplin," kenangnya sambil berlinang air mata. Karena tidak bisa sering menghubunginya, merindukannya menjadi kebiasaan yang tak terungkapkan: mengeluarkan foto-foto lama untuk dilihat, duduk dan bercerita tentang masa kecilnya bersama kerabat, atau sekadar memikirkan kapan ia akan kembali setelah menjalani pelatihan.

Setelah hampir dua tahun belajar dan berlatih di Angkatan Darat, yang paling membuat sang ibu bangga bukanlah sertifikat prestasinya, melainkan perubahan pada putranya. "Dulu, putra saya malas bangun pagi, kecanduan bermain game, tetapi sekarang dia tahu cara memotong rumput, menanam sayuran, membersihkan dengan rapi, disiplin, dan dewasa. Melihatnya tumbuh seperti itu, saya merasa jauh lebih percaya diri," kata Ibu Nham, matanya dipenuhi kegembiraan dan kebanggaan.

Bagi ibu seperti Ibu Nham, menunggu bukanlah suatu beban, melainkan bagian dari perjalanan menjadi ibu, perjalanan yang penuh dengan keimanan dan kasih sayang yang tak bersyarat.

Di sebuah apartemen kecil, Ny. Nguyen Thi Hoa (Komune Thanh Tri, Hanoi ), seorang guru SMA dan istri seorang perwira Angkatan Darat, adalah seorang perempuan yang telah menunggu selama 13 tahun seperti itu. 13 tahun makan sendirian, liburan Tet tanpa suaminya, malam-malam panjang memeluk anaknya hingga tertidur ketika di luar rumah adalah musim hujan dan nostalgia. Namun, itu juga merupakan 13 tahun iman, kebanggaan terhadap suaminya yang seorang militer.

Ibu Nguyen Thi Hoa bersama suami, dua orang putri dan seorang keponakan.

Ketika ditanya tentang perjalanan bisnis pertama suaminya, Ibu Hoa mengenang: “Pertama kali dia pergi bisnis ke Korea Selatan, saat itu kami sudah memiliki putri pertama. Perasaan berpisah dari suami selama berbulan-bulan terasa begitu lama. Saya merasa kasihan padanya, anak saya, dan diri saya sendiri. Namun saya selalu berusaha mengendalikan diri, meyakinkan diri sendiri bahwa saya dan anak saya akan menjadi pendukung yang kuat agar dia dapat bekerja dengan tenang.”

Selama bertahun-tahun suaminya jauh dari rumah, hidup Ny. Hoa tak hanya tentang kuliah, tetapi juga tentang membesarkan anak, merawat orang tuanya yang lanjut usia, dan memastikan semua kebutuhan makan dan tidur terpenuhi di rumah tanpa pencari nafkah. Namun, tantangan terbesar baginya bukanlah soal makanan dan uang, melainkan tentang kepercayaan, kasih sayang, dan pengertian dari suami dan istrinya: "Hanya ketika saya memiliki keyakinan pada diri sendiri dan suami, saya memiliki kekuatan yang cukup untuk melewati malam-malam yang panjang dan melelahkan. Keyakinan itu membantu saya untuk tetap teguh sehingga ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan percaya diri."

Ada malam-malam ketika cuaca berubah, dan ibu serta anak itu sakit. Di dapur kecil, hanya ada mereka berdua di meja makan, dan air mata sering jatuh tanpa disadari. "Ada kalanya saya merasa sangat sedih, tetapi saya memilih untuk belajar bersyukur setiap hari, belajar tersenyum, karena saya tahu saya tidak sendirian. Keluarga saya adalah motivasi terbesar bagi saya untuk terus maju," ungkap Ibu Hoa.

Ketika ditanya tentang pepatah "Istri tentara adalah tentara tanpa pangkat", Ibu Hoa tertawa dan berkata: "Memang benar kami tidak mengenakan seragam militer, tetapi kami tetap harus melatih tekad kami di kampung halaman. Kami juga harus bertahan di bawah terik matahari dan hujan, belajar bagaimana berperilaku, membesarkan anak-anak, dan mengurus keluarga agar kalian merasa aman di tempat latihan. Saya percaya kalian selalu bangga memiliki "rekan" seperti kami dalam hidup."

Menengok kembali perjalanan itu, yang paling membuat Ibu Hoa bangga adalah keluarga kecil yang ia dan suaminya bangun bersama, dengan dua putri yang penurut, rajin belajar, dan penuh pengertian. Rumah itu tetap hangat dan penuh kasih sayang, meskipun tanpa kehadiran seorang pria.

Terlepas dari posisi mereka, sebagai ibu atau istri, para perempuan di garis depan tidak pernah menganggap "masa penantian" mereka sia-sia. Bagi mereka, masa penantian itu merupakan sumber kebanggaan. Bangga pada diri sendiri karena cukup kuat untuk menjadi garda terdepan dan bangga memiliki anak dan suami yang bertugas di Angkatan Darat, berkontribusi menjaga perdamaian Tanah Air. Mereka memahami dan berbagi dengan para pejuang garis depan, dan juga berharap mendapatkan pengertian dan rasa hormat dari para pria tersebut. Terkadang, sebuket bunga, hadiah kecil, atau sekadar ucapan selamat di Hari Perempuan Vietnam, 20 Oktober, sudah cukup untuk membuat mereka merasa lebih bahagia dengan hidup dan pengorbanan diam-diam mereka.

    Sumber: https://www.qdnd.vn/van-hoa/doi-song/nhung-nguoi-giu-lua-noi-hau-phuong-885413