SeafoodAI telah menciptakan "asisten penangkap kepiting" untuk para nelayan. Foto: Jason Henry untuk B I |
Startup teknologi SeafoodAI yang berbasis di Palo Alto, California, telah menciptakan CrabScan360, sebuah perangkat yang menggunakan AI untuk membantu nelayan mengukur, mengklasifikasikan, dan mencatat informasi tentang setiap kepiting yang mereka tangkap. Mereka menyebutnya "pelaut yang tak kenal lelah".
Memancing kepiting telah lama dianggap sebagai salah satu pekerjaan manual yang paling melelahkan dan menguras tenaga dalam industri perikanan. Dalam setiap perjalanan, nelayan harus menyiapkan perangkap, menjatuhkannya ke dasar laut, menandai koordinat dengan perangkat GPS, lalu kembali ke daratan untuk menunggu. Setelah sekitar 12 hingga 24 jam, atau terkadang hingga seminggu, mereka kembali ke lokasi awal yang sama, menarik jaring, dan mulai memilah setiap kepiting.
Langkah ini membutuhkan ketelitian dan kepatuhan yang ketat terhadap peraturan setempat tentang ukuran dan berat kepiting yang boleh ditangkap. Nelayan harus mengukur setiap kepiting, menentukan jenis kelaminnya, mengklasifikasikannya, menghitung jumlahnya, dan kemudian mencatatnya secara manual di buku catatan. Hal ini membutuhkan banyak waktu dan upaya, terutama dalam konteks permintaan pasar yang semakin berorientasi pada produk berkelanjutan dengan asal usul yang jelas.
CrabScan360 hadir dalam dua versi. Versi portabel berukuran kecil diluncurkan pada bulan April. Perangkat ini seukuran koper jinjing dan dapat dengan cepat dipasang di kapal atau di pelabuhan. Nelayan cukup meletakkan setiap kepiting di perangkat, dan sistem akan secara otomatis mengambil foto, menganalisisnya, dan mencatat parameter yang diperlukan. Semua data tersimpan secara instan.
Versi kedua sedang dikembangkan untuk pabrik pengolahan. Perangkat ini sepenuhnya otomatis. Kepiting dimuat ke ban berjalan dan melewati sistem pemindaian. Setiap kepiting dianalisis dan disortir berdasarkan kriterianya masing-masing. Setiap pemindaian menghasilkan rekaman elektronik berisi waktu, lokasi, dan informasi lengkap tentang kepiting. Data ini diunggah ke platform penyimpanan cloud dan dapat diakses dari jarak jauh.
Menurut Rob Terry, pendiri dan CEO SeafoodAI, teknologi ini menciptakan "sidik jari digital" untuk setiap kepiting. Hal ini memungkinkan pengguna untuk melacak seluruh perjalanan setiap kelompok kepiting dari perangkap hingga pabrik, mulai dari saat penangkapan hingga tahap pemrosesan akhir. Hal ini tidak hanya mengurangi kesalahan dan kerugian, tetapi juga menciptakan rantai pasokan yang jelas dan transparan.
Seiring komitmen jaringan ritel besar seperti Walmart, Costco, dan Whole Foods untuk hanya menjual makanan laut berkelanjutan bersertifikat pada tahun 2027, ketertelusuran menjadi suatu keharusan. Teknologi SeafoodAI dapat membantu nelayan dan usaha kecil memenuhi persyaratan ini tanpa investasi besar.
Tidak hanya kepiting, SeafoodAI juga memperluas penelitiannya untuk menerapkan teknologi AI dalam pengumpulan dan analisis data spesies makanan laut lainnya seperti tuna, salmon, dan udang. Setiap spesies memiliki karakteristik biologis dan persyaratan penilaian yang berbeda, sehingga membutuhkan sistem sensor dan model AI yang terpisah. Perusahaan ini berharap dapat membangun basis data yang besar, yang menghubungkan nelayan, pabrik, lembaga manajemen, dan distributor secara real-time. Arah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan transparansi di seluruh rantai pasok, terutama bagi produsen skala kecil dan menengah.
Bapak Terry mengatakan bahwa tujuan mereka adalah membangun solusi modern yang mudah diterapkan dan sesuai dengan tren konsumsi global yang terus berubah. Solusi ini tidak hanya membantu mengoptimalkan proses penangkapan ikan, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan nilai dan reputasi produk makanan laut di industri ini.
Sumber: https://znews.vn/ai-thanh-tro-ly-bat-cua-post1552195.html
Komentar (0)