Baik UEA maupun Rusia baru-baru ini mengumumkan penghentian penjualan beras ke luar negeri, hanya seminggu setelah larangan serupa dari India.
Kementerian Ekonomi Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan pada 28 Juli bahwa mereka akan menangguhkan ekspor beras selama empat bulan. Peraturan ini berlaku segera dan berlaku untuk semua jenis beras. UEA juga melarang ekspor ulang beras yang diimpor dari India setelah 20 Juli.
Perusahaan yang ingin mengekspor dan mengekspor kembali beras harus mengajukan izin dari Kementerian Perekonomian. Jika disetujui, izin mereka akan berlaku selama 30 hari.
UEA mengimpor 90% kebutuhan pangannya setiap tahun. Supermarket dan pemasok beras di UEA memperkirakan langkah ini akan menyebabkan kenaikan harga sementara. Tahun lalu, harga pangan yang tinggi memberikan tekanan pada UEA dan negara-negara Teluk lainnya.
Orang-orang membeli beras di sebuah supermarket di Dubai. Foto: AFP
Pada 29 Juli, pemerintah Rusia juga mengumumkan larangan ekspor beras hingga akhir tahun ini. Tujuannya adalah untuk menstabilkan pasar domestik.
"Larangan tersebut tidak berlaku bagi negara-negara anggota Uni Ekonomi Eurasia, serta Abkhazia dan Ossetia Selatan. Selain itu, beras masih dapat dikirim ke luar negeri untuk tujuan kemanusiaan," demikian pernyataan pemerintah Rusia.
Pembatasan ini juga diterapkan pada paruh kedua tahun lalu. Pada Juli 2022, Kementerian Pertanian Rusia memutuskan untuk melarang ekspor beras, sereal, dan asam amino yang digunakan dalam pakan ternak hingga akhir tahun. Tujuannya adalah untuk memastikan ketahanan pangan dalam negeri, menjaga kestabilan harga domestik produk-produk ini, serta mendukung industri pengolahan dan peternakan. Larangan tersebut kemudian diperpanjang hingga akhir Juni tahun ini.
Beras merupakan makanan pokok bagi lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia. Permintaan beras juga terus meningkat.
Keputusan UEA dan Rusia muncul hanya seminggu setelah India, eksportir beras terbesar di dunia, melarang penjualan internasional beras non-Basmati (varietas populer di Asia Selatan) untuk menstabilkan harga domestik.
Ekspor hanya akan diizinkan jika otoritas India mengizinkannya, atas permintaan pemerintah lainnya, untuk memastikan ketahanan pangan di negara tersebut. Pra-pemesanan tetap diizinkan untuk diselesaikan. Pemerintah India menyatakan bahwa keputusannya akan memengaruhi 25% dari total ekspor beras negara tersebut.
Larangan ini dapat membebani harga global di tengah kekhawatiran El Nino yang merusak tanaman pangan. Harga biji-bijian utama lainnya juga melonjak akibat ketegangan Rusia-Ukraina. India juga membatasi ekspor gandum dan gula.
Ha Thu (menurut Reuters, Vedomosti)
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)