
Setelah badai, semuanya berantakan. Pohon pisang tumbang, daun-daunnya terkoyak menjadi untaian panjang oleh angin. Atap seng bergelombang milik seseorang tertiup angin hingga menutupi tepi sumur, berderit sesekali. Tidak ada yang rapi dan teratur setelah badai, kecuali punggung ayahku. Punggungnya yang lemah dan lelah berusaha membersihkan kekacauan lumpur lengket.
Selama berhari-hari, angin bertiup kencang. Tak ada makanan yang layak dimasak di dapur di belakang rumah. Kami meringkuk di ruangan yang paling kokoh, bekal kami hanya berupa sebungkus mi instan mentah yang dipotong kecil-kecil, bersama dengan sebotol air.
Hari ini angin sudah berhenti, dan air sudah surut. Kami pergi ke kebun untuk membersihkan sisa-sisa yang tertinggal. Ayah membersihkan tangki air. Aku dan saudara-saudaraku menyapu lumpur dan puing-puing yang terbawa setelah banjir. Ibu menyangga pohon pisang dan memotong bunga pisang muda yang masih segar. Suaranya berseru, "Jadi hari ini kita akan makan salad bunga pisang!" Suara masakan bergema dari dapur, dan aroma nasi panas tercium hingga ke atap genteng, menusuk hidung kami. Semua orang tersenyum gembira, senyum pertama setelah badai.
Salad bunga pisang adalah hidangan sederhana, namun tiba-tiba menjadi hidangan istimewa setelah badai. Ibu saya mengiris tipis bunga pisang, lalu menambahkannya ke dalam mangkuk berisi jus lemon agar tidak menghitam. Beliau merendam bunga pisang selama sekitar 10 menit, sesekali mengaduknya, kemudian membilasnya hingga bersih dan meniriskan airnya.
Sambil menunggu, ibuku mencari kacang di dalam guci tanah liat di balok dapur dan memasukkannya ke dalam wajan. Kacang dipanggang hingga berwarna cokelat keemasan, lalu didinginkan dan dikupas. Setelah selesai merapikan kebun, aku dan saudara-saudaraku sibuk membantu ibuku menyaring dan menghancurkan kacang menjadi dua atau tiga bagian. Saus untuk salad disiapkan dengan cabai, bawang putih, dan gula secukupnya. Bunga pisang yang sudah ditiriskan diletakkan dalam mangkuk besar dan dicampur dengan saus; jika diinginkan, ditambahkan jus lemon, lalu kacang ditaburkan di atasnya.
Nasi panas yang baru dimasak dibawa ke dalam ruangan tanpa tersentuh banjir, bersama dengan semangkuk salad bunga pisang. Santapan pasca badai itu, bercampur dengan keringat dan senyuman, menghangatkan hujan yang masih mengguyur di luar. Sambil memegang semangkuk nasi dengan beberapa helai salad bunga pisang, tiba-tiba aku merasakan apresiasi yang mendalam atas apa yang kumiliki, dan berkata pada diriku sendiri untuk segera bangkit dan memulai hidup baru dari reruntuhan di luar.
Sumber: https://baodanang.vn/bua-com-sau-bao-3308311.html






Komentar (0)