
Apakah SEO kehilangan keunggulannya seiring masuknya AI ke dalam persaingan?
Selama lebih dari satu dekade, SEO telah menjadi fondasi agar konten dapat menjangkau pembaca melalui mesin pencari. Namun, dengan munculnya kecerdasan buatan dalam pencarian, cara informasi ditampilkan dan digunakan berubah dengan cepat, memaksa strategi konten untuk beradaptasi.
SEO secara bertahap kehilangan keunggulannya seiring dengan pergeseran pencarian ke model generatif.
SEO tradisional dibangun di atas prinsip peringkat tautan , di mana konten dioptimalkan agar muncul setinggi mungkin di halaman hasil pencarian. Model ini efektif ketika pembaca secara aktif mengklik tautan untuk mengakses informasi. Namun, prinsip tersebut sedang ditantang karena mesin pencari semakin memprioritaskan respons langsung menggunakan kecerdasan buatan.
Menurut riset Tuoi Tre Online , pencarian generatif adalah model di mana sistem tidak hanya menampilkan daftar situs web, tetapi juga menggabungkan informasi dari berbagai sumber untuk menghasilkan jawaban lengkap secara langsung pada antarmuka pencarian.
Google dengan Search Generative Experience dan Microsoft dengan Bing Copilot adalah contoh utama dari tren ini. Oleh karena itu, informasi inti dikonsumsi langsung pada saat permintaan diajukan, sehingga secara signifikan mengurangi kebutuhan untuk mengunjungi situs web sumber.
Pergeseran ini telah menyebabkan paradoks baru dalam SEO: konten masih memiliki peringkat tinggi, tetapi trafik tidak lagi sebanding. Setelah jawaban disajikan secara langsung, peran klik berkurang. Peringkat bukan lagi satu-satunya ukuran efektivitas konten, terutama untuk kueri yang dapat dicari atau bersifat penjelasan.
Selain itu, cara kecerdasan buatan mengevaluasi konten berbeda dari algoritma peringkat tradisional. Alih-alih memprioritaskan sinyal teknis seperti kepadatan kata kunci atau jumlah tautan, sistem pembuatan konten berfokus pada kejelasan, konsistensi, dan keandalan informasi. Hal ini membuat banyak strategi SEO lama menjadi tidak efektif dan menuntut standar baru dalam produksi konten.
GEO dan pergeseran dari optimasi peringkat ke optimasi pengetahuan.
Dalam konteks ini, GEO (Generative Engine Optimization) disebutkan sebagai pendekatan baru.
GEO tidak bertujuan untuk menempatkan situs web di peringkat teratas hasil pencarian, melainkan berfokus pada membantu konten yang dipilih oleh AI berfungsi sebagai sumber agregasi dan referensi dalam jawaban yang dihasilkan, memberikan respons langsung dan selektif terhadap pertanyaan pengguna.
Berbeda dengan SEO tradisional, GEO membutuhkan konten yang terstruktur secara logis dan langsung membahas masalah. Informasi perlu disajikan dengan jelas, konsep perlu didefinisikan dengan jelas, dan argumen perlu sistematis. Ketika AI menganalisis dan mengekstrak data, konten yang memenuhi kriteria ini dengan baik akan memiliki keunggulan dibandingkan artikel yang panjang tetapi tidak fokus.
Penting untuk dicatat bahwa GEO tidak dimaksudkan untuk sepenuhnya menggantikan SEO. Faktor teknis seperti kemampuan perayapan, struktur halaman, dan stabilitas sistem masih memainkan peran mendasar. Namun, fokus telah bergeser dari "ditemukan" menjadi "digunakan". Dalam lingkungan pencarian generatif, nilai konten terletak pada kemampuannya untuk menjadi bagian dari jawaban, bukan hanya tautan yang dapat diklik.
Pergeseran ini mencerminkan perubahan yang lebih dalam dalam ekosistem informasi. Seiring dengan kecerdasan buatan yang menjadi perantara baru antara konten dan pembaca, konten tidak hanya perlu akurat dan lengkap, tetapi juga andal dan mudah digunakan kembali . Oleh karena itu, GEO bukan hanya tentang teknik optimasi, tetapi tentang pergeseran dalam cara berpikir pembuatan konten.
Sumber: https://tuoitre.vn/khong-can-nhap-link-nua-seo-xoay-xo-ra-sao-khi-ai-chiem-trang-tim-kiem-20251219141241794.htm






Komentar (0)