Para penulis "Ted Lasso", serial komedi populer di Apple TV+, tak pernah khawatir terkekang oleh kenyataan. Dunia sepak bola yang mereka ciptakan didasarkan pada kisah yang sangat fantastis: Ted Lasso, seorang pelatih Amerika yang kurang dikenal, berhasil mengatasi kekacauan Liga Primer. Ahli strategi yang kocak ini memimpin tim fiktif (bernama AFC Richmond, di London) menuju kesuksesan besar. Pemilik tim, Rebecca Welton, mempekerjakan Ted Lasso dengan tujuan membuat pelatih yang tak dikenal itu gagal, sebagai cara untuk membalas dendam kepada pemilik tim sebelumnya, mantan suaminya yang tidak setia. Namun, pesona, komitmen, dan humor Ted Lasso memikat Rebecca Welton dan juga para pemain tim.

Setelah kesuksesan gemilang dua bagian pertama, yang terdiri dari 22 episode, pada Oktober 2020, "Ted Lasso" mulai syuting bagian ketiga, yang tayang perdana pada 15 Maret tahun ini. Semua elemen paling fantastis dapat dihadirkan dalam serial "Ted Lasso" dengan cara yang humoris, jenaka, manis, dan bahkan sangat romantis, sebuah kisah tentang sang underdog (pelatih Ted Lasso) yang tak tergoyahkan oleh kekuatan di Liga Primer... Namun, bahkan di film, Manchester City tak terkalahkan. Guardiola bahkan tampil sebagai bintang tamu di episode kedua terakhir dari bagian ketiga serial "Ted Lasso", menyampaikan pesan singkat dan jelas: "Menang tidaklah penting, karena para pemain yang saya pimpin selalu orang baik."

Kegembiraan para pemain Manchester City Club saat menjuarai Liga Champions. Foto: Getty

Meski begitu, Guardiola menginginkan trofi Liga Champions lebih dari trofi lainnya, dan ia berhasil meraihnya setelah timnya mengalahkan Inter Milan 1-0 di Istanbul (Turki). Manchester City yang agak defensif akhirnya mengangkat trofi bergengsi tersebut.

Di klub juara bertahan Liga Champions, Guardiola tidak hanya diuntungkan oleh anggaran klub yang besar (yang memungkinkannya merekrut pemain mana pun yang diinginkannya), tetapi juga mendapatkan dukungan tertinggi dari para anggota klub. Guardiola berfokus membangun tim yang nyaris sempurna, dengan "treble" Manchester City baru-baru ini menjadi bukti nyata. Man City 2023 sangat sulit kebobolan, sekaligus mampu mencetak gol dari situasi apa pun, menyulitkan lawan di darat maupun di udara.

Banyak yang meyakini striker Haaland adalah kunci kesuksesan Man City musim ini, tetapi penyesuaian brilian Guardiola di lini pertahanan dan lini tengah justru menjadi kunci keberhasilan mereka meraih trofi juara. Musim panas lalu, bek sayap Zinchenko meninggalkan tim, dan sikap arogan Cancelo membuat Guardiola khawatir. Dalam situasi sulit, Guardiola mendorong bek tengah John Stones untuk bermain di lini tengah; menempatkan bek tengah Nathan Ake dan Manuel Akanji (dua pemain yang paling tidak menonjol di tim) untuk bermain sebagai bek sayap (seperti susunan pemain inti dalam kemenangan atas Inter Milan) untuk menyeimbangkan antara menyerang dan bertahan. Lebih dari segalanya, perubahan-perubahan inilah yang membuat Man City tak tersentuh di Inggris dan ajang Liga Champions.

Salah satu plot utama dalam serial "Ted Lasso" adalah bahwa pelatih Ted Lasso menciptakan kisah epik bersama AFC Richmond. Tentu saja, itu hanyalah kisah fiksi; kesuksesan Guardiola nyata dan nyata. Namun, baik di film maupun di lapangan, keduanya memiliki satu kesamaan: Pada akhirnya, Manchester City selalu menang.

SAINS