Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Menggemakan gong desa

Suara apa pun yang pernah terkompresi/ Suara apa pun yang pernah dilepaskan/ Kini semuanya berubah menjadi fajar di puncak gunung...

Báo Thái NguyênBáo Thái Nguyên31/08/2025

Gong berdenting berirama, suaranya lantang, merata ke segala arah, menyebar hingga ke Gunung Kuping Kucing, lalu bergema kembali. Warga di kampung halaman saya, entah sedang memancing di Sungai Cau, memetik jagung di ladang, atau mencari rebung di Bukit Prajurit, semuanya dapat mendengarnya. Setiap kali desa mengadakan acara publik atau perlu mengumpulkan orang, kepala desa menggunakan gong untuk memanggil warga, alih-alih mendatangi setiap rumah untuk mengumumkan. Suara yang familiar ini telah melekat di desa saya selama hampir setengah abad.

Gong yang tergantung di bawah pohon rindang di tengah desa tampak kusam dan berat. Sifat balok logam memang tidak ringan, tetapi berat karena mengandung kisah waktu dan sejarah yang tak terhitung jumlahnya di dalam cangkangnya yang kasar dan berkarat. Setiap kali suara "raksasa" itu bergema di seluruh pegunungan dan hutan, pada saat yang sama, begitu banyak kisah yang terungkap dalam kesadaran setiap orang.

Ilustrasi: Dao Tuan
Ilustrasi: Dao Tuan

Sejak kecil, kakek saya bercerita bahwa gong itu awalnya adalah bom yang dijatuhkan para penjajah di tepi hutan. Untungnya, bom itu tidak meledak. Para prajurit teknik dengan terampil memindahkan bahan peledak dengan aman, meninggalkan selongsong bom tetap utuh. Semua orang membawanya pulang bersama-sama dan menggantungnya di bawah naungan pohon tua.

Sejak saat itu, penduduk desa saya mengubah cara mereka menyebutnya dari "bom selongsong" menjadi "gong desa" karena memiliki misi yang berbeda dan lebih bermakna. Saya menatapnya dengan mata polos dan bertanya: "Mengapa kamu tidak menjual bom selongsong itu kepada tukang besi tua untuk mendapatkan uang?", jawabnya penuh kasih sayang: "Ini perlu disimpan sebagai kenang-kenangan, nanti kamu akan mengerti kalau sudah besar nanti". Setiap kali kami berkesempatan lewat, kami akan berdiri berkelompok untuk mengagumi, menyentuh, dan saling mengajak untuk memukul gong. Anak-anak yang polos dengan antusias pergi mencari potongan-potongan kayu bakar kecil lalu mengedarkannya untuk dipukul. Suara dentingannya menggema keras, tetapi cukup untuk mengagetkan ayam-ayam yang berkicau mencari makan di sekitar.

Belakangan, saya menyadari bahwa bom itu adalah sisa-sisa perang. Jika bom itu bukan gong yang berisik, ia akan selamanya menjadi keheningan tanpa kata, hilang di suatu tempat yang jauh.

Sesekali saya mendengar cerita kakek saya dari masa lampau tentang masa ketika tanah air dulu memproduksi tenaga kerja ekonomi dengan model koperasi. Bunyi gong terdengar akrab dan intim, menandakan semua orang untuk berangkat kerja tepat waktu. Setelah gong yang ramai dan mendesak itu, suara langkah kaki yang tergesa-gesa menggema di sepanjang jalan.

Suara gong itu perlahan memudar seiring berjalannya waktu, suara yang menandakan saatnya berangkat kerja ke koperasi itu hanya tersisa dalam ingatan orang-orang tua.

Selama beberapa hari libur di pedesaan, saya menyempatkan diri mengunjungi desa dan kebun-kebunnya. Di tengah gerimis, saya melewati pohon Than Mat yang sudah tua, dengan gong sedih yang masih ada. Musim ini, bunga Than Mat bermekaran tanpa henti, menyebarkan aroma manis ke sudut desa kecil tercinta saya.

Pagi ini, ketika gong berdentang, saya begitu tersentuh. Rasanya suara itu telah membangkitkan pikiran terdalam saya. Di jalan desa, orang-orang membawa cangkul dan sekop untuk melakukan pekerjaan umum, menggali kanal untuk mengalirkan air ke ladang-ladang mata air. Ayah saya berkata bahwa sekarang ini alat komunikasi lebih cepat dan efektif, tetapi gong masih menyimpan kisahnya sendiri, dan penduduk desa melestarikannya sebagaimana leluhur mereka menghargainya.

Setelah gong berbunyi, kawanan burung di puncak pohon terkejut dan segera mengepakkan sayap mereka, lalu terbang ke udara. Sayap-sayap kecil mereka berputar-putar, lalu kembali ke dedaunan yang damai, berkicau. Mendengar gong berbunyi, saya teringat nenek saya, teringat sore-sore masa kecil saya ketika mendengar gong dan segera memetik sayuran, menyiapkan makanan bersih agar orang tua saya bisa pulang tepat waktu untuk makan malam dan menghadiri pertemuan. Oh, gong desa, suara kenangan itu menggema dalam diri saya.

Sumber: https://baothainguyen.vn/van-nghe-thai-nguyen/202508/vong-tieng-keng-lang-6242591/


Topik: Fajarsuara

Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Di musim 'berburu' rumput alang-alang di Binh Lieu
Di tengah hutan bakau Can Gio
Nelayan Quang Ngai kantongi jutaan dong setiap hari setelah menang jackpot udang
Video penampilan kostum nasional Yen Nhi mendapat jumlah penonton terbanyak di Miss Grand International

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

Hoang Thuy Linh membawakan lagu hitsnya yang telah ditonton ratusan juta kali ke panggung festival dunia

Peristiwa terkini

Sistem Politik

Lokal

Produk