![]() |
| Keranjang tersebut menemani wanita etnis Mong di setiap sesi pasar. |
Warna cerah, keranjang penuh perasaan
Pasar Sa Phin terletak di Jalan Raya Nasional 4C, di sebelah Jalan Kebahagiaan yang berkelok-kelok - rute legendaris Dataran Tinggi Batu Dong Van. Ini adalah salah satu pasar paling unik dan khas di negeri ini.
Pasar bertemu setiap enam hari, dan setiap sesi "diundur" satu hari dari sesi sebelumnya. Jika minggu ini bertemu di hari Minggu, maka minggu depan akan bertemu di hari Sabtu, lalu Jumat, Kamis... Ritme khusus itu tampaknya tidak mengikuti aturan zaman modern, melainkan mengikuti rotasi ladang, musim jagung, musim padi. Setiap kali pertemuan tiba, ketika kabut masih menyelimuti lereng gunung, orang-orang membawa barang dagangan mereka ke pasar.
Dari fajar hingga senja, pasar ramai dengan suara tawar-menawar dan tawa orang-orang yang bercampur dengan asap dari dapur. Di sini, orang-orang pergi ke pasar bukan hanya untuk membeli dan menjual, tetapi juga untuk bertemu, berbagi—untuk saling bertemu di tengah kerasnya kehidupan di dataran tinggi.
Di tengah keramaian pasar, citra perempuan Mong tampak menonjol dalam balutan gaun warna-warni mereka—warna-warna itu seakan menarik sinar matahari ke dalam kabut. Merekalah yang menjaga semangat pemintalan dan penenunan linen—profesi yang telah memupuk dan membentuk identitas etnis Mong selama beberapa generasi. Di tangan perempuan Mong, selalu ada benang rami setengah pintal—saat berbelanja, mengobrol, dan memintal rami. Setiap benang rami yang kecil dan tipis itu dipintal, ditenun, diwarnai nila, dan disulam tangan menjadi gaun, kemeja, dan syal—tak hanya untuk dikenakan, tetapi juga sebagai cara bagi perempuan untuk mengekspresikan jiwa mereka.
![]() |
| Di tangan wanita Mong, selalu ada benang rami yang sedang dipintal. |
Jika rami adalah sesuatu yang tak pernah ditinggalkan, maka keranjang rotan di belakang merupakan barang yang tak terpisahkan bagi orang Mong. Di pasar, keranjang-keranjang disusun berurutan, menciptakan alur kerja yang sederhana. Di dalam keranjang-keranjang tersebut mungkin terdapat jagung kuning, kacang-kacangan liar, madu, atau beberapa helai kulit baru untuk ditukar dengan rempah-rempah. Pertukaran sederhana berlangsung dalam bahasa Mong yang hangat dan merdu, tanpa banyak tawar-menawar.
Keranjang sederhana itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat. Orang mungkin lupa nama, lupa usia, tetapi melihat sosok perempuan Mong yang membawa keranjang, semua orang tahu - itulah gambaran pegunungan dan hutan Tuyen Quang .
Pasar ini juga merupakan tempat yang kaya akan warna masakan dataran tinggi. Sepanci thang co daging kuda yang mengepul – hidangan khas suku Mong, dimasak dari daging dan tulang kuda dengan rempah-rempah pegunungan. Di sebelahnya terdapat sekeranjang men-men emas, kue buckwheat lengket yang harum, terbuat dari bunga-bunga ungu yang mekar di lereng gunung setiap musim gugur. Semuanya berpadu dalam aroma pedas anggur jagung dengan daun ragi – anggur yang membuat orang lebih mudah tertawa, lebih banyak bicara, dan melupakan dinginnya tanah berbatu yang kelabu.
Orang-orang pergi ke pasar bukan hanya untuk berjualan, tetapi juga untuk mencari teman, bertemu kenalan, dan bahkan berkencan. Ada pasangan-pasangan orang Mong yang pergi ke pasar bersama-sama, pakaian mereka masih berbau linen baru, mata mereka malu-malu namun cerah. Bagi mereka, pasar adalah sebuah festival, kesempatan untuk mengungkapkan perasaan mereka, untuk memulai cerita panjang.
Gema pasar dan perjalanan menuju wilayah berbatu
![]() |
| Pasar Sa Phin menjual banyak produk pertanian lokal. |
Kini, Pasar Sa Phin tak hanya menjadi tempat berkumpul bagi penduduk dataran tinggi, tetapi juga tempat persinggahan favorit wisatawan domestik dan mancanegara. Di tengah warna-warna cerah brokat, siluet para turis Barat yang berkamera di tangan tampak begitu familiar. Orang-orang di sini sudah terbiasa dengan lensa kamera—mereka tersenyum lembut, alami, seperti negeri ini.
Dari Pasar Sa Phin, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi rumah keluarga Vuong—sebuah karya arsitektur yang terbuat dari batu hijau dan kayu berharga, yang dulunya merupakan "istana Raja Meo"; atau mengunjungi Desa Lao Xa, tempat rumah-rumah dari tanah liat padat berjajar di lereng gunung, desa ukir perak tradisional yang masih beroperasi setiap sore. Lebih jauh lagi, terdapat Kota Kuno Dong Van—tempat rumah-rumah dari tanah liat padat yang menguning masih terawat, kafe-kafe yang terletak di jantung bebatuan, tempat waktu seakan berhenti di tengah alunan seruling yang merdu.
Siang hari, ketika matahari telah mengeringkan embun pagi, pasar perlahan tutup. Keranjang-keranjang barang kosong, panci-panci thang co kosong, hanya suara langkah kaki orang-orang yang tertiup angin yang tersisa. Enam hari lagi, pasar akan digelar kembali—"ditunda" satu hari—namun kemanusiaan, warna, dan jiwa budaya dataran tinggi berbatu tetap utuh. Karena di Sa Phin, pasar bukan hanya tempat berdagang, tetapi juga tempat melestarikan kenangan, budaya, dan napas kehidupan masyarakat dataran tinggi.
Catatan: Hoang Anh
Sumber: https://baotuyenquang.com.vn/van-hoa/du-lich/202511/co-mot-cho-lui-o-sa-phin-01c2c4b/









Komentar (0)