Bahasa Indonesia: Pada Konferensi Pers Pemerintah yang rutin diadakan pada bulan Mei 2023 siang ini (3 Juni), pers bertanya kepada perwakilan Kementerian Pendidikan dan Pelatihan tentang kekhawatiran tentang kurangnya buku pelajaran, khususnya: Pada akhir tahun ajaran lalu dan dalam persiapan untuk tahun ajaran baru, kekhawatiran tentang kurangnya buku pelajaran sekali lagi muncul, terutama untuk kelas-kelas pertama yang mengganti buku seperti kelas 4, 8, dan 11. Instruksi apa yang telah diberikan Kementerian Pendidikan dan Pelatihan untuk memastikan cukupnya buku pelajaran untuk tahun ajaran baru dan apakah Kementerian Pendidikan dan Pelatihan akan menyiapkan seperangkat buku pelajaran untuk siswa selama bertahun-tahun dalam waktu dekat?
Wakil Menteri Pendidikan dan Pelatihan Hoang Minh Son memberikan keterangan pada Konferensi Pers.
Menanggapi pertanyaan di atas, Wakil Menteri Pendidikan dan Pelatihan Hoang Minh Son mengatakan bahwa kurangnya buku pelajaran, terutama buku pelajaran untuk kelas 4, 8, dan 11, sebagian disebabkan oleh lambatnya pemerintah daerah dalam memilih buku tahun ini, dan sebagian lagi karena menunggu persetujuan harga di beberapa daerah. Hingga saat ini, pemerintah daerah telah menyetujui semua jenis buku.
"Kementerian Pendidikan dan Pelatihan telah berkali-kali bekerja sama dengan unit-unit untuk mengatasi kendala, sekaligus mengarahkan penyusunan rencana. Pertama, buku-buku dari tahun-tahun sebelumnya bukanlah buku baru. Buku-buku untuk kelas-kelas lain telah dicetak secara proaktif sebelumnya dan pada dasarnya telah rampung," ujar Bapak Son.
Menurut Wakil Menteri Hoang Minh Son, buku-buku untuk kelas 4, 8, dan 11 semuanya baru. Hingga kemarin, lelang pencetakan hampir 80% buku telah dibuka, dan sekitar 20% masih berdasarkan laporan lengkap dari pemerintah daerah untuk merencanakan pencetakan. "Pada bulan Juni, 80% akan dicetak dan akan terus dicetak tepat waktu untuk tahun ajaran baru, dengan jumlah buku yang cukup untuk kelas 4, 8, dan 11. Ini akan melengkapi buku-buku yang cukup untuk pendidikan umum," tegas Bapak Son.
Terkait dengan masalah penyusunan buku pelajaran, menurut Bapak Hoang Minh Son, kebijakan sosialisasi buku pelajaran, penyusunan, penerbitan dan pencetakan buku pelajaran merupakan kebijakan utama yang telah diusulkan dalam Resolusi Majelis Nasional No. 88 Tahun 2014.
Di samping itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) XIV juga telah memiliki Keputusan No. 122 yang menyatakan bahwa dalam penyusunan buku pelajaran dengan metode sosialisasi, apabila suatu mata pelajaran telah menyelesaikan sekurang-kurangnya satu set buku pelajaran yang telah dinilai dan disahkan, maka penyusunan buku pelajaran dengan menggunakan dana APBN untuk mata pelajaran tersebut tidak dapat dilaksanakan.
"Kali ini, semua kelas yang disetujui (kelas 9/12) memiliki 3 set buku pelajaran. Kementerian Pendidikan dan Pelatihan akan secara ketat menerapkan Resolusi 122 Majelis Nasional. Dalam waktu dekat, Kementerian akan terus meninjau dan menyetujui 3 buku pelajaran untuk kelas 5, 9, dan 12 (peninjauan dan persetujuan akan dilakukan pada bulan Juni). Dengan demikian, saat ini belum ada arahan dari tingkat yang lebih tinggi kepada Kementerian Pendidikan dan Pelatihan untuk mengatur penyusunan buku pelajaran," ujar Bapak Son.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)