Di tengah padang rumput hijau, seekor kuda hitam dengan postur anggun dan bulu halus merumput dengan santai. Kuda tersebut dilatih dan dirawat dengan cermat oleh Bapak Guh, anggota Koperasi Pariwisata dan Pertanian Chu Dang Ya.
Ia bukan hanya seorang penunggang kuda, tetapi juga seorang "pemandu" yang membawa pengunjung melewati taman bunga, padang alang-alang ungu, dan padang rumput yang berdesir diterpa angin pegunungan. Sesekali, ia dengan lembut memberi isyarat kepada kuda hitam untuk berpose, membantu pengunjung berfoto berkuda yang indah seolah-olah mereka adalah para pengembara di padang rumput.

Pak Guh mengatakan bahwa merawat kuda tidaklah sulit, tetapi perlu memahami kebiasaan hewan ini. Selain memberi makan rumput, beras, dan memandikannya setiap hari, beliau sering membelai, membelai, dan bahkan berbicara dengannya. "Kuda sangat cerdas dan setia. Jika Anda merawat dan memperlakukan mereka seperti teman, mereka akan mengerti dan mendengarkan. Ketika ada orang asing yang duduk di punggungnya, selama saya di sisinya, kuda itu akan patuh," ujar Pak Guh.
Tahun lalu, banyak pengunjung Festival Bunga Matahari Liar Gunung Berapi Chu Dang Ya mengunjungi koperasi untuk merasakan layanan tersebut. Di antara mereka, layanan berkuda mengelilingi taman bunga dan padang rumput sangat populer.
Suasana di sini membangkitkan nuansa kehidupan nomaden: menunggang kuda dengan santai, memandangi pegunungan yang megah dan romantis, menghirup angin segar dengan aroma tanah merah dan rempah-rempah. Saat matahari terbenam, padang alang-alang berkilauan di bawah sinar matahari sore, setiap langkah kaki kuda tampak melambat sehingga pengunjung dapat sepenuhnya menikmati momen indah di penghujung hari.

Selain berkuda, tersedia pula wisata taman bunga, penyewaan pakaian adat, serta aksesoris seperti keranjang, topi, payung, dan lain sebagainya agar pengunjung dapat bertransformasi menjadi penduduk setempat dan mengabadikan momen-momen berkesan.
Meskipun belum ada homestay, koperasi ini menyewakan tenda untuk menginap bagi mereka yang ingin tidur di bawah bintang-bintang dan menyaksikan matahari terbit di kawah. Pagi-pagi sekali, dari pintu tenda, pengunjung dapat menikmati kopi atau secangkir teh hangat, mengagumi keindahan salah satu gunung berapi yang indah, dan membiarkan kabut pagi berpadu dengan awan.
Bapak Tran Nguyen Huy Son Duong, Direktur Koperasi Pariwisata dan Pertanian Chu Dang Ya, mengatakan: Destinasi ini seluas 3,3 hektar, terletak di antara dua pegunungan, satu sisi Chu Nam dan sisi lainnya Chu Dang Ya, dikelilingi oleh desa-desa Jrai yang kaya akan budaya asli. Dengan bentang alam alami tersebut, koperasi ini dirancang selaras dengan lanskap alam, tanpa konkretisasi sama sekali.

Layanan yang ada saat ini masih relatif baru, setelah diuji coba selama Festival Gunung Berapi dan Bunga Matahari Liar Chu Dang Ya 2024 dan Tahun Baru tradisional, kemudian dihentikan sementara untuk melengkapi infrastruktur. "Kami ingin setiap pengalaman dikaitkan dengan alam dan identitas lokal, sehingga pengunjung dapat tinggal lebih lama dan benar-benar merasakan kesegaran udara dataran tinggi. Kami menanam lebih banyak bunga, membuka kedai minuman dan kopi untuk menyambut puncak musim turis," ujar Bapak Duong.
Chu Dang Ya bukan hanya tempat wisata terkenal yang terkait dengan festival bunga matahari liar, tetapi juga bagian dari kehidupan masyarakat Jrai. Mereka hidup bersama di kaki gunung, bercocok tanam, dan telah lama terikat dengan tanah ini. Harmoni antara alam yang megah dan gaya hidup yang bebas inilah yang menciptakan daya tarik unik, membuat siapa pun yang pernah menginjakkan kaki di sini ingin kembali.

Meskipun masih terdapat kesenjangan dalam layanan akomodasi, kehadiran Koperasi Pariwisata dan Pertanian Chu Dang Ya telah membuka peluang bagi wisatawan untuk tinggal lebih lama di negeri ini. Pengunjung dari jauh dapat bertransformasi menjadi penduduk lokal, mencoba kehidupan yang berbeda: menunggang kuda, mendaki gunung, tidur di tenda... Setiap pengalaman dijiwai dengan semangat kebebasan, sehingga ketika meninggalkan tempat ini, setiap orang membawa serta gema angin, rerumputan, dan derap kaki kuda yang menggema abadi di dataran tinggi.
Sumber: https://baogialai.com.vn/cuoi-ngua-ngam-nui-lua-trieu-nam-post563730.html
Komentar (0)