Topan Matmo melanda wilayah Utara, meninggalkan malam-malam yang panjang, dingin, dan basah.
Hujan seakan menelan seluruh kota, angin begitu kencang hingga seakan menyapu semuanya.
Di internet, panggilan untuk bantuan muncul padat dengan alamat, nomor telepon, koordinat yang tumpang tindih dan terputus-putus...
Siapa yang harus diselamatkan pertama kali, dan bagaimana?
Dalam kekacauan informasi dan keputusasaan, seseorang hanya bisa menunggu.
Pertanyaan itu menghantui Nguyen Thi Mai Anh, mantan mahasiswa UniversitasFPT Hanoi, yang saat ini menjabat sebagai Manajer Produk AI dan bertanggung jawab atas aplikasi Kecerdasan Buatan dan Big Data di sebuah perusahaan teknologi. Alih-alih hanya mengikuti berita, ia dan temannya, Tat Huan, memilih untuk memanfaatkan kekuatan teknologi untuk membantu menyelamatkan manusia.
Pada malam 7 Oktober, mereka mulai membangun platform thongtincuuho.org , sebuah sistem digital yang mengumpulkan, mensintesis, dan menemukan panggilan bantuan, lalu secara otomatis mentransfer informasi tersebut ke tim penyelamat terdekat.
Server terus ditingkatkan, filter disempurnakan, AI diintegrasikan untuk menghilangkan duplikasi data.
Dan setiap baris kode yang diketik adalah sebuah harapan. Dan hanya dalam beberapa jam, platform tersebut menjadi "peta hidup" di tengah badai, membantu tim penyelamat dengan cepat mengidentifikasi ratusan area terendam banjir, mempersingkat waktu berharga untuk menjangkau masyarakat.
Tidak ada pahlawan super, tidak ada jubah.
Hanya dua anak muda yang percaya bahwa teknologi tidak hanya untuk mencari nafkah, tetapi juga dapat menyelamatkan nyawa.
Di tengah derasnya air, mereka mengubah data menjadi tindakan, kode menjadi kasih sayang.
Fotovoltaik
Komentar (0)