Kabinet yang diumumkan oleh Presiden Macron, dipimpin oleh Perdana Menteri Michel Barnier, dibentuk 11 minggu setelah pemilihan parlemen sela dan para pejabat Prancis berjuang untuk membentuk pemerintahan baru. AFP melaporkan pada 22 September, mengutip sumber-sumber yang mengetahui informasi tersebut, bahwa proses pengangkatan 39 posisi kabinet terkadang tegang antara Macron dan Barnier.
Pemerintah Prancis yang baru diyakini menganut posisi sayap kanan. Hal ini telah membuat marah para pejabat dan anggota sayap kiri, yang memimpin dalam pemilihan parlemen. Para politisi sayap kiri telah menyatakan akan menantang kabinet baru dengan mosi tidak percaya. Jika cukup banyak suara terkumpul, kabinet Barnier akan dibubarkan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron
Dalam pemilihan umum bulan Juli, koalisi sayap kiri yang dikenal sebagai Front Populer Baru (NFP) memenangkan kursi terbanyak di parlemen tetapi tidak cukup untuk mengamankan mayoritas. Presiden Macron berpendapat bahwa sayap kiri tidak akan mampu menggalang dukungan yang cukup untuk membentuk pemerintahan yang tidak akan segera digulingkan. Oleh karena itu, ia mencari dukungan dari sekutu, kelompok sentris dan kanan tengah.
Banyak orang turun ke jalan di Prancis pada tanggal 21 September untuk memprotes pemerintahan baru, dengan alasan bahwa anggota kabinet tidak mencerminkan hasil pemilihan parlemen. Tidak ada satu pun anggota dari koalisi NFP yang termasuk dalam kabinet Barnier.
Tugas utama pertama bagi pemerintahan Perdana Menteri Barnier adalah menyerahkan rencana anggaran 2025 untuk mengatasi situasi keuangan Prancis, yang digambarkan Barnier sebagai "sangat serius".
Sumber: https://thanhnien.vn/tong-thong-phap-cong-bo-noi-cac-moi-185240922062101766.htm






Komentar (0)