Cerita kecil
Sambil melirik layar ponsel—tempat film mencapai klimaks—lalu menunduk ke lantai tempat putri kecilnya sedang merapikan semua mainannya, Pak Cong menangkap tatapan manis dan memohon. Ia tersenyum dan meletakkan ponselnya. Seketika, mata gadis kecil itu berbinar melihat ayahnya siap bergabung.
Gadis kecil itu dengan gembira menarik ayahnya ke "dapur" mungil berisi: kompor gas, kulkas, panci, sayuran, buah-buahan, piring... Semuanya mainan, tetapi ditata dengan cermat seperti dapur sungguhan. Mereka berdua memulai pesta khayalan yang dipenuhi tawa.
Layaknya pemilik toko kecil, gadis kecil itu berkata dengan suara lantang: "Silakan pilih hidanganmu!" lalu terus-menerus memperkenalkan menu, dari hidangan utama hingga hidangan penutup, dan mendesak ayahnya untuk segera memilih. Itu hanya permainan pura-pura, tetapi melihat ayahnya dengan penuh semangat memainkan perannya, gadis kecil itu tak dapat menyembunyikan kegembiraannya.
"Dulu, setiap kali anak saya mengajak saya bermain, saya biasanya sibuk dengan urusan saya sendiri, jadi saya hanya duduk diam tanpa benar-benar memperhatikan. Saya hanya berpikir anak saya senang dan itu sudah cukup," aku Pak Cong.

Ibu Ngoc Anh (pekerja kantoran, tinggal di distrik Hiep Binh Phuoc , kota Thu Duc, Kota Ho Chi Minh), meskipun rutin mengajak anaknya ke taman bermain setiap minggu, ia sering terkejut dengan apa yang diucapkan anaknya. Biasanya, ia membiarkan anaknya bebas memilih permainan, sementara ia mengamati dari jauh.
"Saya rasa cukup dekat untuk bereaksi jika terjadi sesuatu sudah cukup," ujarnya. Jika anak itu menemukan teman dengan "selera" yang sama, ia akan bermain dengan gembira, bahkan melupakan orang tuanya. Namun, sering kali, ketika anak itu mengajaknya bermain, ia langsung berkata, "Silakan bermain." Melihat anak itu bermain sendirian, ia berkata pada dirinya sendiri, "Dia masih senang, jadi mungkin dia baik-baik saja." Saat itu, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk menelepon atau mengobrol dengan orang tua lainnya.
Hingga suatu hari, putranya yang berusia 6 tahun tiba-tiba berkata: "Setiap kali aku mengajakmu bermain, kamu selalu bilang kamu sibuk, kamu lelah. Atau kamu tidak suka bermain denganku?" Ia terdiam, tidak tahu harus menjawab apa, baik untuk putranya maupun dirinya sendiri.
Menemani anak
Di dunia modern, tidak semua orang tua punya cukup waktu untuk membantu anak-anak mereka belajar sekaligus menemani mereka bermain. Banyak keluarga berada dalam situasi di mana salah satu orang tua memikul semua tanggung jawab mengasuh anak-anak mereka, sementara orang tua lainnya memilih bersantai di depan ponsel atau TV, meninggalkan anak-anak mereka bermain sendiri.
Frasa "bermain berkualitas dengan anak" semakin sering disebut, dipahami sebagai menghabiskan waktu bersama anak secara utuh dan bermakna, serta menciptakan ikatan yang erat antara orang tua dan anak. Bukan sekadar "hadir" bersama anak, tetapi benar-benar berpartisipasi, mendengarkan, mengeksplorasi , dan belajar bersama anak.
Hal terpenting dalam bermain bersama anak-anak bukan hanya lamanya bermain, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana Anda bermain. Waktu yang singkat namun dimanfaatkan dengan baik tetap dapat menjadi momen berharga, membantu mempererat ikatan keluarga, memelihara jiwa anak, dan berkontribusi pada pembentukan kepribadian serta emosi yang sehat.
Hal ini, lebih dari siapa pun, telah diverifikasi oleh Pak Cong sendiri. Setiap hari sepulang kerja, alih-alih menggunakan ponselnya untuk menghibur diri, ia biasanya menghabiskan 20-30 menit bermain dengan anak-anaknya.
"Saya merasa bayi saya tidak hanya lebih bahagia, tetapi juga menantikan waktu-waktu bermain ini. Ada hal-hal yang sebelumnya tidak saya pahami, seperti perubahan minat, emosi, psikologinya... tetapi sekarang dia sangat suka membicarakannya karena ayahnya mendengarkan," akunya.
Pengalaman yang Ibu Anh pelajari adalah bahwa ia tidak bisa selalu bermain dengan anaknya kapan pun ia mau. Namun, ia bisa memilih waktu tertentu dalam sehari, membagi permainan mana yang akan dimainkan oleh ayah atau ibu.
Misalnya, putranya suka bermain merakit dan Lego, jadi ia menyerahkan peran itu kepada suaminya. Sementara itu, ia aktif mengobrol dan bermain peran dengan suaminya.
Ibu Anh juga mengatakan bahwa di saat-saat seperti itu, ia juga akan memberikan anaknya beberapa tugas ringan untuk membantu orang tuanya, sehingga ia merasa lebih dipercaya dan lebih bersedia berpartisipasi. Ia menganggap ini sebagai inisiatif efektif yang menggabungkan pembelajaran, bermain, dan bekerja dengan anaknya. Setelah itu, secara bertahap ia membentuk kebiasaan baik pada anaknya.
Bermain dengan anak Anda tidak harus sempurna atau sepanjang waktu. Yang terpenting, anak Anda selalu ingin merasakan kebersamaan yang tulus dan positif. Meskipun hanya 15-30 menit sehari, jika Anda benar-benar hadir, tanpa panggilan telepon, email, atau gangguan, waktu tersebut akan meninggalkan kesan mendalam di jiwa anak Anda. Begitulah cara membesarkan anak dengan cinta, dari hal-hal yang paling sederhana.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/yeu-thuong-chat-luong-post799529.html
Komentar (0)