
Dari yang hanya ditenun untuk keperluan rumah tangga dan sebagai hadiah, berkat kualitasnya yang tahan lama, sejak tahun 1940-an, tikar Ca Hom-Ben Ba telah menjadi komoditas dan terkenal di seluruh wilayah Selatan. Keunikan tikar ini terletak pada pola dan warnanya yang halus, yang tidak pudar atau rusak setelah 4-5 tahun penggunaan. Para perajin sering memilih 5 warna utama: putih, merah, biru, kuning, dan ungu untuk menciptakan tikar bunga anyaman 2 sisi yang sangat kreatif dan estetis.

Pada tahun 1970-an, desa kerajinan menghadapi persaingan ketat dari tikar nilon. Sekitar tahun 1990, profesi menenun menghadapi risiko kepunahan karena kurangnya bahan baku dan lambatnya inovasi dalam desain. Ratusan pekerja meninggalkan alat tenun mereka untuk mencari nafkah di tempat yang jauh. Dalam konteks ini, pengrajin Diep Thi Som tetap gigih dan berinovasi, membantu produknya mempertahankan posisinya di pasar.

Pada tahun 2001, komunitas Ham Giang menyediakan modal, rangka tenun, dan mendorong pewarisan kerajinan tersebut, yang menciptakan momentum bagi desa kerajinan untuk bangkit kembali. Saat ini, terdapat lebih dari 450 rumah tangga yang berpartisipasi, hampir 500 rangka tenun, yang menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 2.500 pekerja langsung dan tidak langsung. Setiap tahun, desa kerajinan ini memasok sekitar 150.000 pasang tikar, dengan puncak musim Tet mencapai 1.000-1.200 pasang/hari, menghasilkan pendapatan ratusan juta dong. Seluruh komunitas saat ini memiliki 37 hektar lahan bambu, dengan hasil produksi yang stabil untuk menopang kerajinan ini.
Namun, desa kerajinan ini juga menghadapi tantangan: lahan untuk menanam bambu semakin menyempit, dan para pengrajin semakin menua. Pelestarian dan pengembangan tidak hanya untuk mempertahankan mata pencaharian, tetapi juga untuk melestarikan ciri-ciri budaya yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat Khmer.






Pengrajin muda Tran Thi The berbagi bahwa baginya, menenun tikar bukan hanya cara hidup, tetapi juga kenangan dan jiwa kampung halamannya. Penghasilan tetap dari pekerjaan ini membantunya menghidupi keluarga dan menghubungkan desa. Ia berharap kerajinan tradisional ini dapat dilestarikan agar generasi mendatang dapat bangga dengan desa tikar di kampung halaman mereka.



Tikar Ca Hom – Ben Ba telah menjadi komoditas dan terkenal di seluruh wilayah Selatan. Pada 9 Agustus 2024, Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata memutuskan untuk memasukkan pembuatan tikar Ca Hom ke dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda Nasional.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/tram-nam-nghe-chieu-ca-hom-ben-ba-post811329.html






Komentar (0)