Pada KTT G7 baru-baru ini di Apulia, Italia, Perdana Menteri India Narendra Modi menyerukan diakhirinya monopoli di sektor teknologi. Ia menegaskan bahwa teknologi harus digunakan secara kreatif, berkontribusi dalam membangun masyarakat yang inklusif, alih-alih bersifat destruktif.
Perdana Menteri Modi secara khusus menyoroti peran kecerdasan buatan (AI). "Kita perlu menjadikan teknologi sebagai pendorong inovasi, bukan penyebab ketidakstabilan. Hanya dengan begitu kita dapat membangun masyarakat yang inklusif. India sedang berupaya menuju masa depan yang lebih baik melalui pendekatan yang berpusat pada manusia," ujar Modi.
India adalah salah satu pelopor dalam merumuskan strategi nasional AI, dengan tujuan "AI untuk Semua". "Berdasarkan strategi ini, kami meluncurkan Misi AI tahun ini. Kami mempromosikan kerja sama antarnegara sebagai anggota pendiri dan ketua utama Kemitraan Global untuk AI," ujar Bapak Modi.
Perayap web OpenAI merupakan dorongan bagi platform Big Tech seperti Google, Microsoft, dan Meta—yang sudah mengendalikan kumpulan data milik mereka yang besar—yang dapat menggunakan kumpulan data mereka untuk mendukung AI mereka, sementara pendatang baru di bidang AI menghadapi batasan, kata para ekonom .
Para peneliti merekomendasikan pengawasan antimonopoli yang ketat terhadap AI, terutama karena AI umum mulai digunakan dalam aplikasi ekonomi yang lebih beragam seperti utilitas listrik. Persyaratan non-diskriminasi akan diperlukan agar monopoli swasta tidak dapat secara sewenang-wenang menentukan siapa yang memiliki dan tidak memiliki akses ke teknologi AI.
Jika tidak, akibatnya adalah sejumlah kecil penyedia AI umum mengendalikan sebagian besar perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dapat menimbulkan ketimpangan yang tajam dalam ekonomi global.
KHANH MINH
[iklan_2]
Sumber: https://www.sggp.org.vn/can-cham-dut-doc-quyen-cong-nghe-post744912.html
Komentar (0)