Dibungkus dengan rumput laut dan diisi dengan bahan-bahan segar, bola nasi onigiri mulai meninggalkan citra murah dan lazim di Jepang, menjadi hidangan berkualitas yang menarik minat bahkan wisatawan mancanegara.
Di sudut jalan yang sepi di Tokyo, hampir 50 orang mengantre untuk Onigiri Bongo yang akan dibuka. "Dulu tidak ada yang datang di sore hari. Sekarang pelanggannya banyak sekali, antreannya panjang," kata Yumiko Ukon, 71 tahun, yang telah mengelola restoran ini selama lebih dari setengah abad.
Onigiri Bongo menjual sekitar 60 jenis onigiri, dari isian tradisional seperti acar plum hingga isian yang lebih "modern" seperti bacon dengan kecap.
Restoran ini hanya memiliki sembilan kursi, tetapi menjual 1.200 onigiri setiap hari. Ibu Ukon mengatakan beberapa pelanggan harus menunggu hingga delapan jam. "Waktu saya kecil, onigiri dibuat di rumah. Sekarang orang-orang membelinya di luar."
Ibu Yumiko Ukon menyajikan bola nasi di restoran Onigiri Bongo, daerah Otsuka, Tokyo, Desember 2023. Foto: AFP
Orang Jepang telah memakan onigiri selama lebih dari satu milenium. Onigiri adalah makanan kecil dan mudah dibawa yang dibawa para samurai ke medan perang. Saat ini, onigiri dapat ditemukan di berbagai toko swalayan di seluruh Jepang.
Pada tahun 2019, Michelin Guide menambahkan restoran onigiri tertua di Tokyo, Onigiri Asakusa Yadoroku, ke dalam daftarnya. Peristiwa ini secara signifikan meningkatkan status onigiri.
"Sejak saat itu, para pengunjung mulai menganggap bola nasi sebagai hidangan berkualitas, alih-alih hanya melihatnya sebagai makanan sehari-hari," kata Yusuke Nakamura, presiden Asosiasi Onigiri Jepang.
Pada tahun 2022, onigiri merupakan makanan instan terlaris kedua di Jepang, hanya di belakang kotak bento. Data Kementerian Dalam Negeri menunjukkan bahwa masyarakat Jepang meningkatkan pengeluaran untuk onigiri dan hidangan nasi siap saji lainnya sebesar 66% selama dua dekade terakhir. Setelah keputusan Michelin, jumlah restoran onigiri juga meningkat pesat.
Pengunjung Jepang memilih onigiri di Taro Tokyo Onigiri, Desember 2023. Foto: AFP
Demam onigiri juga dipicu oleh meningkatnya permintaan makanan dibawa pulang selama pandemi Covid-19, diikuti oleh inflasi, yang menyebabkan pekerja kantoran harus menghemat uang untuk makan siang.
Presiden Nakamura menjelaskan bahwa harga beras dalam negeri relatif stabil, sementara biji-bijian impor seperti gandum menjadi mahal karena perang di Ukraina.
Beras memainkan peran yang mendalam dan penting dalam budaya Jepang. Menurut ajaran Shinto, beras merupakan persembahan bagi para dewa. Bentuk segitiga tradisional bola nasi onigiri mungkin melambangkan pegunungan tempat tinggal banyak dewa.
Onigiri juga merambah pasar global , seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan di Jepang dan popularitas budaya Jepang yang semakin meningkat. Jaringan restoran onigiri, Omusubi Gonbei, telah membuka cabang di Paris dan New York. Banyak pengunjung mancanegara semakin menganggap onigiri sebagai pilihan makan siang yang sehat.
"Hidangan ini ringan, mudah disantap, dan sehat. Tak perlu khawatir soal kalori saat menyantap segenggam nasi," ujar Sean King, 53 tahun, seorang pengunjung restoran di New York.
Pengunjung restoran Amerika memilih membeli onigiri di New York, Desember 2023. Foto: AFP
Keluarga Yamada, petani padi kawakan di Fukushima, menyadari potensi onigiri setelah promosi beras pascabencana nuklir 2011. Ia mengunggah foto-foto onigiri yang disajikan dengan cantik di media sosial, dan bisnisnya pun terus berkembang sejak saat itu.
Toko onigiri sering kali kekurangan sumber daya keuangan untuk beriklan, tetapi foto bola nasi warna-warni dengan berbagai isi yang beredar di media sosial telah memainkan peran utama dalam meningkatkan popularitas onigiri, kata Nakamura.
Anak-anak muda mulai tertarik pada bola nasi premium. Variasi ini terbuat dari bahan-bahan berkualitas, tersedia dalam berbagai isian, dan nasinya dicampur dengan biji-bijian untuk nutrisi tambahan.
Pada tahun 2022, Taro Tokyo Onigiri akan membuka dua cabang baru di ibu kota, menjual onigiri premium dengan harga sekitar 430 yen per genggam (sekitar $2,85). Miyuki Kawarada, 27 tahun, presiden perusahaan, berambisi untuk membuka puluhan cabang di luar negeri, berharap onigiri suatu hari nanti akan menyalip sushi sebagai komoditas ekspor kuliner paling terkenal di Jepang.
"Di Jepang maupun di luar negeri, saya ingin menyegarkan citra nasi kepal klasik dan kuno. Hidangan ini mudah diadaptasi ke berbagai budaya, dan bisa menjadi vegan atau halal," ujarnya.
Duc Trung (Menurut AFP )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)