Programnya adalah hukum, sedangkan buku teks hanya bahan ajar.
Sebagai guru sekolah menengah dengan pengalaman mengajar sejarah lebih dari 37 tahun dan mengalami banyak reformasi pendidikan serta perubahan pada buku pelajaran, saya pribadi melihat bahwa Kementerian Pendidikan dan Pelatihan tidak perlu menyusun seperangkat buku pelajaran saat ini.
Program Pendidikan Umum 2018 telah berjalan lebih dari separuh dan akan selesai pada tahun 2025. Belum lagi, saat ini setidaknya terdapat 3 set buku teks yang telah digunakan: Canh Dieu; Chan troi sang tao; Ket tri thuc vi cuong. Para individu, pakar, dan organisasi telah berkoordinasi untuk menyusun 3 set buku tersebut. Kementerian Pendidikan dan Pelatihan juga telah meninjau dan menyetujui buku teks yang dapat dipilih oleh daerah. Hal ini sejalan dengan semangat inovatif Program Pendidikan Umum 2018, yaitu menggunakan banyak set buku (sosialisasi).
Penyusunan buku teks dalam arah sosialisasi telah dilaksanakan sesuai Resolusi 88 ketika terdapat banyak set buku teks yang dilaksanakan oleh banyak organisasi.
Secara hukum, program ini merupakan dekrit, sementara buku teks hanyalah dokumen yang harus diajarkan oleh guru. Setiap set buku teks memiliki isi, bentuk, dan tata letak yang berbeda, tetapi semuanya harus disusun berdasarkan satu program terpadu dari Kementerian Pendidikan dan Pelatihan. Buku teks juga ditinjau, disetujui, dan dilisensikan oleh Kementerian Pendidikan dan Pelatihan sebelum digunakan dalam pengajaran.
Dengan demikian, pada kenyataannya, buku teks merupakan milik Kementerian Pendidikan dan Pelatihan atau Kementerian Pendidikan dan Pelatihan, dan penerbitnya memiliki hak kepemilikan bersama atas buku teks tersebut. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan tidak perlu menyusun buku-buku terpisah.
Dalam hal pengajaran, beragam buku teks membantu sekolah dan guru memiliki lebih banyak pilihan. Misalnya, pada tahun ajaran 2023-2024, guru-guru di Sekolah Menengah Trinh Phong (Dien Khanh, Khanh Hoa ) memilih buku sejarah dan geografi untuk kelas 8 (seri Menghubungkan Pengetahuan dengan Kehidupan) untuk diajarkan, tetapi tetap merujuk pada buku-buku dari seri Canh Dieu dan Chan troi sang tao. Tim profesional juga mendorong hal ini dengan tujuan meningkatkan kualitas pengajaran.
Kementerian Pendidikan dan Pelatihan perlu memperkuat peran pengawasannya sebelum memiliki seperangkat buku teksnya sendiri.
Namun, memilih satu set buku teks juga menimbulkan banyak masalah karena setiap set memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda.
Tahun ajaran ini, siswa kelas 4, 8, dan 11 akan terus belajar sesuai dengan kurikulum dan buku pelajaran baru.
Sebagian besar guru berkomentar bahwa buku teks yang ada saat ini memiliki banyak kekurangan dan "kesalahan", dan bahwa kelompok ahli menyusunnya dengan pola pikir yang "agak terburu-buru". Misalnya, buku teks sastra kelas 10 (Creative Horizons) baru digunakan selama satu tahun dan sudah mengalami beberapa penyesuaian.
Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Pelatihan perlu memperkuat perannya dalam memeriksa buku-buku pelajaran yang ada sebelum berpikir untuk memiliki buku pelajaran sendiri, agar dapat segera menyesuaikan kualitasnya dan tidak ada satu pun buku pelajaran yang terbuang sia-sia.
Ketersediaan buku tambahan di Kementerian Pendidikan dan Pelatihan bukan untuk menyelesaikan masalah kelangkaan buku, melainkan untuk mengatasi harga buku. Oleh karena itu, alih-alih Kementerian harus mengeluarkan sumber daya dan dana untuk memproduksi buku, pikirkanlah untuk mengendalikan harga jual terlebih dahulu.
Jika Kementerian Pendidikan dan Pelatihan memiliki buku teksnya sendiri, apakah ini akan mengarah pada situasi di mana Kementerian Pendidikan dan Pelatihan "bermain sepak bola sekaligus meniup peluit"? Karena Kementerian Pendidikan dan Pelatihan berperan sebagai pengendali mutu, menyelenggarakan tes penilaian (seperti ujian kelulusan SMA) tetapi memiliki buku teksnya sendiri. Pada saat itu, mau tidak mau sebagian besar sekolah akan memilih buku teks dari Kementerian Pendidikan dan Pelatihan. Dan apakah persaingan untuk memilih buku, berdasarkan kebijakan satu program dengan banyak buku teks, akan mengarah pada situasi ketimpangan?
Oleh karena itu, sebelum Kementerian Pendidikan dan Pelatihan berpikir untuk memiliki perangkat buku pelajaran sendiri, kementerian perlu memperkuat peran inspeksi dan evaluasi buku pelajaran, serta mengevaluasi efektivitas penggunaan buku.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)